26 March 2023
Gula Semut Lontar Timor Naik Kelas di Tangan Olvira Ballo
Dekranasda NTT

Gula Semut Lontar Timor Naik Kelas di Tangan Olvira Ballo

Feb 19, 2023

Kupang –Butiran gula bewarna kecokletan berasal dari pohon lontar naik kelas di tangan Olvira Ballo. Perempuan kelahiran Kupang ini telah mengubahnya menjadi pemanis minuman yang sehat. Dan pemasarannya pun telah menembus hotel berbintang empat .

Gula Semut Lontar Timor, begitu nama gula yang dihasilkan dari dapur Olvira yang asri di kawasan Lasiana, Kota Kupang.

Pemilik usaha CV Beumopu Elba Jaya ini memproduksi Gula Semut lontar Timor dalam dua ukuran. Pertama,  ukuran sachet 6 gram yang dibungkus dengan kertas warna merah putih. Olvira menjualnya dalam satu kotak dengan isi 30 sachet.  Bungkusan seperti ini cocok untuk mereka yang ingin praktis. Tinggal dirobek sedikit sachetnya lalu dituang ke dalam gelas untuk dicampur dengan kopi, teh atau susu.

Untuk ukuran 20 gram, gula dibungkus dalam aluminium foil warna silver dan ditempel stiker warna merah putih bertuliskan “Gula Semut Lontar Timor”. Ukuran ini lebih pas sebagai oleh-oleh khas Timor atau buat dinikmati sendiri. Untuk kemudian disimpan dalam wadah tertutup agar tidak lembab.

Gula Semut Lontar Timor dalam bentuk sachet 6 gram (Dok Olvira Ballo)
Gula Semut Lontar Timor dalam bentuk sachet 6 gram (Dok Olvira Ballo)


Baca juga: Julia Manfaatkan Daun & Serat Pohon Lontar Membuat Anyaman Unik

Olvira juga terbuka untuk memenuhi permintaan pelanggannya agar ukurannya dibuat berbeda. Yang terpenting mantan staf di satu perusahaan kimia multinasional menjaga betul kualitas dan kebersihan produk gula semut lontar produksinya.

Selain itu, Olvira sudah mengantongi seluruh perizinan termasuk sertifikat halal sehingga produk ini dapat beredar di pasaran dalam dan luar negeri.

Gula Semut Lontar Timor dengan merek Mama Ana, sapaan untuk ibu kandung Olvira, sudah menjadi pilihan favorit pelanggannya. Harganya juga terjangkau di bawah Rp 50 ribu.

Kerja keras dan cerdas Olvira berbuah manis dalam memproduksi dan memasarkan gula dari pohon lontar yang tumbuh di Pulau Rote. Jumlah pembelian yang terus mengalir bahkan meningkat setelah pandemic Covid-19 tahun 2021. Para pembeli datang dari Pulau Jawa, Sumatera, dan beberapa kota di NTT seperti Labuan Bajo.

“Ada yang tahu dengan mencarinya di Google. Ini karena kami sudah punya website,” kata Olvira saat ditemui di rumahnya Kamis pagi, 16 Februari 2023.

Bahkan, produk Gula Semut Lontar Timor dalam bentuk sachet sudah hadir di hotel Aston di kawasan Pasir Panjang di Kota Kupang. Olvira menuturkan, hotel bintang empat itu sudah lebih dari tiga bulan membeli produknya. Jumlah pembelian mencapai 3 ribu sachet.

Gula Semut Lontar Timor tersedia di Hotel Aston di Kota Kupang (Difan - KatongNTT.com)
Gula Semut Lontar Timor tersedia di Hotel Aston di Kota Kupang (Difan – KatongNTT).com)

 

Baca juga: NTT Ekspor Komoditas Unggulan Sedikitnya ke 11 Negara

Segera menyusul hotel Sahid Timore di kawasan Penfui, Kota Kupang. Hanya saja pihak hotel mengambil produknya melalui Dekranasda NTT.

“Untuk Hotel Sahid Timore baru mulai suplai,” ujar Olvira sumringah.

Di Kota Kupang, produk Gula Semut Lontar Timor dapat dibeli di gedung Dekranasda NTT. Olvira mengungkapkan terimakasih kepada Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat. Awalnya dia kurang percaya diri memproduksi dan memasarkan produk khas tanaman NTT ini.

“Bunda Julie mendukung saya, alat ini (mesin packaging) dari Bunda,” ujar Olvira.

Dia juga menerima pembelian di rumah. Untuk memudahkan pembeli menemukan lokasinya, dia membuat papan nama warna merah bertuliskan “Oleh – Oleh Mama Ana”  di pagar luar rumah.  Juga mudah ditemukan dengan menggunakan google map.

Mesin untuk membungkus Gula Semut Lontar Timur bantuan Dekranasda NTT (Difan - KatongNTT)
Mesin untuk membungkus Gula Semut Lontar Timur bantuan Dekranasda NTT (Difan – KatongNTT)

Dalam menjalankan usahanya, Olvira mengaku fokus dan merawat pelanggannya dengan memberikan pelayanan maksimal. Misalnya, sekalipun lokasi pembeli jauh di luar NTT, Olvira tetap melayani penjualan .

Dia dan 5 pekerjanya siap membungkus produk supaya terjaga kualitas maupun kerapiannya. Untuk kemudian memilihkan jasa pengiriman dengan biaya yang tidak membebani pelanggannya.

Baca juga: Jatuh Bangun Yustin Sadji, Eks Pengungsi Timtim Merawat UMKM Mindari

Olvira mengatakan biaya jasa pengiriman barang termasuk mahal di NTT. Ini satu tantangan bagi pelaku UMKM maupun UKM yang ingin memasarkan produknya keluar NTT.

“Ini perlu menjadi perhatian pemerintah bagaimana supaya biaya pengiriman lebih murah daripada sekarang,” ujarnya.

Bagaimana dia memastikan bahan utama produk gula semutnya tetap tersedia dengan semakin banyaknya pesanan? Olvira telah menggandeng dan bekerjasama dengan para petani lontar di Pulau Rote.

Mereka secara teratur mengirimkan gula semut lontar untuk kemudian diolah di dapur produksi miliknya. “Saya memesan gula sesuai kapasitas dapur saya yang terbatas,” ujarnya.

Mesin pengering gula semut buatan startup anak muda NTT (Difan - KatongNTT)
Mesin pengering gula semut buatan startup anak muda NTT (Difan – KatongNTT)

Gula semut,  setelah diterima dalam bentuk butiran kecil kecoklatan seperti semut, kemudian dikeringkan dalam mesin pengering sampai derajat tertentu.

“Mesin pengering ini buatan anak muda NTT ,” ungkap Olvira.

Gula semut kemudian dimasukkan dalam mesin untuk dimasukkan dalam bentuk sachet dan aluminium foil.  Setelah itu, Gula Semut Lontar Timor siap untuk dijual dan dipasarkan.

Selain memproduksi gula semut, Olvira juga memproduksi cemilan dari tanaman khas NTT seperti kacang mede dari Flores, kacang kenari dari Alor, dan kacang tanah serta kopi Sumba. Produk cemilannya juga laris manis.

Nah, berapa omzet dari penjualan gula semut berikut cemilan lainnya? Olvira tertawa dan mengecilkan volume suaranya : “ada tiga digit.”

Di akhir pertemuan, Olvira mengungkapkan 5 karyawan yang sudah bekerja dengannya di atas dua tahun masing-masing mendapat gaji sesuai aturan upah minimum kota Kupang. Dia juga memberikan asuransi jiwa kepada masing-masing karyawannya. Suatu kepedulian yang mungkin masih jarang diterapkan di NTT. *****

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *