• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Juni 22, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Perempuan dan Anak

Kisah Perempuan NTT Bertahan Dari Mahalnya Harga Beras

Tim Redaksi by Tim Redaksi
1 tahun ago
in Perempuan dan Anak
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Bety Zacharias, seorang ibu rumah tangga di Maulafa sedang menyiapkan makan bagi keluarganya (Ruth Botha - KatongNTT)

Bety Zacharias, seorang ibu rumah tangga di Maulafa sedang menyiapkan makan bagi keluarganya (Ruth Botha - KatongNTT)

0
SHARES
92
VIEWS

 

Kupang – Yanti Taneo(25), seminggu yang lalu kaget mendapati harga beras sudah naik di pasar Penfui, Kupang, NTT.

BacaJuga

Ilustrasi Fakta Pemerkosaan Mei 1998

Membungkam Ingatan: Takedown Mei 1998 dan Perlawanan Digital Masyarakat Sipil

20 Juni 2025
Ilustrasi beberapa anak sekolah merokok . (Unair.co.id)

Anak Merokok Aktif Marak di Maumere, Bisakah Kita Peduli dan Bertindak?

14 Juni 2025

Biasanya harga berkisar Rp10.000 – Rp12.500, tapi kini menjadi Rp16.000 per kilonya.

”Jadi beta beli dua kilo sa (saja). Padahal biasa beli 5 kilo. Untuk (kebutuhan) satu bulan punya di kos,” jelas perempuan asal So’e, TTS ini.

Baca Juga: Akhir Februari, NTT Baru Dapat 19 Persen Bantuan Beras 

Untuk menghemat beras, ia pun mulai stok mie instan yang banyak di kosannya agar bisa mengganti sumber karbonya.

Harga beras di pasar Penfui yang melonjak naik (Ruth Botha - KatongNTT)
Harga beras di pasar Penfui yang melonjak naik (Ruth Botha – KatongNTT)

Sedangkan Bety Zacharias (48), seorang ibu rumah tangga di Maulafa, mau tak mau harus gerak cepat ikut mengantri jika ada pasar murah di kelurahan atau pasar-pasar terdekat.

Ia harus memastikan stok beras di dapurnya aman.

Baca Juga: Prediksi Kementan, Harga Beras Tetap Mahal Jelang Masa Panen

Kebiasaannya untuk menyiasati beras premium jika terlalu mahal, ia selalu mencampur dengan beras kualitas medium sekali masak. Sehingga tak melulu membeli beras premium.

Satu kebiasaan uniknya juga ialah “menyembunyikan” beras.

Beras premium yang sudah dibeli suaminya ia cadangkan 3-4 kg tiap pembelian satu karung beras. Sehingga jika harga beras premium naik, hanya perlu membeli beras medium yang lebih murah lalu dimasak campur.

“Sekarang ju musim jagung toh. Jadi jagung itu juga selingan. Kalo masak beras takarannya lebih sedkit. Seperti biasa masak 5 gelas, kalau ada jagung katong masak 3 gelas saja,” ujar Ibu empat anak ini.

Baca Juga: Bulog Pasok 5000 Ton, Beras di NTT Tetap Mahal

Meski demikian, tak bisa terus berharap dari mengonsumsi jagung ini. Musim jagung hanya bertahan beberapa bulan. Pun mereka tak punya kebun jagung untuk bisa menyimpan stok. Sehingga harapnya harga beras bisa kembali normal dalam waktu dekat ini.

Perempuan, yang diberi tanggung jawab oleh kehidupan sosial dan negara, juga dengan adanya tuntutan budaya patriarki, menempatkan perempuan pada peran-peran domestik.

Tugasnya, untuk menjamin ketersediaan makanan di atas meja makan.

Ketika harga beras naik, perempuan jadi pihak yang paling terdampak atas kebijakan ini.

Maria Loretha, warga desa Pajinian, Adonara Barat menyatakan untuk perbiasakan diri kembali mengonsumsi pangan lokal yang ada NTT.

Baca Juga: Optimalkan Singkong, NTT Bisa Kurangi Ketergantungan Beras dari Luar

Sehingga tak ada yang namanya ketergantungan akan beras.

“Sudah sejak anak-anak kecil, saya sudah biasakan untuk tidak boleh tambah nasi. Tapi ada selingan lain, seperti pisang, jagung, sehingga karbonya itu tidak bergantung pada satu sumber,” jelasnya ketika dihubungi katongNTT, pada 28/2/2024.

Sehingga ketika harga beras naik seperti ini, tidak ada kesulitan bagi keluarganya soal makanan.

“Karena ketika nasi dicampur jagung, dicampur sorgum, atau makan sorgum saja, jagung saja, itu bukan sesuatu yang baru bagi keluarga,” ujar perempuan yang biasa disapa mama sorgum karena dedikasinya dalam menyadarkan masyarakat terkhususnya di Flores Timur untuk menanam kembali Sorgum.

Maria Loretha, yang dijuluki Mama Sorgum karena sejak 2004 menggaungkan kembali pada masyarakat Flores Timur untuk menanam kembali sorgum (Dok. pribadi Maria)
Maria Loretha, yang dijuluki Mama Sorgum karena sejak 2004 menggaungkan kembali pada masyarakat Flores Timur untuk menanam kembali sorgum (Dok. pribadi Maria)

Sehingga menyikapi tingginya harga beras, perempuan 55 tahun ini menyatakan untuk makan kenyang hanya ketika siang.

“Kita tidak akan mati kok kalau tidak makan nasi. Perbanyak makan ikan, makan sayur, makan lauk,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Naik, Bulog NTT Hanya Bisa Serap Beras di Ngada 

Walau memang susah jika tiba-tiba diterapkan kepada anak-anak yang sudah dibiasakan sejak kecil hanya mengonsumsi nasi.

Namun bisa dengan pelan-pelan mencampur beras dengan jagung, atau sorgum, maupun kacang-kacangan sehingga tak terus bergantung pada beras.

Ia pun mengajak untuk kembali menjadi masyarakat NTT seperti sedia kala yang mengonsumsi jagung dan gula tuak, sorgum, pisang, ubi, dan pangan lokal lainnya yang mulai ditinggalkan.

“Kan konyol sekali kita orang NTT ini, pergi ke Malaysia untuk bisa beli beras satu karung. Atau minum Milo. Kan lucu sekali. Bagaimana agar bisa kembali sebagai orang NTT yang hanya makan jagung dengan gula merah, tapi memiliki tubuh yang bagus,” pungkasnya. ***

Tags: #Beras#berasdintt#berasmahal#PerempuanNTT
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Ilustrasi Fakta Pemerkosaan Mei 1998

Membungkam Ingatan: Takedown Mei 1998 dan Perlawanan Digital Masyarakat Sipil

by Rita Hasugian
20 Juni 2025
0

Pagi itu, 18 Juni 2025, pengelola akun @neohistoria_id membuka surel dari platform X. Isinya mengejutkan—pemberitahuan resmi bahwa Kementerian Komunikasi dan...

Ilustrasi beberapa anak sekolah merokok . (Unair.co.id)

Anak Merokok Aktif Marak di Maumere, Bisakah Kita Peduli dan Bertindak?

by Rita Hasugian
14 Juni 2025
0

Waiblama – Di tengah perbukitan di Kecamatan Waiblama, Maumere, Kabupaten Sikka, kisah seperti Roky bukan hal langka. Roky (bukan nama...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati