Kupang – Bermula dari anak-anak disabilitas yang tidak suka makan ikan, Merry Pongkapadang dan suaminya Iwan Pongkapadang, mencoba untuk mengolah ikan menjadi abon.
Suami Merry adalah kepala sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memberi pendidikan dan terapi pada anak-anak disabilitas di NTT.
Baca Juga: Cerita Haru Dibalik Hadirnya Ikan Asap Supel Milik Chrisna Jacob
Ikan yang menjadi salah satu makanan bergizi, ternyata tak disukai oleh anak-anak disabilitas dampingan mereka.
“Jadi kami pikir, buat apa ya, supaya anak-anak suka makan? Jadi kami coba buat abon. Saya akhirnya ikut pelatihan cara pembuatan abon. Dan anak-anak jadi suka, mereka bahkan jadikan sebagai camilan,” cerita perempuan 45 tahun ini.
Merry mulai membuat abon untuk anak-anak disabilitas tahun 2018. Setahun kemudian, Merry melihat peluang untuk menjual abon buatannya. Serius terjun di dunia usaha, Merry mendirikan UMKM yang diberi nama I’ak Malole. Berasal dari bahasa Rote yang artinya Ikan Baik.

Bahan dasar abon adalah ikan tuna dari perairan NTT. Proses pembuatannya tidak menggunakan minyak, hanya dioseng. Setelah itu diperas untuk menghilangkan air dari ikan. Lalu ikan ditaburi bumbu. Abon buatannya benar-benar kering dengan cita rasa bumbu yang terasa.
“Karena memang awalnya ini buat untuk anak-anak disabilitas, jadi abonnya tanpa pengawet, tanpa MSG,” ujar perempuan asal pulau Sabu, NTT ini.
Produknya kemudian diterima masuk ke Galeri Dekranasda NTT sebagai produk abon pertama. Abon buatan Merry kemudian masuk di toko-toko di Kupang.
Dengan bermodal Rp10 juta di awal usahanya, Merry kini dapat meraup untung Rp4 – 5 juta per bulannya.
Dari situ pula, Merry yang awalnya adalah ibu rumah tangga ini memperbanyak varian produknya. Dari abon rasa original dan pedas gurih, berlanjut dengan membuat keripik abon.
Keripik dari singkong dicampurkan abon pedas gurih. Menciptakan satu camilan baru dengan rasa yang unik. Selain itu, ia pun membuat aneka kue dari pangan lokal.
“Tapi yang utama tetap abon,” tegas Merry.
Semangat untuk terus mengembangkan UMKMnya sempat tersendat ketika ia harus berpisah dengan suaminya.
Baca Juga: Kadis Parekraf: UMKM Jadi Daya Tarik Wisatawan Kunjungi NTT
Ketika virus corona merebak dan badai Seroja menghantam NTT di 2021, suami Merry yang juga adalah disabilitas, dipanggil pulang Yang Maha Kuasa.
“Dia pergi dengan tenang karena sudah siap pergi. Saya juga rasa mungkin idenya ini (buat abon) untuk beri saya pegangan juga kalau-kalau dia pergi,” ujar ibu dengan satu anak ini.
Walau sempat terpukul akan kepergian suaminya, Merry kembali bangkit untuk terus merawat buah pikiran dari suaminya. *****
Silakan hubungi nomor 081239085687 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!