26 March 2023
Sudah Ada Tanda-tanda Sepekan Sebelum Longsor di Takari
Lingkungan

Sudah Ada Tanda-tanda Sepekan Sebelum Longsor di Takari

Feb 19, 2023

Takari – Warga sekitar telah melihat tanda-tanda sepekan sebelum longsor Takari di Jalan Timor Raya Kilometer 73 terjadi. Tanda-tanda seperti rembesan air dari bronjong atau tanggul penahan longsor, tanah yang terus-menerus bergeser, kemudian longsor besar terjadi.

Marthen Tapatab, salah seorang warga RT 1 RW 1 Kelurahan Takari Kabupaten Kupang menyampaikan ini saat ditemui di lokasi kejadian. Rumah yang ia tinggali berada di dekat lokasi tersebut. Rumahnya berada kurang lebih 10 meter dari longsoran tebing tersebut.

“Iya, ini sebenarnya sudah ada tanda-tanda dari minggu lalu,” kata Marthen saat diwawancarai di rumahnya, Minggu 19 Februari 2023.

Ia menjelaskan, sejak 12 Februari 2023 atau tepatnya pada hari Minggu tanah tampak bergeser dan mendorong bronjong penahanannya. Kejadian ini terjadi perlahan-lahan hingga hari Rabu atau 15 Februari 2023 terdapat rembesan air dari bronjong tersebut.

“Iya, tanahnya bergeser terus. Pelan tapi pasti,” ucapnya.

Petugas dari Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi NTT mengeruk longsor di Takari Kabupaten Kupang Provinsi NTT 19 Februari 2023 (Putra Bali Mula - KatongNTT.com)
Petugas dari Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi NTT mengeruk longsor di Takari Kabupaten Kupang Provinsi NTT 19 Februari 2023 (Putra Bali Mula – KatongNTT.com)

Baca juga: Gula Semut Lontar Timor Naik Kelas di Tangan Olvira Ballo

Keesokan harinya, 16 Februari, tanah longsor pertama terjadi dan memenuhi setengah badan jalan. Kondisi ini mengganggu akses dua lajur di satu-satunya jalan penghubung seluruh Pulau Timor ini.

Kemudian di malam Jumat, 17 Februari, longsor besar terjadi hingga menutup seluruh akses jalan. Satu mobil tronton dari arah Soe, Kabupaten TTS, tertimbun di dalam longsor setelah mengalami kecelakaan saat mencoba melintasi longsoran pertama. Beruntung sopir mobil dimensi besar itu bisa diselamatkan warga sekitar.

Marthen mengatakan, sekitar tiga rumah rusak parah diakibatkan longsor yang masif ini. Salah satu rumah yang rusak adalah milik saudaranya. Banyak warga dekat lokasi tersebut yang akhirnya mengungsi dan meninggalkan rumah.

Marthen menuturkan, para aparat setempat termasuk perangkat pemerintah pun seringkali menggunakan akses jalan tersebut. Menurutnya, kondisi ini tentunya telah diketahui jelas para pengguna jalan maupun pemerintah setempat pada 16 Februari. Sehingga harusnya bisa dilakukan pencegahan.

Baca juga: Lima Masalah Utama Dihadapi UMKM NTT

“Kan RT atau RW juga seringkali lewat dan mereka pasti tahu kondisi itu,” kata dia.

Proses pembukaan akses jalan masih dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Jalan Nasional. Azhari selaku Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi NTT saat diwawancarai di lokasi menyebut timnya telah mengerahkan 7 eksavator atau alat mesin pengeruk.

“Kita lakukan shift nantinya pagi, sore dan malam untuk membuka jalan ini juga,” kata dia.

Sementara ada jalur alternatif untuk roda dua dan disiapkan untuk menambah jalur alternatif untuk bisa dipakai masyarakat. Daerah ini, kata dia, memang diketahui rawan longsor dan pernah longsor dan ada beberapa titik bronjong yang pernah diperkuat.

Sementara proses pembukaan lahan untuk kebun atau ladang oleh warga dengan menebang pepohonan pun berdampak pada bencana ini.

“Jadi makanya longsor ini gampang terjadi,” sebutnya. (Putra Bali Mula).

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *