Nelayan Oesapa Gunakan Teknologi Taklukkan Cuaca Buruk - Katong NTT    
No Result
View All Result
Kamis, Juli 7, 2022
  • Login
Katong NTT
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
    • Cerita Puan
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Agribisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Editorial
    • Opini
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
    • Cerita Puan
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Agribisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Editorial
    • Opini
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi
Home Peristiwa Lingkungan

Nelayan Oesapa Gunakan Teknologi Taklukkan Cuaca Buruk

Joe Tkikhau Editor: Joe Tkikhau
24 Mei 2022
A A
Nelayan Oesapa, Dewa merekam kondisi laut di tengah cuaca buruk di Kota Kupang, NTT, Rabu, 19 Januari 2022. (Joe-Katongntt.com)

Nelayan Oesapa, Dewa merekam kondisi laut di tengah cuaca buruk di Kota Kupang, NTT, Rabu, 19 Januari 2022. (Joe-Katongntt.com)

1
SHARES
Share on FacebookShare on TwitterWhatsapp

Rumah panggung itu menghadap tepat ke laut. Dewa bersama dua sahabatnya baru saja selesai mengikat pemberat jaring. Mereka adalah nelayan yang tinggal di pesisir Oesapa, Kota Kupang, NTT.

Rabu (19/1/2022)siang awan hitam menutupi langit Kota Kupang. Sambil menghisap rokok, Dewa, Ketua Komunitas Nelayan Angsa Laut Oesapa memberikan informasi kepada seorang nelayan terkait cuaca hari itu.

BacaJuga:

Ilustrasi Komodo (Ist)

Tarif Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Mulai 1 Agustus 2022

5 Juli 2022
Ilustrasi gelombang tinggi di perairan NTT (Tribunnews.com)

Waspada Gelombang Tinggi di 6 Wilayah Perairan NTT

20 Juni 2022

Pria yang bernama lengkap Muhamad Mansur Doken itu berujar kalau dirinya baru saja menerima informasi terkait perkiraan cuaca untuk beberapa hari ke depan.

“Sebentar turun (melaut), cuaca bagus,” kata Dewa kepada nelayan lain yang lebih muda.

“Saya baru dapat informasi,” tutur Dewa melanjutkan.

Dewa kemudian mengambil telepon selulernya. Ibu jari kanannya menari-nari menekan tuts telepon seluler. Dia mencari informasi yang diberikan oleh BMKG terkait perkiraan kondisi laut hari itu.

“Ini hari sampai tanggal 22 cerah. Jadi bisa melaut,” kata Dewa.

Komunitas Nelayan Angsa Laut Oesapa bermitra dengan BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang sejak 2019. Saat itu, anggota dari Komunitas yang terbentuk tiga tahun lalu mengikuti Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN).

SLCN merupakan program dari BMKG untuk memberikan edukasi kepada para nelayan agar mampu membaca informasi, seperti prakiraan cuaca, prakiraan tinggi gelombang. SLCN juga memberikan pemahaman bagi nelayan agar tanggap saat mendapatkan informasi peringatan dini jika ada cuaca ekstrim.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang, Syaeful Hadi mengatakan program edukasi itu sudah dilaksanakan selama tiga tahun terakhir. Dua kali dilaksanakan di Kota Kupng dan pada tahun lalu, SLCN di Kabupaten Lembata.

“Alumni-alumni SLCN kami buatkan grup WA untuk dapat selalu menerima informasi dari BMKG. Salah satunya adalah kelompok nelayan di Oesapa,” tulis Syaeful dalam pesan WhatsAppnya kepada KatongNTT, Rabu kemarin.

Dewa sangat berterima kasih kepada BMKG. Berkat mengikuti SLCN, mereka kini mampu membaca cuaca di laut, termasuk tinggi gelombang. Kini mereka mampu memproteksi diri saat melaut. Resiko kecelakaan di laut pun bisa diminimalisir.

“Dulu (sebelum mengikuti SLCN), istri-istri tidur tidak nyenyak di rumah. Mereka memikirkan keselamatan suami mereka yang sedang melaut. Sekarang istri-istri sudah tidur nyenyak karena nelayan sudah bisa memproteksi diri dengan informasi dari BMKG,” ujar Dewa dengan tersenyum lebar.

