Kupang – Perkenalan Emanuel Terong Krova dengan dunia jurnalistik tak terbayang sebelumnya. Eman, begitu ia disapa, berkecimpung dengan jurnalistik sejak 2015. Saat itu, dirinya berstatus mahasiswa.
“Waktu itu saudara ajak jalan-jalan. Akhirnya saya tertarik. Ini menarik, tiap hari jalan, cari berita,” ujar Eman.
Ketertarikan itu, mendorongnya untuk mengabdikan diri menjadi seorang wartawan. Ia yang awalnya hanya mengamati, perlahan mulai belajar menulis berita, mencari ide liputan hingga melakukan liputan sendiri.
Proses itu tidaklah mudah. Proses itu diceritakan oleh Eman saat ditemui di Kupang, Rabu (8/6/2022).
Pria kelahiran Lamalera, 16 Agustus 1992 itu mengawali karirnya sebagai wartawan di media Aktualita NTT, tabloid mingguan. Eman tidak punya latar belakang pendidikan jurnalistik. Ia juga tidak pernah mengikuti pelatihan jurnalistik.
Keputusannya menjadi wartawan, mengharuskannya untuk banyak belajar terkait jurnalistik. Ia terus dan terus mengasah kemampuannya untuk menghasilkan karya yang baik.
“Mau tidak mau kita harus tahu membuat beritanya bagaimana, teknik wawancaranya bagaimana, itu kita harus belajar,” kata Eman.
Membaca dan menulis adalah dua hal yang menurut Eman menjadi keharusan bagi seorang wartawan. Hal itu pula yang dilakukan Eman untuk meningkatkan kemampuannya sebagai seorang wartawan.
“Dunia (jurnalistik) memang terbuka bagi siapa saja. Intinya punya niat untuk belajar dan mau tau,” ujarnya.
Eman sempat jeda bekerja sebagai wartawan. Kala itu, Eman sedang disibukkan dengan tugas akhir. Setelah wisuda, anak bungsu dari enam bersaudara ini tidak langsung bekerja. Baru pada 2017, ia diminta oleh temannya untuk bekerja di Nusata Media.
Media ini lalu ditutup saat pandemi Covid-19. Bersama Rafael Beding yang sama-sama berkarya di Nusata Media, mereka mendirikan KoranNTT.com pada tahun 2020. Perkembangan media ini termasuk cepat. Dua tahun berkarya, KoranNTT masuk dalam daftar 10 besar media online dengan pembaca terbanyak versi Alexa pagerank.
“Saya juga senang. Apalagi berita yang kita buat, tayang lalu banyak pembaca sampai trending di google kita juga senang. (ada) kebanggaan tersendiri,” kata Eman.
Eman bercerita, selama menjadi kuli tinta, banyak suka dan duka yang dialami. Penilaian negatif dari masyarakat yang menganggap wartawan suka memeras tidak luput dialamatkan pada Eman. Namun, bagi alumni Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang itu, stigma buruk itu tidak mempengaruhinya untuk terus berkarya.
“Biarkan saja, itu penilaian mereka. Intinya, kita sendiri secara pribadi tidak pernah lakukan (pemerasan). Kita buktikan lewat karya, lewat tulisan,” ujarnya.(Joe)
Baca juga: Kisah Tukang Sol Sepatu Memaknai Cinta dari Pahitnya Hidup