Kupang – Petani di Nusa Tenggara Timur (NTT) disarankan untuk tidak menanam padi karena periode musim tanam yang saat ini sudah mundur dipengaruhi El Nino.
Menurut Kalak Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Ambrosius Kodo, imbauan ini berdasarkan rapat kelompok penanganan kekeringan. Kelompok itu terdiri dari berbagai stakeholder dan instansi lingkup Pemda NTT.
“Sudah diarahkan kalau bisa jangan lagi menanam padi karena umurnya panjang dan tidak ramah kekeringan,” ungkap dia, Rabu 10 Januari 2024.
Baca juga : Fenomena Ekstrim El Nino di NTT, Mitigasi dan Adaptasi
Pengaruh El Nino ini, lanjutnya, memang menyebabkan hujan terjadi secara sporadis akan tetapi wilayah NTT belum sepenuhnya masuk kategori musim hujan.
Ketahanan pangan NTT juga dikatakan sudah terganggu dan bisa terancam gagal panen akibat musim tanam yang sudah bergeser hingga 2 bulan.
“Jadi kalau memang teman-teman petani mau dorong ke palawija maka harus diidentifikasi tanaman palawija yang berkontribusi pada ketahanan pangan,” lanjutnya.
Baca juga : El Nino, Inflasi, dan Makan Tanpa Beli
Fenomena El Nino penyebab bergesernya musim penghujan ini akan ditanggapi dengan penetapan status ancaman kekeringan terhadap pertanian. Ia beralasan penetapan status ini akan memudahkan intervensi pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai penyedia data.
“Ketika di musim kemarau tidak bisa menanam maka akan ada ketiadaan cadangan pangan. Musim hujan apabila normal pun baru tanam, dua atau tiga bulan nanti tidak bisa panen,” tukasnya.
Baca juga : Kekeringan, Harga Beras Naik, dan Tanam Singkong
Ia kembali mengimbau para petani untuk menanam tanaman yang ramah kekeringan dan pendek umurnya atau yang segera bisa dipanen untuk menyiasati dampak El Nino.
“Jangan lagi tanam tanaman yang butuh air banyak dan waktu yang panjang. Kita beralih ke tanaman ramah kekeringan dan waktu yang singkat,” tegasnya.
Berdasarkan analisis terakhir BMKG pada Januari 2024 ini, kata dia, dampak dari El Nino menyebabkan tidak semua wilayah di NTT masuk zona musim hujan.
Baca juga : NTT Yang Miskin Selama 8 Gubernur Berganti
Nantinya status siaga darurat penanganan kekeringan di Provinsi NTT akan ditinjau berdasarkan laporan Balai Wilayah Sungai (BWS) NTT mengenai debit air dan juga data iklim dari BMKG.
Data yang bersumber dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT juga mengungkap tanaman padi yang paling terdampak kekeringan selama 2023.
Luas sawah atau lahannya yang terdampak mencapai 694,8 ha dan kembali pulih 627,77 ha. Namun sawah yang mengalami gagal panen seluas 67,0 ha.
Baca juga : Kaum Muda Desa Hewa-Flores Timur Mendokumentasi 12 Padi Lokal
Hanya tanaman sorgum dan kacang hijau yang tak mengalami gagal panen sepanjang tahun itu. Lahan sorgum seluas 15 ha sempat terdampak namun seluruhnya pulih kembali. Sedangkan kacang hijau hanya 0,4 ha yang terdampak dan kembali dipulihkan.
Untuk jagung sendiri luas lahan terdampak mencapai 242,0 ha yang kemudian pulih 232,0 ha dengan 10 ha luas lahan mengalami gagal panen.
Sementara luas lahan kedelai yang terdampak ada 7 ha yang kemudian pulih kembali 6.0 ha dan 1 ha mengalami gagal panen. ***