• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Selasa, November 18, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Perempuan dan Anak

Kisah Ina Pehe di Usia 75 Tahun Masih Berjualan di Pantai Tedis Kupang

Rita Hasugian by Rita Hasugian
2 tahun ago
in Perempuan dan Anak
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Martina Mamo yang disapa Ina Pehe berusia 75 tahun dan masih bekerja sebagai pedagang kaki lima di kawasan Pantai Tedis, Kota Kupang, Provinsi NTT. (Dok. Ayunda - KatongNTT.com)

Martina Mamo yang disapa Ina Pehe berusia 75 tahun dan masih bekerja sebagai pedagang kaki lima di kawasan Pantai Tedis, Kota Kupang, Provinsi NTT. (Dok. Ayunda - KatongNTT.com)

0
SHARES
99
VIEWS

Kupang – Kedua tangan Martina Mamo atau disapa Ina Pehe bergetar saat menyeduh kopi pesanan pelanggannya di Pantai Tedis, Kelapa Lima, Kota Kupang. Dia berusaha berdamai dengan usianya yang sudah uzur demi bertahan hidup dan menghidupi keluarganya.

Satu-satunya pekerjaan yang mampu Ina Pehe lakukan adalah berjualan kopi dan cemilan setiap hari.

BacaJuga

Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjalani sidang putusan perkara pencabulan dan persetubuhan tiga anak di pengadilan negeri kupang, 21 Oktober 2025. (rita hasugian/katongntt)

Laporan Kejahatan Seksual Anak Meningkat di Dunia, Indonesia di Urutan Empat

5 November 2025
data hiv/aids di kabupaten sikka, ntt.

Kisah Penyintas HIV/AIDS di Sikka Takut Anaknya Didiskriminasi Masyarakat

19 September 2025

“Kita duduk-duduk di rumah ini mau dapat uang dari mana? Harus keluar biar seribu dua ribu juga kita bisa bawa pulang,” kata Ina Pehe membuka percakapan saat ditemui KatongNTT.com pada 5 Desember 2023 jam 5 sore.

Baca juga: Pilu membiru Perempuan Dalam Rumah Tangga

Ina Pehe melayani beberapa pelanggannya yang sedang menikmati senja di Pantai Tedis. Perempuan berusia 75 tahun menjalankan usahanya sebagai pedagang kaki lima sejak tahun 2003. Para pedagang kaki lima di situ menyebut Ina Pehe sebagai pedagang tertua.

Perempuan asal Pulau Sabu ini mengawali usahanya dengan berjualan sirih pinang di emperan toko di Pantai Tedis. Kawasan itu belum sebagus sekarang. Namun dia memutuskan berhenti berjualan sirih pinang setelah petugas keamanan melakukan razia.

Ina Pehe beralih menjadi penjual makanan ringan dan minuman. Dia bersama pedagang kaki  lima  lainnya mendapat tempat berjualan dan tidak dipungut biaya apapun. Hanya saja tempat berdagang mereka belum permanen.

“Di sini kami belum dapat tempat yang permanen. Jadi kita lihat tempat yang bisa simpan jualan ya kita jualan sudah. Disini tidak ada minta uang( pungutan) apa-apa,” jelas Ina Pehe.

Baca juga: Jumlah Perempuan NTT Yang Nganggur Kembali Bertambah 

Dalam sehari, Ina Pehe rata-rata membawa pulang uang kurang dari Rp 50 ribu. Uang itu dia dapatkan dari hasil berjualan dari pagi sampai sore.

“Tidak bisa sampe malam karena saya su tua juga sonde bisa berdiri lama,” ujarnya.

Dari kerja kerasnya, Ina Pehe yang rambutnya sudah dipenuhi uban, tetap bersyukur karena dia mampu menyelesaikan pendidikan 8 anaknya hingga ke jenjang SMA. Suaminya 15 tahun lalu meninggal, sehingga dia mengambil alih pekerjaan sebagai bapak sekaligus ibu bagi anak-anaknya.

Baca juga: Kisah Masyarakat Adat NTT Atasi Perubahan Iklim, Di Mana Pemerintah?

“Saya punya anak ada 8 orang. Semua su menikah su punya anak. Laki-laki 2 orang,  yang lain perempuan. Saya pu suami sudah meninggal dari 2008. Dari bajual begini yang saya bisa kasi selesai sekolah anak-anak biar cuma tamat SMA,” tutur Ina Pehe.

Pernahkah mendapat bantuan dari pemerintah? Ina Pehe beberapa saat menarik nafas berusaha mengembalikan memori lamanya. Seingatnya di masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri dia untuk pertama kali mendapat bantuan modal usaha Rp 2 juta.

Baca juga: Perempuan NTT Dalam Bayang-bayang Bencana Ekologis

Ina Pehe juga pernah mendapat bantuan modal usaha saat pandemi Covid-19 tahun 2020 berupa beras dan uang Rp 600 ribu setiap bulan. Setelah status pandemi diturunkan menjadi endemi, bantuan dihentikan.

Saat dulu berjualan di emperan toko di kawasan Pantai Tedis beberapa kali Ina Pehe menerima bantuan dana. Dia yang buta huruf mengurus sendiri administrasi penerimaan bantuan  modal kerja itu.

“Kami pergi urus itu saya masih ingat pas mau ambil uang itu saya pake cap saja. Saya bilang di petugas saya ini bukan orang sekolah jadi saya sonde ( tidak) mau tanda tangan, saya cap saja,” tuturnya.

Untuk mempertahankan usahanya saat ini, Ina Pehe meminjam dana dari koperasi  sebesar Rp 250 ribu. Setiap hari dirinya mencicil pelunasan pinjaman Rp 10 ribu setiap hari.

Baca juga: Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi UNESCO, Diajarkan di 355 Lembaga Pendidikan Dunia

Dia tidak tahu apakah masih ada bantuan pemerintah untuk pedagang kaki lima seperti dirinya.

“Kalo bantuan lain tidak ada, kalo pun ada kami sonde dapat informasi,” paparnya.

Ada pengalaman menarik yang dikenang Ina Pehe. Ceritanya, dia pernah diminta petugas kelurahan di kawasan wisata itu untuk berhenti berjualan karena usianya sudah uzur. Namun dia tegas menolak saran petugas kelurahan.

“Saya bilang: ‘Bapa kalo saya tidak bajual na nanti pagi-pagi saya dengan saya pu anak cucu pi (pergi) sendok makan di Bapa punya rumah saja.’ Mulai dari situ tidak ada yang tegur saya lagi,” kata Ina Pehe tertawa.

Baca juga: Pameran SANDU SANGGU, Kisah Awal Mula Terciptanya Sasandu

Sambil membereskan dagangannya karena matahari sudah tenggelam, Ina Pehe sempat mengeluhkan harga sembako yang semakin mahal. Sehingga cukup menyulitkan dirinya sebagai pedagang.

“Su (sudah) naik semua sekarang kak. Termasuk gula dengan kopi kemarin saya beli itu harga sudah naik semua. Tapi mau bilang apa lagi. Biar bahannya sudah naik tapi pas bajual kami kasi harga tetap. Bersyukur saja,” ujarnya pasrah.

Ina Pehe berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan masyarakat kecil seperti dirinya. Ia juga meminta agar informasi dari pemerintah terkait bantuan modal usaha dapat menjangkau  pedagang-pedagang kecil seperti dirinya.

Baca juga:  Perempuan Dalam Politik dari Kacamata Anak Muda Kota Kupang

“Orang-orang yang di atas pasti tahu kami yang kecil. Kalo ada bantuan kami juga bisa dikasi informasi karena kadang pas kami dengar dan kami pergi, nama su ada orang lain dan alasan yang lain. Saya berharap itu saja,” tandas Ina Pehe. (Ayunda)

Tags: #InaPehe#Kotakupang#lansia#Pantaitediskupang#Pedagangkakilima
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjalani sidang putusan perkara pencabulan dan persetubuhan tiga anak di pengadilan negeri kupang, 21 Oktober 2025. (rita hasugian/katongntt)

Laporan Kejahatan Seksual Anak Meningkat di Dunia, Indonesia di Urutan Empat

by Rita Hasugian
5 November 2025
0

Kupang – Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur telah memanfaatkan situs tertutup (dark web) dan...

data hiv/aids di kabupaten sikka, ntt.

Kisah Penyintas HIV/AIDS di Sikka Takut Anaknya Didiskriminasi Masyarakat

by Difan Fandi
19 September 2025
0

Sikka– Angka kasus HIV/AIDS di Kabupaten Sikka terus meningkat. Berdasarkan data Komite Penanggulangan HIV/AIDS, hingga Februari 2025 tercatat 1.195 kasus...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati