DBD di NTT Meningkat Drastis - Katong NTT -    
Minggu, 29 Januari , 2023
  • Login
NEWSLETTER
Katong NTT
No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result

DBD di NTT Meningkat Drastis

Editor: Joe Tkikhau
5 Februari 2022
in Lingkungan
0
Ilustrasi : Waspada, kasus DBD di NTT meningkat drastis (Joe-KatongNTT)

Ilustrasi : Waspada, kasus DBD di NTT meningkat drastis (Joe-KatongNTT)

Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan penyakit yang terjadi setiap tahun di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sepanjang Januari 2022, dilaporkan terjadi 820 kasus di NTT.

DBD paling banyak menyerang anak usia 1-14 tahun dengan presentasi sebesar 76 persen. Ini menunjukkan ada 622 anak di NTT yang mengidap penyakit DBD.

RekomendasiUntukmu

Penampungan air kotor dari parit di desa Wolowea Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT (Dok.Dobo Deu )

Krisis Air Bersih, Warga Desa Wolowea di Nagekeo Sudah 2 Tahun Konsumsi Air Kotor dari Parit

26 Januari 2023
Sampah Plastik kiriman dari sungai di Liliba yang berujung di Ekowisata Mangrove Oesapa, Kupang, NTT. (Ruth-KatongNTT)

10 Brand Penyumbang Sampah Plastik di Perairan Kupang

12 Januari 2023

Jika dibandingkan dengan Januari 2021, terjadi peningkatan dua kali lipat. Pada Januari 2021, jumlah kasus DBD sebanyak 381.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Erlina R. Salmun mengatakan, DBD merupakan penyakit lingkungan yang berpotensi meningkat disaat musim hujan.

Kebersihan lingkungan menjadi hal utama yang perlu diperhatikan dalam upaya menekan peningkatan kasus DBD di NTT.

“Penyebabnya karena lingkungan tidak sehat. Sangat erat (kaitannya) dengan sampah. Seharusnya sebelum musim hujan kita sudah bersih-bersih sehingga tidak tempat untuk nyamuk berkembangbiak,” kata Erlina kepada katongNTT, Jumat (4/2/2022).

Tingginya kasus DBD ini, kata Erlin seharusnya sudah masuk tingkat waspada. Selama bulan Januari ada 8 kasus kematian akibat DBD di NTT. Dibandingkan Januari 2021, hanya 3 kasus kematian.

NTT saat ini berada pada puncak musim hujan. Puncak DBD pun diperkirakan terjadi pada bulan Februari ini.

Grafik perbandingan kasus DBD di NTT pada bulan Januari 2022 dan bulan Januari 2021 (Joe-KatongNTT)
Grafik perbandingan kasus DBD di NTT pada bulan Januari 2022 dan bulan Januari 2021 (Joe-KatongNTT)

Dinas Kesehatan Provinsi sudah melakukan rapat dengan Dinas Kesehatan di 22 Kabupaten dan Kota di NTT. Upaya penangan yang perlu dilakukan saat ini adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan.

Pengelolaan sampah perlu dilakukan dengan baik. Erlina mengatakan, seharusnya tindakan membasmi jentik-jentik nyamuk itu sudah dilakukan sebelum musim penghujanan.

Dalam rapat bersama Dinas Kabupaten dan Kota, himbauan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk atau GPSN sudah ditekankan. GPSN merupakan tindakan mencegah DBD dengan melaksanakan 3M plus.

Peran serta semua pihak dalam menekan laju perkembangan DBD sangat penting. Erlina mengatakan, jika dilihat dari data yang ada saat ini, anak usia sekolah paling banyak terserang DBD. Pihak Sekolah perlu berperan aktif dalam memberikan edukasi terkait kesehatan lingkungan.

Orang tua pun demikian. Kepekaan orang tua menjaga kebersihan lingkungan selain mengurangi tempat nyamuk bersarang, juga menjadi contah yang baik bagi anak dalam menjaga lingkungan.

Gerakan membersihkan atau menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, tempat penampungan air minum perlu dilakukan secara rutin. Masyarakat juga diminta menutup rapat-rapat tempat penampungan air sepeti drum. Barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat sarang nyamuk disarankan untuk didaur ulang.

Gerakan tambahan yang dilakukan untuk mencegah penyakit DBD adalah menaburkan bubuk abate. Erlina menyarakan masyarakat menggunakan kelambu dimalam hari dan bila perlu menggunakan obat nyamuk.

“Kita juga sudah bagi abate 45 galon. Setiap Kabupaten mendapatkan 2-3 galon. Isinya 25 kilo per galon,” kata Erlina.

Per 31 Januari, Kabupaten Manggarai Barat melaporkan kasus DBD terbanyak yakni 168 kasus. Kota Kupang sebagai Ibukota Provinsi NTT menempati urutan kedua dengan jumlah penderita DBD 163 orang.

Januari 2021, Kota Kupang juga menempati urutan pertama dengan jumlah kasus 115. Sama seperti tahun 2021, 1 pasien DBD di Kota Kupang meninggal pada bulan Januari.

Kabupaten Sikka menempati posisi ketiga dengan 97 kasus pada Januari lalu. Dari Kabupaten Sikka, 1 pasien dinyatakan meninggal dunia.

Kabupaten Ngada memiliki jumlah kasus kematian akibat DBD tertinggi. Jumlah pasien DBD di Ngada sebanyak 27 orang pada Januari, 3 pasien diantaranya meninggal dunia.

Tiga pasien lainnya yang meninggal masing-masing dari Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah.

Penyakit DBD di NTT adalah penyakit tahunan. Sepanjang tahun 2021, tercatat 2.477 kasus DBD di NTT. Tahun 2020, jumlah kasus di NTT sebanyak 5.949 kasus.

Erlina mengatakan, DBD adalah penyakit berbasis lingkungan. Persoalannya, masyarakat NTT belum sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan termasuk pengolahan sampah dengan baik.

Di Kota Kupang, setiap hari kita jumpai sampah yang menumpuk di pinggir jalan. Sampah berserakan dimana-mana. Dari jalan di gang-gang kecil hingga jalan umum.

“Ya, kesadaran masyarakat untuk kebersihan lingkungan. Kalau kita bersih-bersih sebelum musim hujan, nyamuk tidak bisa berkembang. Kalau kita tidak bersih-bersih lingkungan, nyamuk tetap bertahan. Dia bertahan sampai suhu 40 derajat celsius. Kalau datang musim hujan dia akan berkembang,” ujar Erlina.

Bila dilihat dari jumlah kasus per bulan, kenaikan kasus DBD ini terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. Kasus kematian akibat DBD mengalami penurunan di tahun 2021 dengan jumlah kasus 14. Dibandingkan tahun 2020, jumlah kasus kematian sebanyak 59 kasus.

Tahun 2020, angka kematian DBD di NTT tertinggi terjadi di Kabupaten Sikka sebanyak 16 kasus kematian. Disusul Kota Kupang dengan kematian sebanyak 6 orang. Tahun 2021, kematian tertinggi berada di Kabupaten Sumba Barat Daya yakni 4 kasus. Kota Kupang lagi-lagi berada di tempat kedua dengan 3 orang pasien meninggal.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati belum merespon pesan yang dikirim katongNTT terkait penanganan DBD di Kota Kupang. (K-04)

Previous Post

Komnas Disabilitas Ajak KWI Hapus Stigma dan Diskriminasi

Next Post

340 Kasus Aktif Covid-19 di NTT, Kabupaten Kupang dan Mabar Tertinggi

Joe Tkikhau

Joe Tkikhau

Next Post
Pelajar-SMKN-4-Kota-Kupang-mendapat-vaksin-dalam-acara-Vaksinasi-Covid-19-Goes-to-School (Joe-KatongNTT.com)

340 Kasus Aktif Covid-19 di NTT, Kabupaten Kupang dan Mabar Tertinggi

Ilustrasi - Warga menyaksikan gelombang tinggi di perairan Kota Kupang, NTT. (ANTARA/Kornelis Kaha)

Peringatan Dini, Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang di Wilayah NTT

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anggota dari :

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2022 KatongNTT

No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024

© 2022 KatongNTT

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In