Laasar Adu memegang teguh prinsip berbagi dengan sesama yang membutuhkan secara tulus tanpa pamrih. Prinsip itu yang membawanya selama 22 tahun setia mendonorkan darah. Dia memiliki darah tipe AB.
Di luar sana, pikirnya, ada seseorang yang mungkin kritis dan sedang membutuhkan sekantong darah. Dengan darah yang dia berikan, semoga nyawa orang itu segera tertolong.
Seperti Senin lalu, 14 Juni 2021, Laasar kembali mendonorkan darahnya. Di lengan kirinya ada bekas jarum suntik dibalut plester. Dia mencicipi semangkuk bubur kacang hijau hangat. Laasar baru saja memberikan sekantung darah miliknya. Wajahnya tampak segar dan tersenyum lebar.
Aston Kupang mengadakan kegiatan sosial berbagi darah hari itu. Tiap tahun hotel bintang empat ini rutin mengadakan kegiatan donor darah. Laasar enggan melewatkan momen yang sudah dijalaninya selama 22 tahun.
Rambutnya disisir rapi. Terlihat klimis. Sambil menikmati bubur kacang hijaunya, Laasar berbagi pengalaman setianya mendonorkan darahnya selama puluhan tahun kepada KatongNTT.com.
Menurut Laasar, darahnya tidak lagi miliknya seorang, tapi sudah juga menjadi milik orang lain. Donor perdana dilakukannya di Bali pada tahun 1999.
Saat itu Laasar sebagai mahasiswa yang ingin tahu pada awalnya. Laasar dengan pembawaan santai lantas mengikuti aksi donor darah di kampusnya, Universitas Udayana, tahun 1999. Sejak momen pertama kali itulah dia jatuh hati hingga akrab dengan jarum transfusi.
Selepas itu Laasar rutin memberi darahnya baik secara pribadi maupun terlibat dengan kegiatan terkait donor darah. Begitu pindah ke Kota Kupang di tahun 2014, dia tetap mendonorkan darahanya. Bertepatan ASTON Kupang beroperasi pertama kali di tahun yang sama , dia pun diajak mendonorkan darah. Laasar melakoninya hingga sekarang.
Sudah 41 tahun usianya, Laasar sehat bugar. Dia yakin tubuhnya sehat sebagai dampak positif dari mendonorkan darah. Satu masalah kesehatan yang dialami, ungkapnya sembari tersenyum, hanyalah cedera syaraf karena mengangkat beban terlalu berat.
“Untuk sakit dalam tidak dan mudah-mudahan tidak pernah,” kata Laasar tersenyum.
Bagi dia donor darah tak ubahnya terapi. Ia pernah mengkonsultasikan hal ini ke dokter dan memang dianjurkan demikian baiknya. Saat tubuhnya terasa kurang nyaman, maka hal pertama terlintas di pikirannya adalah mendonorkan darah.
“Tubuh melalui tulang akan memproduksi darah lagi, maka dianjurkan tiga sampai empat bulan sekali melakukan donor darah, saya tidak ragu dengan itu,” tutur Laasar.
Begitupun dia pernah diminta untuk istirahat sejenak karena hasil tensi tekanan darahnya kurang baik. Dia diminta untuk tidur sebentar oleh petugas setelah minum segelas susu dan menyantap makanan. Usai istirahat cukup ia kemudian bisa mendonorkan darah karena tensinya mulai normal.
“Ya mungkin karena memang darah AB tidak banyak di umum dibanding O, A atau B, maka memang dibutuhkan seperti itu,” jelasnya.
Tidak saja baik bagi tubuh tetapi Laasar yakin cara ini menambah amalnya. Ia tidak dapat membayangkan apabila ada seorang ibu yang usai melahirkan lalu kekurangan darah akhirnya menunggu ditolong, atau saudara dari seseorang terlibat kecelakaan di luar sana dan butuh sumbangan darah supaya nyawa terselamatkan, mungkin juga ada pasien operasi yang harus segera mendapat transfusi darah supaya dapat kembali bersama keluarga. Donor darah baginya sama dengan tanggung jawab kemanusiaan yang akan ia sanggupi. Ia serius saat menyampaikan ini.
“Kasihan kalau sampai ada kekurangan darah,” ujar Laasar.
Untuk itu, ia seringkali mengundang Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menggelar kegiatan donor darah di tempat ibadah dimana banyak umat berkumpul. Ia memang tidak asing lagi dengan petugas PMI.
Amalan yang berharga perlu dibagikan kepada sesama dan pengalamannya ini dapat membuat banyak pribadi sehat lainnya dapat menyumbang darah. Setetes darah memang bernilai bagi nyawa orang lain. Dengan istirahat dan makan yang cukup, kata dia, sudah dapat memberi darah kepada sesama.
“Hidup kita akhirnya bukan untuk kita lagi tapi juga berarti untuk orang lain,” ungkap pria asal Rote Ndao ini.
Laasar yang memilih menekuni bisnis konveksi di tempat tinggalnya di Batuplat, Kota Kupang ini juga telah menyelesaikan dua kali vaksin Covid-19. Biasanya dalam empat bulan sekali ia menyumbangkan darah. Ia mengikuti vaksin salah satu alasannya agar juga dapat dengan aman memberikan darahnya.
Leonora Agatha, Public Relations Officer ASTON Kupang, juga membenarkan keberadaan Laasar Adu di setiap acara donor darah yang digelar hotelnya.
“Selalu rajin Pak-nya, partisipasi terus kalau ada kegiatan begini,” ujar dia. (Ra/Rita Hasugian)