Kupang– Berawal dari tugas kuliah, Epi dan Siska kemudian memutuskan untuk fokus berjualan camilan Ublin. Keduanya merupakan mahasiswa pertanian Universitas Nusa Cendana yang pada tahun 2015 ditugaskan untuk membuat makanan dari pangan lokal dan memasarkannya.
“Karena setiap kali pulang liburan pasti saya bawa Ublin ini, jadi waktu ada tugas kewirausahaan, kami buat Ublin saja baru ditambahkan ubi ungu sebagai pangan lokal,” kata Siska yang ditemui di rumah produksi mereka di Kelapa Lima, Kupang Juni 2022.
Siska menjelaskan, Ublin adalah camilan turun temurun dari neneknya. Dulu Ublin sering disajikan saat Natal. Camilan ini diolah dari campuran tepung, minyak, dan beberapa bahan lainnya lalu diuleni hingga kalis. Hasil ulenan dibulatkan kecil-kecil dan dipanggang pada alat panggang khusus. Alat panggang yang dipakai adalah warisan dari nenek Siska.
“Alat panggangnya ini kami tidak bisa temukan di mana-mana. Jadi kami pakai yang dari nenek kami. Ini sudah di las berkali-kali ini makanya masih layak pakai,” ujar perempuan asal Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan ini.
Selanjutnya, adonan yang telah dibulatkan dipanggang sekitar dua sampai tiga menit. Adonan dalam bentuk bulat tadi akan dipipihkan dalam alat panggang tersebut, sehingga hasilnya akan sangat tipis. Oleh karena itu, adonan harus terus dibalik tiap 10 – 15 detik agar tidak gosong.
Alat panggang warisan ini hanya bisa memuat dua bulatan kecil adonan. Sehingga proses pembuatan Ublin ini membutuhkan waktu yang lama. Untuk menghasilkan empat sampai lima kilo Ublin, dibutuhkan delapan hingga sembilan jam.

Camilan Ublin milik sepasang kekasih ini diberi nama Bungtilu Snack.
Warga NTT mungkin tak asing lagi dengan nama Bungtilu. Namun, Bungtilu yang dimaksud bukan menjurus ke Gubernur NTT saat ini, Viktor Bungtilu Laiskodat. Akan tetapi merujuk pada cerita legenda dari pulau Semau. Konon terdapat pohon kapas yang dapat menghasilkan kapas dengan tiga warna sekaligus. Yaitu hitam, putih, dan merah. Kapas-kapas ini kemudian diambil untuk dijadikan benang untuk membuat kain tenun.
“Jadi kami ambil kisah itu yang melambangkan NTT. Untuk menunjukkan bahwa ini camilan dari NTT. Lalu ada logo yang orang tua di sini, menunjukkan kalau ini snack jadul,” ujar epi menjelaskan.
Meraup Untung
Awalnya penjualan dilakukan secara daring lewat media sosial. Oleh karena Ublin ini adalah camilan tempo dulu, Epi mengatakan yang memesannya kebanyakan orang tua.
“Anak muda sekarang tidak tahu ini makanan apa. Yang tahu hanya orang-orang tua saja, jadi yang pesan itu kebanyakan orang tua. Jadi mereka seperti mengenang kembali masa lalu dengan Ublin ini,” jelas pria 25 tahun itu.
Namun setelah pandemic Covid-19 melanda, perekonomian masyarakat merosot dan membuat tingkat penjualan Ublin menurun. Untuk itu, Epi mulai menjual door to door memasarkan produk ini. Namun, penyebaran virus Covid-19 yang bisa melalui sentuhan ini membuat Epi belum mampu meningkatkan penjualan produknya.
Setelah pandemik Covid-19 mulai sedikit reda, Epi dan Siska memilih untuk menjual Ublin ke toko-toko di Kota Kupang.
Ublin per 250 gram dijual dengan harga Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Dengan penjualan demikian, Siska dan Epi dapat meraup untung hingga Rp 5 juta.
Penjualan lewat toko ini sebenarnya sudah dipikirkan sejak lama, namun baru bisa terealisasi setelah mereka mendapat sertifikat PIRT.

Sertifikat PIRT ini mereka dapatkan lewat kegiatan yang diadakan Dekranasda NTT pada 2021. Dengan sertifikat ini, Ublin buatan Epi dan Siska mulai melalang buana di beberapa toko di Kota Kupang. Seperti di Dutalia, Glory Swalayan, MTM Mart, dan lainnya.
Dekranasda NTT pun kini setiap dua kali seminggu memasok Ublin di galeri UMKMnya sebagai salah satu camilan oleh-oleh khas NTT.
Semakin banyak toko yang menerima produk mereka, maka varian rasa Ublin ini pun diperbanyak. Untuk sekarang ini, total varian rasa Ublin tersedia dalam enam rasa.
“Yang pertama rasa original, itu resep asli yang didapat dari nenek. Setelah itu, karena kami anak pertanian (Fakultas Pertanian Undana-Red), jadi kami tambahkan pangan lokal. Itu ada ubi ungu, kelapa, kacang tanah, lalu ada pandan, dan rasa keju,” kata Siska.
Ke depan kata Epi, tak menutup kemungkinan akan muncul Ublin dengan varian rasa lainnya.
Namun, fokus utama Siska dan Epi kini adalah mendapat mesin pemanggang yang setidaknya bisa menampung lebih banyak adonan sekali panggang. Ini akan membantu pekerjaan mereka memproduksi snack Ublin menjadi efektif dan efisien. *****
Silakan hubungi nomor +6282147380851 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!