Kupang – Kematian bayi dan balita di Nusa Tenggara Timur (NTT) belum turun siginifikan dua tahun terakhir. Kematian yang tertinggi pun terjadi di Kabupaten Kupang dan Sumba Timur (Sumtim).
Badan Pusat Statistik NTT sepanjang 2023 mendata 114 bayi meninggal di Kupang dan 110 bayi meninggal di Sumtim.
Kematian bayi di Sumtim adalah yang paling melonjak signifikan dari dua tahun sebelumnya. Pada 2021 ada 19 kematian dan di 2022 meningkat jadi 41 kematian bayi.
Baca juga : Kematian Ibu dan Bayi, Ombudsman Minta Klarifikasi RSUD Larantuka
Angka kematian balita yang tertinggi pun terjadi pada dua kabupaten ini di 2023. 114 balita meninggal di Kupang dan 112 balita meninggal di Sumtim.
Lagi-lagi balita yang meninggal di Sumtim mengalami lonjakan signifikan dari dua tahun sebelumnya. Pada 2021 tercatat 21 kematian balita. Kemudian di 2022 naik jadi 50 kasus kematian balita.
Secara keseluruhan, Provinsi NTT pada 2021 mengalami 955 kematian bayi di seluruh kabupaten dan kotanya. Pada 2022 ada 1.139 kematian bayi dan 1.046 bayi meninggal di 2023.
Baca juga: Tewasnya Ibu dan Bayi Yang Baru Lahir, RSUD Larantuka Buka Suara
Sedangkan balita yang meninggal di NTT pada 2021 pun lebih tinggi lagi yaitu 1.074 kematian di 2021, lalu 1.244 kematian di 2022, lalu 1.125 kematian 2023.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Yoel Midel Laitabun beberapa waktu lalu mengatakan berbagai faktor bisa mempengaruhi kematian bayi, balita maupun ibunya.
“Kematian bayi dipengaruhi sejumlah faktor seperti asfiksia, berat badan bayi lahir rendah serta ada kelainan bayi bawaan yang membuat bayi meninggal dunia saat baru dilahirkan,” tukasnya.
Baca juga : Polisi Tangkap Pasangan Yang Buang Bayi Dalam Kantong McDonald’s
Begitu pula kematian anak bisa disebabkan karena kejang, dehidrasi berat, kelainan bawaan lainnya, pneumonia dan cacat bawaan.
Ia menambahkan terdapat pula 14 ibu yang meninggal sepanjang 2023. Pada 2022 pun ada 9 ibu yang meninggal.
Kematian ibu saat melahirkan ini pun umumnya karena pendarahan pasca melahirkan, tekanan darah tinggi, infeksi hingga penyakit penyerta lainnya.
“Kalau kematian pada ibu-ibu itu akibat dari pendarahan, hipertensi pada saat kehamilan, pre eklampsia, kelainan jantung, hingga infeksi,” ungkap dia. ***