Dewan Kerajinan Nasional Daerah atau Dekranasda Provinsi Nusa Tenggara Timur melibatkan generasi muda dalam berbagai kegiatan untuk membangkitkan perekonomian di daerah itu.
Dinakhodai Julie Sutrisno Laiskodat dan dibantu Maria Fransiska Djogo, Dekranasda NTT menggalakkan berbagai program di tengah pandemi Covid-19.
Kurun waktu beberapa bulan terakhir, Dekranasda NTT hampir tidak terpisahkan dari UMKM di NTT. Bukan hanya membimbing, UMKM, Dekranasda NTT bahkan memodali para pelaku usaha baru.
Belum lama ini, Dekranasda NTT meluncurkan 19 booth minuman berbahan dasar kelor dengan merek Haydrink. Minum yang memiliki 10 varian rasa itu dikelola oleh kaum milenial yang direkrut dan diberi pelatihan oleh Dapur Kelor NTT, difasilitasi Dekranasda.
Maria Bataona, pelaku usaha minuman Haydrink di jalan Amabi, tak jauh dari Asrama Haji Kupang mengaku tertarik dengan usaha kolaboratif itu. Maria, 21 tahun, terdorong untuk bisa terus mengembangkan usaha tersebut di bawah bimbingan Dekranasda NTT.
Maria menuturkan, Dekranasda NTT memberikan fasilitas seperti booth untuk menjajakan minuman haydrink dan peralatan lainnya yang dibutuhkan. Selian itu, Dekranasda juga memberikan mereka kesempatan untuk bisa berkembang.
“Setelah dua tahun kita akan dilepas dan diberikan kesempatan untuk mengembangkan bisnis sendiri. Jadi kita bisa membuka usaha yang lebih besar lagi,” ujar Maria.
Tidak hanya memberdayakan para milenial, Dekranasda sudah bergerak dari hulu ke hilir dalam mengembangkan kelor. Salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi NTT pada masa kepemimpinan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi itu diwujudkan oleh Dekranasda NTT.
Pada kegiatan hulu, Dekranasda telah memberdayakan para petani kelor. Kelor dari para petani itu lalu diambil oleh Dapur Kelor NTT lalu diolah dalam berbagai produk olahan. Salah satunya yang digunakan para milenial untuk menjalankan usaha minuman sehat haydrink itu.

Tidak hanya di Kota Kupang, Dekranasda NTT juga menyambangi milenial di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Rote Ndao. Melalui sinergitas bersama Dewan Kerajinan Nasional dan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, 100 orang milenial Kabupaten itu dilibatkan dalam pembuatan topi ti’i langga.
Ti’i langga merupakan topi khas dari Rote Ndao yang banyak dipakai untuk penyambutan tamu di NTT. Melihat itu, Dekranasda NTT berupaya melestarikan topi ti’i langga lewat pemberian latihan pembuatan topi tersebut.
Sebanyak 1.000 topi ti’i langga diborong oleh Kementerian Pertahanan.
Berkat kerja keras dan kerja cerdas itu, Dekranasda NTT mendapatkan kepercayaan dari Dekranas dan Direktorat Kursus dan Pelatihan (Ditsuslat) Ditjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melaksanakan program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) tenun ikat.
Program itu akan diikuti oleh 1.000 anak muda NTT dari 22 Kabupaten dan Kota. Program ini menyasar milenial berusia 15-25 tahun. Mereka putus sekolah atau yang sudah menamatkan pendidikan tingkat SMA namun tidak melanjutkan kuliah. Selain itu, program itu dibuka bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan.
Program PKW tenun ikat itu dibuka secara resmi oleh Ketua Dekranas, Wury Ma’ruf Amin di gedung Dekranasda NTT, Minggu, 17 Oktober 2021. Program itu akan berlangsung hingga Desember 2021.
Julie menjelaskan, sebanyak 1.000 peserta pelatihan nantinya mendapatkan pelatihan menenun, pemasaran dan merintis usaha. Tiap peserta mendapatkan Rp 6 juta yang terbagi dalam alat tenun, benang serta modal untuk merintis usaha.
“Modal yang diberikan tersebut dapat terus berputar sehingga mereka bisa terus berjalan sebagai wirausahawan,” kata Julie, istri Gubernur NTT itu.
Dekranasda NTT bersama dengan 22 Dekranasda di Kabupaten dan Kota di NTT pun menjalin kemitraan dengan pelaku usaha tenun. Pebisnis tenun ini diminta untuk menerima hasil tenun para peserta PKW guna dipasarkan.
Kemitraan pun sedang dibangun dengan lembaga permodalan seperti bank dan koperasi untuk pinjaman modal usaha bagi peserta PKW.
Dalam PKW tenun ikat itu, para peserta tidak hanya mendapatkan ketrampilan menenun, tetapi juga diberikan pelatihan tentang wirausaha. Hal itu, diharapkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.
Ketua umum Dekranas, Wury Ma’ruf Amin saat membuka program PKW tenun ikat mengatakan, Dekranas bersama Dekranasda hadir untuk membangkitkan industri kerajinan ditengah terpaan pandemi Covid-19.
Istri Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin itu mengatakan, industri kerajinan turut mengalami dampak dari pandemi ini. Begitupun Dekranasda diminta untuk terus bergerak untuk menyusuri semua sektor usaha. Selain itu, Dekranasda diminta mendorong bangkitnya perekonomian masyarakat di tengah situasi sulit ini. Sektor-sektor usaha baru diharapkan muncul dengan pelaku-pelaku usaha baru.
“Penciptaan dan pengembangan wirausaha baru harus terus digalakkan di berbagai sektor agar ekonomi masyarakat terus bertumbuh,” kata Wury dalam sambutannya.
Wury menilai, tenun NTT merupakan salah satu sektor usaha baru yang harus terus didorong. Melalui program PKW, para generasi muda NTT diberikan pemahaman berwirausaha untuk menciptakan lapangan kerja baru dan membantu pertumbuhan ekonomi daerah.
NTT dengan 800 jenis motif menjadi potensi besar yang harus dimanfaatkan. Wury menilai, dengan kekayaan motif tenun yang dimiliki NTT, harusnya bukan hanya upaya pelestarian saja. Namun kekayaan motif tenun NTT harus dibarengi dengan usaha mempromosikan dan menambah pendapatan ekonomi dari tenunan.
Dengan potensi alam NTT yang menjadi kekuatan pariwisata, tenunan yang bernilai ekonomi tinggi itu mampu menjadi penyokong bagi pariwisata daerah.
Melalui berbagai produk yang berbahan dasar kain tenun seperti fashion, dompet, tas dan produk-produk lain, generasi muda NTT diminta bisa menjadikan tenun sebagai penggerak roda perekonomian.
“Kain tenun merupakan warisan budaya Indonesia yang tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga dipromosikan agar dikenal masyarakat global. Para generasi muda Indonesia harus didorong untuk mencintai dan bangga dengan produk tenun Indonesia,” jelasnya. (Joe)