• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Juni 22, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Pekerja Migran & Perdagangan Orang

Kisah Elisabet Ninef Lepas dari Jeratan Jejaring Perdagangan Orang NTT ke Malaysia

Rita Hasugian by Rita Hasugian
2 tahun ago
in Pekerja Migran & Perdagangan Orang
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Elisabet Ninef, warga Kabupaten TTS, korban perdagangan orang dari NTT ke Malaysia (Rita Hasugian - KatongNTT.com)

Elisabet Ninef, warga Kabupaten TTS, korban perdagangan orang dari NTT ke Malaysia (Rita Hasugian - KatongNTT.com)

0
SHARES
113
VIEWS

Kupang– Elisabet Ninef tidak menyangka perempuan yang dikenalnya dalam satu pesta pernikahan di desanya adalah jejaring perdagangan orang (human trafficking) .  Awal pertemuan, dia sama sekali tidak menaruh curiga pada perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Rista. Keduanya juga masih punya hubungan kekerabatan.

“Dia orang Malaka, masih keluarga dengan anak punya istri, anak kakak saya,”kata Elisabet saat ditemui KatongNTT.com di kantor Balai Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Provinsi NTT, Kamis, 27 Januari 2023.

BacaJuga

Ilustrasi kapal nelayan rusak diterpa badai. (Dok. KatongNTT.com)

Memberangus Penyelundupan Manusia : Sindikat Manfaatkan Celah dan Perluas Area Operasi

4 Juni 2025
Tiga istri nelayan Papela, Rote bersama-sama anaknya menjenguk suami mereka di LP Baa, Rote Juli 2024. Suami mereka yang sehari-hari sebagai nelayan tergiur iming-iming uang puluhan juta oleh sindikat penyelundupan manusia untuk mengantar imigran ke Australia tahun 2022. (Dok. KatongNTT.com)

Memberangus Penyelundupan Manusia: Kisah Nelayan Rote Bertahan dari Jerat Sindikat

28 Mei 2025

Elisabet, ibu lima anak ini tinggal di desa Boking, Kecamatan Boking, Kabupaten Timor Tengah Selatan, tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Malaka. Dia terbujuk rayu Rista yang mencari orang  di desa itu untuk dibawa bekerja ke Malaysia.

Baca juga: Malaysia Setuju Integrasikan Dua Sistem Perekrutan Pekerja Migran Indonesia

Rista yang hadir dalam pesta pernikahan kakaknya pada Juni tahun 2022, meminta bantuan Elisabet menyebarkan informasi ada lowongan kerja bagus di Malaysia. Elisabet hadir di pesta itu untuk membantu tuan rumah. Ini tradisi gotong royong jika ada pesat di rumah tetangga mereka.

“Kalau ada orang mau merantau tolong kasih tahu saya, ke Malaysia. Di sana kerja bagus, gaji lancar,” kata Elisabet meniru ucapan Rista.

Untuk menyakinkan Elisabet, Rista bercerita tentang saudaranya pulang dari Malaysia membawa uang Rp 20 juta. Uang itu dipakai untuk membangun rumahnya.

Elisabet yang sedang kesulitan keuangan untuk membayar kuliah anak perempuannya tertarik.  Jika jadi pergi, ini pertama kali dia ke luar negeri.

“Saya ini yang penting untuk uang buat sekolah anak.Tapi saya tidak ada ongnkos ke Malaysia,” ujarnya.

Rista memastikan masalah ongkos akan diatasi nanti. Dia sempat menyebut punya perusahaan di Kupang untuk menyakinkan Elisabet .

Pada 12 Juni 2022, Rista menjemput perempuan yang kini berusia 43 tahun di rumahnya untuk terbang ke Kupang dan lanjut ke Jakarta. Sekitar seminggu kemudian dia sendirian terbang ke Malaysia.

Baca juga: Malaysia Setuju Integrasikan Dua Sistem Perekrutan Pekerja Migran Indonesia

“Di bandara Eltari,  Rista dan dua temannya antar saya. Saya terbang sendiri ke Jakarta,” tutur Elisabet.

Adik kandungnya yang juga tertarik dengan cerita Rista menyusulnya seminggu kemudian. Mereka bertemu di Jakarta.

Namun Elisabet tidak mengabarkan ke suaminya tentang rencananya bekerja di Malaysia karena khawatir tidak diizinkan. “Saya sampai di Jakarta baru kasih tahu,” tuturnya.

Setiba di bandara internasional Soekarno Hatta, dia mencari pintu 2C sesuai pesan Rista untuk bertemu dengan penjemputnya. Benar saja, seorang pria yang mengaku masih kuliah menjemput Elisabet. Mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan mobil yang disupiri pria tersebut.

Elisabet tidak mengetahui lokasi yang dituju di Jakarta.  Dia ingat kembali pesan Rista : “Jika ada yang tanya, beritahu tempatnya di Pasar Induk.”

Dia kemudian hanya mengingat bahwa sebelum tiba di lokasi yang dituju, dia melihat ada toko bertuliskan “Toko Muda”.  Di depannya, sebuah bangunan dengan pintu berlapis dua dan ada petugas keamanan.

“Saya lihat banyak sekali orang di dalam. Di lantai kasur untuk tidur. Perkiraan saya ada 300-an  orang,” tutur Elisabet.

Dia sempat berkenalan dengan beberapa perempuan asal NTT di lokasi seperti tempat penampungan orang.  Mereka pun mengajari Elisabet tentang trik untuk menjaga diri dan menghubungi anggota keluarga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dengan bantuan beberapa calon pekerja di penampungan, Elisabet berhasil menelepon anak perempuannya. Jumi, sapaan anaknya bekerja sebagai pembantu rumah tangga satu warga di Kota Kupang.

“Anak saya khawatir yang bawa saya ini illegal. Saya juga bertanya-tanya saya ini mau masuk (Malaysia) ilegal atau tidak,” kata Elisabet.

Baca juga: Jalan Panjang Mariance Kabu, Korban TPPO Menggapai Keadilan

Sekitar seminggu menginap di penampungan, Elisabet mendapatkan paspor yang bertuliskan namanya dan tanggal lahirnya. Paspor diterbitkan di Kediri, Jawa Timur.

Antara cemas dan khawatir, Elisabet terbang ke Malaysia.

Cerita indah Rista berbanding terbalik dengan kenyataan yang dia alami di rumah majikannya di Kuala Lumpur. Di rumah itu, dia merawat seorang lansia dan beberapa anak kecil.

Dia diperlakukan tidak manusiawi.Telepon seluler, paspor diambil majikannya. Gajinya pun tidak diberikan.

Menurut Suratmi Hamida, Pelaksana harian Subkoordinator Perlindungan dan Pemberdayaan Balai Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran, Elisabet punya keberanian.

“Dia minta bantuan KBRI untuk pulangkan dia. Alamat majikan dia tulis di pahanya,” ujar Suratmi kepada KatongNTT.com

Elisabet kemudian meminta bantuan KBRI di Kuala Lumpur untuk meminta bantuan agar gajinya dibayarkan oleh perusahaan yang memperkerjakannya.

Baca juga: UU Narkotika Disebut Korbankan Banyak Buruh Migran Dijerat hukuman Mati

Pada Kamis malam, Elisabet Ninef  tiba di Kupang dengan pesawat Batik Air. Dia dijemput petugas Balai Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran NTT.

Aparat Kepolisian NTT menemui Elisabet untuk menjalani pemeriksaan pada Jumat siang, 27 Januari 2023. Jumi, anak perempuannya menyempatkan diri bertemu ibunya yang sudah 7 bulan meninggalkan keluarga demi mendapatkan uang di Malaysia. Ibu dan anak berpelukan erat dan menangis bersama.

“Saya berdoa setiap hari agar ibu saya bisa ditemukan dan pulang, tujuh bulan tidak ada kontak, tidak tahu dimana di Malaysia. Tuhan menjawab doa saya,” kata Jumi kepada KatongNTT.com.

Saat matahari perlahan bergerak ke arah barat pada Jumat sore,  petugas Balai mengantar Elisabet  pulang ke rumahnya.

“Saya tidak akan mau lagi kerja seperti ini,” ujarnya dengan suara bergetar. *****

 

 

Tags: #BalaiPelayanandanPerlindunganPekerjaMigranIndoensiaNTT#ElisabetNinef#Humantrafficking#KabupatenTimorTengahSelatan#NTT#Perdaganganorang#tppo
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Ilustrasi kapal nelayan rusak diterpa badai. (Dok. KatongNTT.com)

Memberangus Penyelundupan Manusia : Sindikat Manfaatkan Celah dan Perluas Area Operasi

by Tim Redaksi
4 Juni 2025
0

Pengantar: Kejahatan penyelundupan manusia (people smuggling) di Provinsi Nusa Tenggara Timur teridentifikasi marak sejak tahun 2000-an. Kejahatan ini telah melibatkan...

Tiga istri nelayan Papela, Rote bersama-sama anaknya menjenguk suami mereka di LP Baa, Rote Juli 2024. Suami mereka yang sehari-hari sebagai nelayan tergiur iming-iming uang puluhan juta oleh sindikat penyelundupan manusia untuk mengantar imigran ke Australia tahun 2022. (Dok. KatongNTT.com)

Memberangus Penyelundupan Manusia: Kisah Nelayan Rote Bertahan dari Jerat Sindikat

by Tim Redaksi
28 Mei 2025
0

Pengantar: Kejahatan penyelundupan manusia (people smuggling) di Provinsi Nusa Tenggara Timur teridentifikasi marak sejak tahun 2000-an. Kejahatan ini telah melibatkan...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati