Melukaimu dengan Begitu Lembut: Apresiasi Puisi "Orang Pilihan" - Katong NTT    
Sabtu, 28 Januari , 2023
  • Login
NEWSLETTER
Katong NTT
No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Perspektif Opini

Melukaimu dengan Begitu Lembut: Apresiasi Puisi “Orang Pilihan”

Editor: KatongNTT
17 Juni 2021
in Opini
0
Ilustrasi Melukaimu dengan Begitu Lembut: Apresiasi Puisi “Orang Pilihan”
Ilustrasi Opini Melukaimu dengan Begitu Lembut: Apresiasi Puisi “Orang Pilihan”

Ilustrasi Opini Melukaimu dengan Begitu Lembut: Apresiasi Puisi “Orang Pilihan”

0
SHARES
57
VIEWS
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

PERCAYAKAH Anda bahwa bola bumi digerakkan oleh cinta dan rasa
bahagia? Percayakah Anda bahwa bulan di atas kita yang punya?
Percayakah Anda bahwa kita di sini terancam tenggelam dalam rawa
karena cinta. Entahlah. Namun, Paul Tillich membubuhi makna pada kata
cinta sebagai sebuah “kekuasaan yang menggerakkan kehidupan”.
Menurutnya, segala yang “Ada” ini pada mulanya satu di dalam cinta.
(Lihat, Kurniawan, Filsafat Cinta,
https://www.betangfilsafat.org/diundu 30 Oktober 2020).
Itulah sebabnya, huruf “c” pada kata “cinta” ditulis kapital untuk menyatakan
cinta sebagai ekspresi eksistensi (keberadaan). Sang Ada (Kehidupan)
tak pernah ada tanpa cinta. Umpamakan saja, cinta adalah minyak suci
yang diurapkan Tuhan kepada setiap manusia. Walau, cinta pula yang
membawa seseorang galau dan begitu gampang jatuh dalam percobaan yang
kadang membuatnya batil. Sebab, cinta menumbuhkan melati sekaligus
belati. Rindu adalah durinya, penantian adalah gulungan ombaknya,
perjumpaan adalah kemelutnya. Itulah yang membuat luka cinta penuh
kenikmatan dan begitu kekal.

Bercanda dengan puisi Mery C Lola, Thomas A Sogen, dan Yanty Ali yang
menginap di bawah antologi berjudul “Orang Pilihan” (diterbitkan Oase
di Surakarta tahun 2020), bagi orang seumuran saya (orang dewasa),
seakan menghela kembali kenangan dari kekelaman masa silam yang kian
susut dan karatan. Bahkan, telah terhapus dari alamat-alamatnya dari
ingatan kita. Kita diminta pulang sejenak menjenguk masa lalu, mungkin
pada sebuah geladak yang melumut, menjauh, kerlap-kerlip memori
ditimbun abu waktu. Apa sekadar menagih masa lalu yang terlipat erat
dalam sapu tangan kenangan, sebagaimana diucapkan dengan kata bergenta
oleh Mery Lola dalam puisi-puisinya. Atau memohon pengampunan pada
masa lalu karena ada tapak di jalan cinta yang tak terhapus oleh
waktu. Bukankah kesunyian di luar sana mewakili keriuhan di dalam
sini? Semestinya kita menyadari bahwa segalanya berasal dari-Nya.
Dunia hanya tumpukan kefanaan. Karena itu, pengakuan total kepada
Sang Sunyi yang amat jauh atau amat dekat dengan kita. Begitulah
kesaksian Thomas A. Sogen dalam beberapa puisinya. Mungkin pula
diperlukan pertempuran melawan kerinduan masa silam. Atau segera
menghapusnya, karena ada juga pengkhianatan di sana. Membiarkan kita
untuk betah di tepi jurang kerinduan sebagaimana diucapkan Yanty Ali.

