24 March 2023
Dilema Penjual Sayur Tradisional Hadapi Pandemi di TTS
Agribisnis Ekonomi dan Bisnis

Dilema Penjual Sayur Tradisional Hadapi Pandemi di TTS

Agu 14, 2021

Pemerintah Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan), provinsi Nusa Tenggara Timur telah menutup pasar Inpres Niki-Niki karena PPKM(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) untuk menekan laju pandemi Covid-19.

Penutupan pasar tradisional itu membuat para penjual sayur mayur terpukul karena penghasilan mereka drastis menurun. Sementara mereka harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka setiap hari. Bersamaan itu mereka harus mencegah diri tertular dari Covid-19.

Tak menyerah, para penjual sayur mayur memilih berjualan di badan jalan negara. Mereka hanya ingin bertahan hidup.

Yuliana Benu, penjual sayur ketika ditemui KatongNTT pada Kamis 13 Agustus 2021 mengatakan, dirinya berjualan di badan jalan hanya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarganya.

“Kakak e kami jual di pinggir jalan ini hanya untuk makan minum sehari-hari saja,” kata Yuliana.

“Pasar ini pasar kecil, sudah begitu ditutup lagi karena Covid-19, kami mau makan minum dengan cara apa lagi, satu-satunya cara adalah jual di pinggir jalan,” ujarnya.

Yuliana menjelaskan, jual sayur mayur merupakan pekerjaan pokoknya yang sudah digeluti puluhan tahun. Penutupan pasar Inpres Niki-Niki membuat dia kesulitan untuk beralih profesi.

Penghasilan berjualan sayur mayur mencapai Rp 150.000 per hari. Dari pendapatan tersebut sebagian disisihkan untuk makan minum dan kebutuhan sekolah anaknya.

“Pendapatan setiap hari ini hanya untuk beli makan minum, karena sebagian harus simpan untuk beli sayur dan jual lagi,” tutur Yuliana.

Pemerintah Daerah TTS menginstruksikan penutupan pasar tradisional di tingkat desa dan kecamatan. Hanya Pasar Inpres Soe yang beroperasi setiap hari.

Sudah hampir sebulan Yuliana berjualan di pinggir jalan. Lapak jualan terbuat dari pelupuh bambu dan dibalut terpal seadanya untuk berteduh sambil menanti pembeli.

Nelci Bula, warga RT 018/RW 03 Dusun C Desa Tetaf Kecamatan Kuatnana Kabupaten TTS, sering menyuplai sayur ke Pasar Niki-Niki. Namun aktivitasnya itu terpaksa berhenti karena Pasar Inpres Niki-Niki ditutup.

Nelci kesulitan memasok sayur mayurnya ke pelanggannya di pasar itu.

“Saya ada langganan, jadi kalau sayur yang saya antar sudah habis dijual baru hubungi untuk saya antar lagi,” kata Nelci.

Nelci dengan dua anak masih bersekolah menanam sayur dan didrop ke Pasar Niki-Niki.

Pandemi Covid-19 menurut Nelci membuat dirinya dilematis dalam mencari nafkah. (Gi)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *