Kupang – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan La Nina akan terjadi sampai penghujung tahun ini. La Nina bersambung selama 3 tahun terakhir ini merupakan fenomena yang unik. Fenomena baru terjadi dua kali sebelumnya yakni pada 1973,1974, 1975 serta 1998,1999 dan 2000.
Kepala Stasiun Klimatologi kelas II Kupang, Rahmatullah Adji menjelaskan, la Nina menyebabkan musim hujan di wilayah NTT lebih maju. Selain itu, musim hujan kali ini diperkirakan lebih panjang.
Dalam jumpa pers di kantor Gubernur NTT, Senin (3/10/2022), Adji menyampaikan perkiraan musim hujan di NTT akan dimulai dasarian III atau akhir Okteber. Sebagian besar wilayah NTT diperkirakan memasuki musim hujan pada dasarian II dan III November tahun ini.
“Terkait dengan musim hujan yang masuk lebih awal itu kita perkiraan di daerah Ruteng. Daerah itu selama ini kita kenal sebagai daerah basah,” ujar Adji.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Panganan Provinsi NTT, Lucky Koli meminta masyarakat untuk mengikuti informasi musim hujan yang disampaikan oleh BMKG. Selain menggunakan kearifan lokal masyarakat, Lucky meminta masyarakat untuk berpatokan juga pada prakiraan yang dikeluarkan BMKG.
Baca juga: Soal TJPS, Petani di Daratan Timor Disebut Belum Mandiri
Informasi tersebut dinilai penting agar masyarakat, terutama para petani untuk menanam di musim tanam 1, Oktober-Maret ini. Apalagi saat ini fenomena triple-dip la nina terjadi di wilayah Indonesia.
“Tujuannya agar masyarakat tidak gagal tanam akibat salah memprediksi musim hujan, apalagi gagal panen,” ujar Lucky.
Menurut Lucky, keterbatasan sumber daya berupa bibit harus menjadi perhatian petani. Kesalahan membaca musim hujan akan berdampak besar. Apalagi, menurutnya, anggaran pun terbatas.
Informasi dari BMKG harus menjadi referensi bagi petani sebelum menanam jagung, padi maupun jenis tanaman lainnya.
“Informasi ini kita sampaikan agar masyarakat betul-betul bijak dalam melihat dan memahami informasi – informasi dari BMKG sebagai referensi utama untuk bisa melakukan penanaman,” ungkapnya.
Baca juga: Pemprov NTT Siapkan Rp. 1 Triliun Untuk Program Tanam Jagung Panen Sapi
Terkait kesiapan bibit dan pupuk yang akan didistribusikan bagi petani, khususnya dalam program tanam jagung panen sapi (TJPS), Lucky mengatakan, dalam waktu dekat akan didistribusikan. Pendistribusian juga akan mengikuti prediksi musim hujan.
Menurutnya, pihaknya berkomitmen sebelum musim hujan di wilayah NTT, bibit dan pupuk sudah didistribusikan ke para petani. Sehingga petani tidak terlambat dalam menanam.
Waspada Bencana di Musim Hujan
Menghadapi musim hujan yang diperkirakan lebih panjang, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Ambrosius Kodo meminta masyarakat untuk tetap waspada. Informasi cuaca dari BMKG menurutnya akan membantu dalam mengantisipasi bencana yang bisa terjadi.
Ambrosius meminta warga selalu siaga. Terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah rawan bencana. Apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi dan objek jarak pandang 30 meter tidak jelas terlihat, maka segera mengevakuasi diri.
“Kita berharap semua orang bahwa hujan sebagai berkat, bisa juga sebagai malapetaka. Karena itu kita mesti ikuti perkembangan cuaca,” ujarnya.
Baca juga: Realisasi Dana Stimulan Badai Seroja Berkutat di Validasi Data
Ia mendorong masyarakat untuk terus memahami kondisi lingkungan sekitar. Dengan kesadaran itu, ditambah dengan informasi perkembangan cuaca yang baik, masyarakat bisa melakukan evakuasi mandiri untuk menyelamatkan diri terlebih dulu.(Joe)
Baca juga: Kepala Dinas Peternakan Diangkat Jadi Plt Sekda NTT