RekomendasiUntukmu

Jacinta Kate Ardern Memeluk Keluarga Korban serangan teroris di Masjid di kota Kota Christchurch Selandia Baru pada Maret 2019 (Daily Express)

Meneladani Ardern dan Paus Benediktus Saat Memutuskan Mundur dari Jabatannya

24 Januari 2023
Ilustrasi

Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Memajukan Peradaban (Bagian Kedua)

8 Januari 2023

Bagi kaum milenial atau remaja yang kini lagi kasmaran dan jatuh
cinta, puisi-puisi ini mengantar Anda ke dalam tawanan rindu
menggetarkan dan menggetirkan sekaligus. Ketiga pemuisi ini
memberikan semacam testimoni dengan cara estetis tentang pengalaman
cinta dan pengalaman hidup lainnya. Tiga orang pilihan yang menjalani
–profesi sebagai guru. Belakangan lebih asyik-sibuk sebagai pengawas
dan instruktur di Kabupaten Kupang. Ketiganya memilih sikap gembala
(simpatik) daripada seorang Firaun (menakutkan) dalam menjalankan
tugasnya. Hampir semua puisi dilengketkan dengan keindahan asal asli
seperti, senja, rembulan, matahari, bunga, hujan, gerimis, sunyi. Pun
pilihan kata yang musikal menggelar nuansa sentimental. Semacam
orkestra cinta “Orang Plihan”. Dunia, cinta, dan Anda tak akan
mengelak keadaan ini:

Rintik hujan seolah menjadi pertanda
Suasana hatiku yang sedang merana
Putaran waktu terasa begitu lamban
Detik kehidupan berlalu dalam kehampaan (Puisi Rindu)

Rintik hujan boleh jadi melembabkan halaman, tetapi rintik rindu di
halaman hati membuat “tandus.” Demikian, lirik dalam larik puisi
yang ditulis Mery C. Lola. Ia sangat mengagumi keindahan alam. Boleh
dibilang, ia pemuja alam. Memang, alamlah yang menyediakan keindahan.
Menyukai keindahan adalah bawaan manusia. Semua orang merasakan
keindahan. Namun, tidak semua orang mampu mengucapkan kembali
keindahan dalam kata-kata yang wangi atau frasa yang gurih. Toh,
keindahanlan ini kadang menggumpalkan kesedihan dan
membentur-benturkan jiwa, menyakitkan pula, terutama ketika pengalaman
tertentu memagut rasa. Seperti senja yang indah menyisahkan
penyiksaan. Mery C Lola menulis:

Rasa ini seakan membuatku jatuh
terjebak pada palung terdalam di dasar lautan
Rasa ini telah membuatku tersesat
Bahkan ku tak tahu ke mana harus kembali

Kuayunkan langkahku menyusuri tepian
Dituntun senja meresapi indah pesonanya
Rangkul aku dalam buaian senandung kicauan burung laut
Dan bila kau pergi,, bawa aku bersamamu (Puisi Senja)

Mary mengintip begitu intim tingkah matahari dipergok senja. Kicauan
burung laut yang menjemput kelam. Lantas, hidup di tepian “jurang
rindu” yang terus menangguk harapan yang tak pernah lunas oleh
keadaan. Di sanalah keniscayaan merapat, dan cinta memosisikan “aku
lirik” (penyair) sebagai antagon baik untuk diri maupun untuk Si
Dia. Namun, rindu adalah duri yang tusukannya amat nikmat.

…
Lukisan tapak makin menjauh
Tatapan kuarahkan hanya ke depan
Berharap mentari cerahkan masa kelam

Indah bumi menyimpan harta alam
Melantunkan irama gemerisik daun bambu
Ku ingin kau tahu simfoni yang tercipta
Ada hati yang selalu merindukanmu
….
(Puisi Simfoni Rindu)

Lagi-lagi kerinduan menjadi ribuan jarum yang mendetak di hati.
Sedangkan semesta seakan terus menyembunyikan simfoni. Rasa rindu
adalah serpihan cinta platonik, cinta yang tak terjangkau. Aku
menenuaikan tugas untuk merindu. Di sana cinta bukan lagi sebuah
perjumpaan untuk melakukan perjalanan sama-sama. Cinta justeru
menganiaya.
Sudah sejauh ini narasi dihela, belum juga membuka “kotak hitam”
tentang judul antalogi ini “Orang Pilihan”. Dalam puisi-puisi Marya C.
Lola tidak menenteng secara eksplisit identitas “Orang Pilihan.”
Kecuali pada puisi Thomas A. Sogen dan Yanty Ali. Siapa gerangan Orang
Pilihan? Apakah Orang Pilihan dimaksud itu adalah ketiga penyair ini
yang memilih profesi guru. Sebab, guru adalah sumber cahaya ilmu dan
mewartakannya kepada murid-murid agar kelak menggala bulan. Semua itu
hanya berharga bila dijalankan atas nama kasih. Cinta kasih bukan
sekadar keindahalan siluet (sekadar penampakan), melainkan sebentuk
keindahan selibat. Sebab, amal ilmiah itulah per puluhan yang
diberikan di ruang kelas. Thomas A. Sogen menulis puisi untuk itu:

Inilah orang pilihan bermisi
Tak lelah berbagai dan terus berbagi
Agar tanah didik terurai kusut
Karena mereka terus menghasut
………………..
Di sini, di negeri ini
Orang pilihan terus berbuka
Tak henti menabur dan berharap menuai
Bila tidak mereka pun bermurka (Puisi Orang Pilihan 1)

Teringat petuah Bertrand Russel, “Hidup yang baik adalah hidup yang
diinspirasi oleh cinta dan dipandu oleh ilmu pengetahuan”
(https://jagokata.com/kata-bijak/dari-bertrand_russell.html?page=4).
Dengan demikian, ke arah empat mata angin pun kita pergi, berusahalah
mewartakan kebaikan dan membawa terang melalui profesi sebagai guru.
Thomas A Sogen menulis:

….
Ke utara kita pergi
Ke selatan pun kita berlangkah
Ke timur kita berlayar
Ke barat pun kita mendayung

Berbagi bersama nan elok
Menular ilmu tak kan kering
Bertukar nalar kan bertambah bijak
Merajut suka berbagi riang (Puisi Orang Pilihan 2)

Hasrat “berbagi” adalah wujud keindahan Ilahiah. Itulah perangai
Orang Pilihan. Plato pernah mewanti bahwa cinta memang menggerakkan
manusia untuk menemukan hal terbaik bagi hidupnya
(https://www.sanglah-institute.org/2019/02/ketika-filsuf-bicara-cinta-dari-hobbes.html).
Berbagi sebagai ekspresi cinta Ilahiah adalah semacam cicilan cahaya
pada lorong pulang ke ribaan Sang Sunyi yang tak terjangkau akal.
Kadang, “kata” yang mencoba melukiskan amat minimal sifat-Nya.
Kesibukan dalam kesia-sian menyusuri jalan ganjil penuh nisbi seperti
ditulis Thomas Sogen:

Sekali lagi kususur jalan ke titik nisbi
Pergi melanglang ke haribaan fana
Kupergok sosokmu nun jauh di sana
Dalam langkah yang juga terbingkai

Langkah terakhir kuayun gontai
Berbalik pulang ke haribaanNya
Entah kapan kau datang bersua
Di sanalah keabadian tak berbingkai
(Bingkai Langkah)

Arus imajinasi Thomas A. Sogen berusaha menengadah, berelegi di bawah
remang alam dan lagu malam yang seakan jatuh satu-satu di pikirannya.
Menurutnya, itu semua buah kefanaan. Harus ada waktu untuk mencari
alamat pulang. Kembali ke dalam diri untuk memandang sosok yang tak
terungkap dan tak terucap. Ia hanya hadir melalui keajaiban
karya-karya-Nya. Orang pilihan berjalan dua arah sekaligus. Berjalan
keluar untuk berbagi kepada siapapun. Berjalan ke dalam (diri) untuk
merefleksikan siapa Aku yang teramat lemah ini. Dalam keasyikan
kesia-siaan, kadang tersedak dosa. Thomas Sogen menulis puisi berikut:
…….

Aku memang rapuh
Bahkan lebih rapuh dari kain lapuk
Kain lapuk hanya bisa dibuang
Namun hati ini terus berkanjang
…..
(Pengakuan)

Jean-Paul Sartre (filsuf eksistensialis) memandang cinta dengan penuh
kecurigaan. Bagi Sartre, cinta sebagai bentuk penindasan yang begitu
lembut. Sebab, di sana terjadi semacam pengobjekkan terhadap manusia.
Dengan demikian, orang yang jatuh cinta sesungguhnya “terjebak” pada
dunia orang lain. Menurut Sartre, kecintaan seseorang terhadap orang
lain menandai kegagalan dirinya mempertahankan diri sebagai subjek.
Mencintai orang lain, ia memiliki konsekuensi berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan dalam cinta. Dalam konteks itulah cinta pun rentan
mentransformasi dirinya menjadi hasrat untuk memiliki. Jika telah
demikian, maka salah satu pihak akan dikorbankan”( Wahyu Budi Nugroho,
Ketika Filsuf Bicara Cinta: Dari Hobbes sampai Derrida:
https://www.sanglah-institute.org/2019/02/ketika-filsuf-bicara-cinta-dari-hobbes.html).
Di sinilah cinta menjadi sebentuk kejahatan yang mungkin dimikmati.
Boleh senyum dikulum menjadi belati di hati ini, dan setiamu menjadi
dukaku seperti ditulis Yanty Aly berikut ini.
…..
adakah yang salah ?
karena bagiku rasa itu salah dan dosa
Kamu pun pasrah
seakan tak mau berpaut
setiamu sampai saat ini
menjadi duka yang berkepanjangan
entah sampai kapan rasa itu (Puisi Setiamu Dukaku)

Ketika kita menyerahkan diri untuk dicintai, maka diri kita menjadi
“surat terbuka” yang dimaknai secara arbitrer atau bebas oleh Si Dia.
Tentu dengan hitungan yang digunakannya. Oleh karena itu, setiap
tindakan, perkataan dapat menjadi melati, tetapi juga dapat menjadi
belati yang menggunting rasa cinta. Belati yang rimbun tumbuh di
halaman bibir adalah bahasa yang tajam melampaui sembilu. Yanty Ali
menulisnya dengan liris pada puisi di bawah ini.

….
Kata-katamu bagai belati
Aku pergi membawa luka
mampu merajamku
namun tak mampu menguasaiku
Walau perih tersayat belatimu
ku akan melupakanmu
….
(Puisi Kata-Kata Belatimu)

Yanty sungguh paham, bahwa dunia tempat menjalankan percobaan.
Meskipun, percobaan justeru membuat hidup lebih berkualitas dan
berarti. Jangan pernah menyerah terhadap keadaan. Duka dan luka
menjadi enzim yang melahirkan kreativitas. Yanti menulis:
Luka tak membuatku lemah
Karena sulit menjadi bagian dalam berjuang
Menjadi bukti dari sebuah proses
(Puisi Jangan Menyerah)

Saya menyadari, selama pengembaraan dalam antologi ini, mengalami
ketersesatan yang membahagiakan, lantaran keragaman tema yang
ditawarkan oleh tiga penyair ini. Demikian pula, tingkah literer
puisi-puisi yang berumah dalam antologi Orang Pilihan ini lebih
berorientasi auditif (puisi telinga). Begitu sedap didengar. Orientasi
diksinya akustis, merdu. Jumlah katanya terukur (3-4). Pola bait yang
begitu regulatif (4-5) larik tiap bait. Manuver teks estetis demikian,
cukup kuat mengawetkan kenangan dalam kamar waktu. Kata-kata
menggetarkan bagai hembusan gambus di ubun bukit mengisap kesunyian
dan lidah cinta melumat hidupmu. Semacam orkestra untuk merayakan
kejahatan cinta yang melukaimu begitu lembut. Pun rasa sakitnya yang
begitu membahagiakan.

Oleh: Marselus Robot
(Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Undana)

SendShareTweetShare
Next Post

Laasar Adu, 22 Tahun Berdonor Darah

KatongNTT

KatongNTT

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Rekomendasi Untukmu

Opini

Meneladani Ardern dan Paus Benediktus Saat Memutuskan Mundur dari Jabatannya

24 Januari 2023
Jacinta Kate Ardern Memeluk Keluarga Korban serangan teroris di Masjid di kota Kota Christchurch Selandia Baru pada Maret 2019 (Daily Express)

Kepada rakyatnya, Ardern  berujar:  “Saya tidak lagi memiliki cukup kapasitas untuk menjalankan jabatan ini dengan benar.”

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Opini

Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Memajukan Peradaban (Bagian Kedua)

8 Januari 2023
Ilustrasi

budaya politik baru berkearifan Lamaholot adalah politik kelohon, politik kebenaran, kejujuran, dan ketulusan. Yang menghindari perilaku ope aka, perilaku temaka...

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Opini

Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Memajukan Peradaban (Bagian Pertama)

6 Januari 2023
Ilustrasi Budaya politik baru berkearifan Lamaholot untuk memajukan peradaban.

Dan, kearifan-kearifan Lamaholot yang pada aslinya berlaku di aspek kehidupan lain, tetapi yang relevan dan berguna untuk diterapkan dalam dunia...

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Opini

Penuhi 4 Syarat Ini untuk Hadirkan 1 Juta Wisatawan ke Labuan Bajo

16 Desember 2022
Peserta jelajah Komodo tiba di kampung adat Waerebo, Kabupaten Manggarai beberapa bulan lalu. (Istimewa)

Sebagian gambaran berikut data tentang kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo mencapai level tertinggi tahun 2019 sebesar 221 ribu wisatawan.

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Opini

Oma Lin Menginspirasi Warga Mbay Bertanam Jagung

30 November 2022
Oma Lin, petani Jagung di Mbay, Kabupaten Nagekeo, NTT (Dok.YakobusStefanusMuda)

Inspirasi Oma Lin untuk menanam jagung semoga menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan suplai air di tahun 2023.

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Opini

Frans Seda Pahlawan Nasional Penjembatan Budaya, Politik, dan Agama

27 November 2022
Frans Seda (Dok Pemuda Katolik)

Layaklah bila mendiang Frans Seda pun dideretkan bersama 200 tokoh (dengan rincian 185 pria dan 15 wanita) yang telah diangkat...

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Next Post
Laasar Adu pendonor darah selama 22 tahun (Ra-Katongntt.com)

Laasar Adu, 22 Tahun Berdonor Darah

Ilustrasi Opini Pengkhianatan Kaum Intelektual

Pengkhianatan Kaum Intelektual

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular News

  • Yosef Lejap, korban dugaan penganiayaan oleh aparat kepolisian di Lembata (Dok. Andreas Lejap)

    Penganiayaan ODGJ, Satu Polisi Disebut Minta Maaf atas Ulah Rekannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aparat Polisi Diduga Aniaya ODGJ di Lembata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komnas Disabilitas: Penganiaya ODGJ di Lembata Rendahkan Martabat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Kesederhanaan Nono, Juara Matematika Dunia dan Kagumi Elon Musk

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Memajukan Peradaban (Bagian Pertama)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Silahkan klik tombol di bawah untuk berlangganan berita KatongNTT.
SUBSCRIBE

Anggota dari :

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2022 KatongNTT

No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024

© 2022 KatongNTT

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
Sign Up with Linked In
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist