Banjir bandang yang melanda Kabupaten Sumba Timur dan sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (4/4/2021) hingga saat ini masih dirasakan dampaknya oleh warga petani di Kecamatan Kambera dan Pandawai.
Pasalnya Bendungan Kambaniru yang menjadi sumber air buat lahan pertanian mereka selama ini ikut ambruk dan hingga kini belum bisa kembali mengairi lahan para petani.
Warga RT 04, Kelurahan Lambanapu, Kecamatan Kambera, Andreas Kamarak kepada media ini Jumat (2/7/2021) mengungkapkan kondisi saat ini sungguh membawa mereka dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.
Pasalnya tidak hanya air untuk mengolah lahan pertanian yang sulit, namun sumur resapan yang menjadi sumber air bagi mereka untuk menanam sayuran di musim kemarau menjadi kering.
Kini mereka hanya bisa pasrah.
Bahkan menurut Andreas untuk keperluan mandi-cuci, mereka harus menumpang di rumah sanak saudara yang memiliki sambungan pipa dari Perusahaan Umum Daerah (Perumda)
Air Minum Sandalwood. Sebab sumur gali milik mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan makan dan minum.
“Kami harus jalan ke rumah keluarga sekitar dia kilo meter untuk cuci pakaian, karena kami selama ini cuci dan mandi di saluran irigasi,” ungkapnya.
Mengenai bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saat ini, Andreas mengaku selain sebagai petani dirinya juga memiliki keterampilan sebagai tukang.
Sehingga dia masih bisa mencari pekerjaan harian di proyek-proyek pemerintah maupun mencari pekerjaan di masyarakat yang membutuhkan jasa tukang.
Namun diakuinya saat ini pandemi Covid-19 telah mengakibatkan menurunnya peluang kerja yang bisa diperolehnya dalam keterampilannya sebagai tukang.
“Ada Corona (Pandemi Covid-19, Red) ini jadi cari kerja tukang juga susah. Jadi kita hanya bisa pasrah dan kalau terpaksa jual ternak ayam atau lainnya agar bisa dapat beli bahan makanan,” ungkapnya.
Oktovianus Saka, warga RT 03 RW 01, Kelurahan Mauliru secara terpisah mengungkapkan patahnya salah satu bagian Bendungan Kambaniru, Minggu (4/4/2021) lalu tidak hanya menjadi bencana sesaat karena banjir bandang.
Banjir bandang tiga bulan lalu juga merendam rumah mereka kurang-lebih satu minggu saat itu.
Namun juga berkepanjangan bagi kehidupan mereka sebagai petani pemanfaat Bendungan Kambaniru. “Banjir itu buat kami mengungsi hampir satu minggu.
Tetapi setelah kami pulang dan bersihkan rumah, kami tidak tahu mau usaha apa lagi di lahan kami karena tidak ada air,” ungkapnya.
Oleh karena itu lahan pertanian sawah yang biasanya ditanami dua kali setahun kini menjadi lahan kering yang tanahnya sudah terbelah cukup lebar karena ketiadaan air di saluran irigasi dalam dua bulan terakhir.
Proses perbaikan Bendungan Kambaniru yang sementara dikerjakan saat ini siharapkan dapat rampung dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Dengan begitu air bisa masuk ke saluran irigasi lagi dan lahan pertanian mereka bisa kembali diolah.
Camat Kambera, Pamekar Hungga Janggakadu mengungkapkan akibat Bendungan Kambaniru jebol April lalu banyak lahan pertanian warga mengalami gagal panen maupun gagal tanam.
Sehingga saat ini banyak petani yang harus mengkonsumsi bahan makanan hasil panen sebelumnya. Bahkan harus mencari bahan makanan dengan cara yang lain.
“Yang gagal panen yang lebih sulit sekarang karena umumnya padi sudah keluar mayang saat banjir melanda dan merendam padi petani,” ungkapnya.
Pantauan media ini di lokasi Bendungan Kambaniru, Jumat (2/7/2021) proses perbaikan sementara dengan pemasangan bronjong untuk mengalirkan air ke saluran existing masih dilakukan.
Karena pertengahan Juni lalu air sempat berhasil naik dan masuk ke saluran existing. Namun hanya bertahan sepekan dan bagian dinding sungai ambruk sehingga air kembali mengalir mengikuti arus air.
Yules Mone salah satu pekerja di pembangunan beronjong yang berjarak sekitar 300 meter dari Bendungan Kambaniru mengungkapkan bronjong yang mereka bangun sudah sempat berhasil menahan arus air.
Air sempat masuk ke saluran existing sekitar satu pekan sebelum dinding sungai runtuh.
Bahkan air yang ada sempat melampaui tinggi bronjong yang ada yang tingginya sekitar 12 hingga 15 meter. “Air masuk ke saluran sekitar satu minggu. Tapi mungkin karena pintu salurannya terlalu kecil atau bagaimana sehingga tanah bagian ujung runtuh lagi,” jelasnya.
PT Nindya Karya tengah memperbaiki bendungan Kambaniru ini . Biaya perbaikan bersumber dari APBN senilai Rp 90 miliar dengan sistem multiyears. (Al/Rita Hasugian)
Fakta tentang Bendungan Kambaniru:
Diresmikan 8 September 1992.
Jaraknya sekitar 10 kilometer dari kota Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur.
Mengairi 1.440 hekktare lahan pertanian di Kecamatan Kambera dan Pandawai, masing-masing 1.000 hektare lahan sawah dan 440 hektare lahan palawija.