Kupang – Perkumpulan masyarakat Ende Lio di Jabodetabek menggelar acara adat Gawi Sia di anjungan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Taman Mini Indonesia Indah.
Acara kebudayaan Gawi Sia yang diselenggarakan pada 1 Juli 2023 bertujuan melestarikan budaya Ende yang memberi makna dan pesan persatuan, kerukunan dan kebhinekaan.
Rangkaian ritual adat Gawi Sia diikuti sekitar 500 masyarakat Ende Lio dengan mengenakan tenun Ende untuk bersama-sama membentuk gerak, rasa, dan mensenandungkan lagu-lagu tentang kerukunan dan kebhinekaan.
Mereka yang terdiri dari perempuan, laki-laki, dewasa dan anak-anak bergandengan tangan menari dan berputar membentuk lingkaran yang tidak terputus.
Alat musik tradisional NTT mengiringi tarian ritual Gawi Sia. Seorang penyair yang disebut Atasoda melantunkan syair.
Para pengunjung TMII menikmati ritual adat masyarakat Ende Lio di akhir pekan.
“Kami orang Ende beranggapan bahwa Pancasila muncul dari gagasan kami. Sehingga kami orang Ende dimanapun berada harus melestarikan budaya ini.”
Ketua umum perkumpulan masyarakat Ende Lio di Jabodetabek atau Wuamesu, Yosef Tote Badeoda, penyelenggaraan adat Gawi Sia sudah rutin dilakukan. Tujuannya untuk melestarikan budaya yang sarat makna tentang kerukunan dan kesatuan dalam perbedaan.
Menurut Yosef, masyarakat Ende Lio beranggapan bahwa Pancasila muncul dari gagasan budaya Gawi Sia. Sejarah mencatat, proklamator Sukarno atau Bung Karno melahirkan nilai-nilai Pancasila saat dia “dibuang” oleh kolonial Belanda di Ende.
“Kami orang Ende beranggapan bahwa Pancasila muncul dari gagasan kami. Sehingga kami orang Ende dimanapun berada harus melestarikan budaya ini. Sehingga kita bisa melihat jati diri kita apa? Jati diri kita adalah Pancasila,” kata Yosef kepada wartawan di sela acara Giwa Sia.
Selain bertujuan melestarikan budaya, acara budaya Ende Lio ini juga untuk memperingati 8 tahun perkumpulan Wuamesu dan 65 tahun usia Provinsi Nusa Tenggara Timur. *****