Kupang – Perkembangan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata prioritas mengundang banyak investor luar. Akan tetapi perkembangan ekonomi masyarakat lokal dinilai tidak seiiring dengan kemajuan itu.
Dewan Penasehat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Kota Kupang, Thomas Ola Langoday menitikberatkan pada manajemen pasokan pangan untuk melihat perkembangan ekonomi di sana.
Peran pengusaha dan pemasok lokal di Labuan Bajo tidak berkembang besar kendati banyak investor masuk ke daerah itu.
Menurut Thomas, kondisi ini merugikan NTT khususnya Labuan Bajo. Daerah itu ditakutkan menjadi arena bisnis pengusaha dan investor luar. Sedangkan NTT tak punya peran dalam bisnis skala besar di sana.
“Rezim Jokowi selesai maka Labuan Bajo juga akan selesai. Tapi kalau kita bisa membuat sistem yang bagus maka kita akan bertahan,” ungkap dia.
Baca juga: Lirik Peluang Pasar, Valens Sediakan Kos-kosan Babi di Labuan Bajo
Ia mengutarakan ini menyambung pernyataan Anggota Komisi XI DPR Ahmad Yohan dalam diskusi terbuka yang digelar Bank Indonesia Provinsi NTT di Kupang, Selasa 21 Maret 2023. Komisi ini membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional, serta perbankan dan lembaga keuangan non bank.
Thomas yang juga mantan Bupati Lembata ini menyoroti soal rantai pasokan pangan. Menurutnya, manajemen rantai pasok di NTT harusnya sudah tersedia dan terintegrasi antar semua pemasok intra NTT.
Namun selama ini hal tersebut tidak terjadi kendati selama ini di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi pembangunan terus digalakkan di sana.
Thomas setuju dengan pernyataan Ahmad Yohan yang sebelumnya memaparkan tidak masifnya masyarakat Manggarai dalam bisnis di sana baik itu pariwisata, ritel, hingga manufaktur.
Ahmad Yohan juga menyebut pasokan pangan saja kebanyakan didatangkan dari luar NTT oleh para pebisnis besar di sana. Faktor pelayanan masyarakat lokal dan fasilitas yang dibangun pemerintah daerah pun terbilang tidak memuaskan dari segi wisata.
Tantangannya, lanjut Thomas, selama ini produk yang dihasilkan di NTT memang masih di bawah skala industri. Stok yang terbatas mengikuti kebutuhan pasar tidak ada kontinuitas, dan kualitas yang tidak terjaga sesuai standar permintaan.
Belum nampak pula industri unggul skala besar di NTT yang mampu bersaing secara bisnis mengikuti perkembangan pesat Labuan Bajo.
Padahal daerah sekitar Labuan Bajo memiliki potensial sumber daya alam dan wisata seperti kabupaten lainnya di Pulau Flores, Lembata dan Alor. Daerah-daerah ini sebenarnya bisa terintegrasi dengan destinasi wisata premium tersebut.

Baca juga: Qatar Siap Investasi US$ 80 Juta di Labuan Bajo
Rantai pasok pangan bisa disediakan tidak saja oleh Manggarai saja tetapi daerah lainnya di NTT. Sapi dari Pulau Timor, hasil laut atau bahari dari Flores Timur.
Thomas berani bertaruh selama kondisi ini tidak diperbaiki, maka nantinya Labuan Bajo akan lebih banyak dinikmati oleh pengusaha dari luar saja.
“Kita kaya hanya sistemnya tidak bagus. Sumber daya alam kita kaya tapi masyarakat kita miskin,” ujE Thomas di acara Sante-sante Baomong Deng Media (Sasando Dia) saat itu.
Ia menyarankan agar seluruh stakeholders maupun Bank Indonesia dapat terlibat memperkuat peta integrasi rantai pasok tersebut.
“Kalau ada branding dan manajemen yang baik, maka NTT ini bisa menjadi unggul dan tidak kekurangan,” lanjut dia.
Ahmad Yohan sendiri mengakui wajah Labuan Bajo terus diperbaharui di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo khususnya soal infrastruktur.
Kemajuan Labuan Bajo membuat investor masuk dan bisnis perhotelan, manufaktur dan ritel makanan skala besar yang juga ikut berkembang di sana. Di sisi lain Ahmad khawatir kondisi ini tidak mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemandirian dari masyarakat lokal di sana.
“Tapi kalau kita mau jujur itu semua milik investor dari Jakarta. Wisatawan datang ke hotel, jalan kemana-mana pakai kendaraan mereka, makan di tempat mewah ya uangnya tidak kemana-mana, (uangnya) kembali lagi ke Jakarta,” paparnya.
Pasokan pangan seperti telur, daging, sayuran yang disediakan hotel-hotel mewah di sana juga didominasi oleh pemasok dari daerah luar seperti Sulawesi, Bali dan Jawa Tengah.

Baca juga: Penuhi 4 Syarat Ini untuk Hadirkan 1 Juta Wisatawan ke Labuan Bajo
Hotel bintang lima di sana memang menurutnya memiliki standar internasional sesuai dengan keinginan wisatawan asing yang datang.
Ia mengapresiasi Bank Indonesia yang telah mengumpulkan seluruh pemimpin hotel di sana agar menggunakan pangan lokal. Sentra hidroponik juga sudah dibangun oleh Bank Indonesia.
“Supaya dipasok dari Manggarai dan sekitarnya,” ungkap dia.
Ahmad menambahkan, pariwisata yang dibangun pemerintah sejak awal harusnya berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar. Masyarakat di sana tidak bisa dikesampingkan setelah perubahan ekonomi besar terjadi di sana.
Menurut Ahmad, pemerintah perlu menggandeng stakeholderS dan mengajarkan masyarakat menyediakan pasokan pangan yang sesuai kebutuhan pasar. Hal tersebut sejak awal harusnya perlu dilakukan.
“Supaya kita tidak miskin terus,” tukasnya.
Kesadaran masyarakat terhadap pariwisata juga diakuinya belum tinggi meskipun Labuan Bajo sudah cukup berkembang saat ini. Tugas pemerintah untuk mengedukasi mereka untuk mengembangkan bisnis berkelanjutan sama halnya yang dilakukan Pemerintah Bali.
“Flores itu subur sekali. Kopi kita punya, cengkeh, vanili, kelapa, singkong, semuanya kita punya, sawah juga luar biasa,” imbuhnya. (Putra Bali Mula)