Kupang – WALHI NTT dan Green Justice Indonesia telah menyerahkan dan menanam anakan cendana bersama Kelompok Tani Membangun Bersama (Mambers) di Desa Baumata Utara, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang.
Mereka juga telah menandatangani kesepakatan pemulihan ekosistem cendana berbasis rakyat di Pulau Timor bersama perwakilan Pemerintah Provinsi NTT dan Kabupaten Kupang. Penandatanganan komitmen Jumat 26 Januari 2024 itu disaksikan warga desa setempat.
Baca juga : NTT Terkendala Data Penetapan Status Darurat Kekeringan
Setelahnya dilanjutkan dengan penanaman 72 anakan pohon yaitu 50 anakan cendana, juga 10 anakan flamboyan dan 10 anakan nangka.
Plt Direktur WALHI NTT, Yuvensius Stefanus Nonga, mengutarakan pemulihan ekosistem cendana ini sekaligus untuk memulihkan pengetahuan masyarakat di Pulau Timor akan tanaman endemik NTT ini.
Menurutnya pengetahuan itu tergerus seiring berkurangnya populasi cendana di NTT. Kini banyak warga yang tak mengenali rupa pohon ini termasuk bagaimana cara mengembangkan atau merawatnya. Hilangnya pengetahuan ini juga dapat diamati di Pulau Sumba dan Pulau Timor.
Baca juga : Gugatan Kerusakan Lingkungan Laut Timor Terus Disiapkan
Misi pelestarian cendana sekaligus pemulihan pengetahuan masyarakat ini akhirnya dimulai pada 2021 lalu di 3 desa di Sumba Timur.
“Ekosistem endemik ini bisa hilang beserta dengan pengetahuan kita. Pemulihan ekosistem cendana berbasis rakyat ini juga sekaligus sebagai pemulihan pengetahuan,” tandas Yuven dalam sambutannya saat itu.
Adanya ekosistem cendana di Desa Baumata Utara ini juga menjadi ruang belajar pula bagi siapapun termasuk bagi kelompok tani dari luar Pulau Timor.
“Ini jadi tempat untuk pembelajaran seluruh masyarakat NTT. Siapa pun yang ingin belajar tentang pembibitan bisa datang ke sini, belajar hal lainnya soal cendana, kita bisa memulihkan ingatan dan pengetahuan kita tentang cendana,” ungkap dia lagi.
Baca juga : Mariance Kabu Suarakan Perlawanan dan Pulihkan Trauma Lewat Tenun
Untuk tahap awal, ekosistem cendana di Desa Baumata Utara ini dimulai dengan 5000 bibit atau anakan sebagai uji coba pertama. Jumlahnya akan terus bertambah karena program ini terus berkelanjutan.
Benih atau bijinya juga diadakan dari wilayah Pulau Timor yang nantinya disemaikan dan dirawat bersama WALHI NTT maupun dari masyarakat yang masih memiliki pengetahuan tentang cendana.
“Setelahnya kita memberikan pendidikan dan mendampingi masyarakat untuk bisa mandiri supaya bisa melakukan pembibitan dan sebagainya,” jelasnya saat diwawancarai.
Baca juga: Dampak El Nino, Pemda NTT Saran Petani Tak Lagi Tanam Padi
Dengan pemulihan ekosistem berbasis rakyat ini, lanjut Yuven, maka seluruh masyarakat desa itu bisa memperoleh bibit cendana. Mereka akan merawatnya di lahan masing-masing dengan pendampingan dari WALHI NTT dan Green Justice Indonesia. Pendampingan pada tahun pertama ini akan dilakukan hingga masyarakat mandiri.
“Pendampingan ini terutama soal pemeliharaan untuk memastikan bahwa cendana ini terus hidup sebagai investasi jangka panjang bagi mereka dan sekaligus pemulihannya di alam,” tukasnya lagi.
Direktur Green Justice Indonesia, Dana Prima Tarigan, pada saat yang sama mengatakan ada 20 hingga 50 ribu bibit cendana di Sumba Timur yang sudah ditanam.
Baca juga : Kaum Muda Desa Hewa-Flores Timur Mendokumentasi 12 Padi Lokal
“Ini terus diproduksi agar terus menjadi identitas masyarakat Nusa Tenggara Timur khususnya di Sumba Timur, dan hari ini kita berpindah di Pulau Timor ini,” tukasnya.
Mimpi untuk membawa kembali kejayaan cendana di NTT ini pun telah diikuti dengan penandatanganan komitmen bersama, lalu pembibitan, penanaman dan proses pemeliharaan lebih lanjut.
Ia pun meminta pemerintah daerah membuat regulasi agar penebangan satu pohon cendana secara legal pun diikuti dengan penanaman minimal 5 bibit cendana dulu. Regulasi ini, kata dia, sudah berjalan di Sumba.
Baca juga : Sumba Dirundung Kasus Bunuh Diri
“Karena cendana ini berguna untuk ekologi, mitigasi perubahan iklim, dan juga bagi ekonomi masyarakat,” sebutnya.
Ketua Kelompok Tani Mambers, Aser Saul Manunel, menegaskan mereka sebagai desa contoh akan menunjukkan hasil yang baik dengan menjadikan tanaman ini investasi 15 tahun ke depannya.
Kelompok beranggotakan 16 orang ini, kata dia, sudah mendapatkan pembekalan pengetahuan juga sebulan lamanya. ***