Nyawa memang menjadi taruhan seorang nelayan saat bekerja. Bila tidak mampu membaca cuaca, resiko sangat besar dihadapi.

Dewa yang sudah 22 tahun menjadi nelayan, mengakui menfaat penggunaan teknologi pemantauan cuaca. Ia mengakui keakuratan informasi yang dikeluarkan oleh BMKG. Banyak manfaat yang diperoleh setelah mengikuti program tersebut.

Manfaat lain yang dirasakan oleh Dewa yakni terkait potensi ikan di laut Lokasi itu, kata Dewa disertai dengan koordinatnya. Dan itu sangat memudahkan mereka untuk mencapai lokasi.

“Informasi BMKG selalu akurat,” kata Dewa meyakinkan.

Informasi dari BMKG ditunjukkan kepada KatongNTT. Dewa mulai membaca informasi itu, menjelaskan arti setiap warna yang tertera dalam tabel.

“Laut Sawu cerah. Nah kita di sini Laut Sawu,” katanya sambil menunjukkan tangan ke arah laut.

Dia lalu membaca tinggi gelombang, arah angin dan potensi curah hujan. Pada hisapan rokoknya yang terakhir, Dewa berkata “Nelayan ini sebenarnya pintar karena banyak mengkonsumsi protein.”

Persoalannya menurut Dewa, akses nelayan terhadap pengetahuan baru masih sangat minim.

“Ibarat bunga, biar dikasih pupuk tapi tidak disiram dengan air, bunga tidak akan tumbuh subur. Makanya kami minta LSM atau Pemerintah yang peduli dengan nelayan, bila ada pengetahuan baru bagikan pengetahuan itu kepada kami. Sehingga mereka juga bisa menemukan solusi terkait masalah-masalah yang mereka hadapi,” tandasnya.

ShareTweetSend
Previous Post

Sampah di Pasar Oesapa Menumpuk, Begini Curhat Petugas Oranye

Next Post

Kisah Dewa, Nelayan Oesapa Menjaga Ekosistem Laut

Joe Tkikhau

Joe Tkikhau

RelatedPosts

Ilustrasi Komodo (Ist)
Ekonomi dan Bisnis

Tarif Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Mulai 1 Agustus 2022

5 Juli 2022
Ilustrasi gelombang tinggi di perairan NTT (Tribunnews.com)
Lingkungan

Waspada Gelombang Tinggi di 6 Wilayah Perairan NTT

20 Juni 2022
Ketua PKK NTT Julie Sutrisno Laiskodat memimpin rapat virtual membahas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ke 110 desa dan kelurahan dimulai Juni 2022. (Ruth-Katongntt.com)
Dekranasda NTT

Distribusi PMT Atasi Stunting di 110 Desa di NTT Dimulai Juni Ini

26 Mei 2022
Ilustrasi - Kebakaran hutan yang terjadi di Pulau Komodo, Flores, NTT, beberapa waktu lalu, di luar di kawasan lahan wisata Taman Nasional Komodo (TNK). (ANTARA Foto)
Lingkungan

Waspadai Kebakaran Hutan dan Lahan di NTT

31 Mei 2022
Next Post
Kisah Dewa, Nelayan Oesapa Menjaga Ekosistem Laut

Kisah Dewa, Nelayan Oesapa Menjaga Ekosistem Laut

Discussion about this post

Iklan KatongNTT

Kerupuk Gendhar Jawi Kerupuk2A oke lagi

Video

KatongNTT com

KatongNTT com
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLjl3TDVlXzhULVFF Berawal dari tugas kuliah, Epi dan Siska kemudian memutuskan untuk fokus berjualan camilan Ublin. Keduanya merupakan mahasiswa pertanian Universitas Nusa Cendana yang pada tahun 2015 ditugaskan untuk membuat makanan dari pangan lokal dan memasarkannya.

Ublin ini adalah camilan tempo dulu. “Anak muda sekarang tidak tahu ini makanan apa. Yang tahu hanya orang-orang tua saja, jadi yang pesan itu kebanyakan orang tua. Jadi mereka seperti mengenang kembali masa lalu dengan Ublin ini," kata Epi.. Yuk, simak tayangan videonya. *****
Berawal dari tugas kuliah, Epi dan Siska kemudian memutuskan untuk fokus berjualan camilan Ublin. Keduanya merupakan mahasiswa pertanian Universitas Nusa Cendana yang pada tahun 2015 ditugaskan untuk membuat makanan dari pangan lokal dan memasarkannya.

Ublin ini adalah camilan tempo dulu. “Anak muda sekarang tidak tahu ini makanan apa. Yang tahu hanya orang-orang tua saja, jadi yang pesan itu kebanyakan orang tua. Jadi mereka seperti mengenang kembali masa lalu dengan Ublin ini," kata Epi.. Yuk, simak tayangan videonya. *****
Kisah Orang Muda NTT Bisnis Camilan Jadul Ublin
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLjl3TDVlXzhULVFF
Aisha Djawas atau disapa Icha Djawas sejak kecil memimpikan bekerja sebagai konsultan teknik.  Dia fokus untuk mewujudkan impiannya dengan mengambil studi teknik sipil. Namun dengan kehadiran ketiga putrinya, Icha memutuskan bekerja dari rumah sambil mendampingi sepenuhnya masa tumbuh kembang mereka. Hobi lamanya meracik dan memasak sambal menjadi sumber mata pencarian baru. Icha kini menjadi pengusaha UMKM di NTT yang dikenal dengan sambal se'i sapi dan aneka sambal lainnya. Setiap bulan dia meraup penghasilan antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. *****
Tinggalkan Konsultan Teknik, Aisyah Djawas Fokus Berbisnis Aneka Sambal
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLjhrb1ZFTzNNblJZ
Jublina Juliana Kule, 67 tahun memanfaatkan daun dan serat pohon lontar untuk membuat anyaman. Meski awalnya ragu tentang minat pembelinya dan pasar, Julia, sapaan akrabnya, boleh tersenyum karena anyamannya diminati banyak orang. Dekranasda NTT membuka jalan bagi Julia untuk mendapat pembeli dan pasar. Yuk... silakan menontonnya. *****
Julia Manfaatkan Daun & Serat Pohon Lontar Membuat Anyaman Unik
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLjBCZnB4VTk2YXNR
Pandemi Covid-19 membuat dunia bisnis terpuruk. Begitupun Meli Kurniawan, penjualan produk abon sapi, abon ikan dan bumbu siap saji sempat anjlok. Namun Meli tak menyerah, dia beralih dengan memanfaatkan media sosial atau medsos. Alhasil produk UMKM buatan Meli banjir pesanan. Yuk tonton bagaimana Meli mengelola bisnis ini. *****
Manfaatkan Medsos, Abon Sapi & Ikan Buatan Meli Banjir Pesanan
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLldON3hhUHQ3bkpF
Duta Besar Republik Indonesia untuk Rumania & Republik Moldova, M. Amhar Azeth dan istrinya Martiyas Indriastuti berkunjung ke gedung Dekranasda NTT pada 6 Juni 2022. Dubes Amhar mengatakan, produk NTT berpeluang untuk diekspor ke Rumania.  
"Ada beberapa komunitas di Eropa yang menyukai produk-produk yang bersifat budaya. Nah itu yang jadi pasar kita,” kata Amhar. Silakan menontonnya...
Dubes RI Jajaki Peluang Ekspor Produk NTT di Rumania
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLnVHRjRsSFVKRF9F
Epa Lomi Ga, 43 tahun, pengusaha UMKM produk hasil laut kota Kupang terinsiprasi dengan kekayaan laut Provinsi NTT. Dia pun memproduksi se'i ikan sebagai oleh-oleh khas NTT. Jika selama ini kuliner terkenal NTT berupa se'i babi dan se'i sapi, maka Epa mencoba memperkenalkan se'i ikan yang bahan bakunya adalah ikan Marlin. Tak disangka produk se'i ikan buatan pria asal Amarasi ini mendapat sambutan dari masyarakat. Mencermati potensi pasar yang besar, Epa ingin mengembangkan sayap bisnisnya. Hanya saja dia terkendala modal dan akses pasar di luar NTT. Yuk, simak videonya untuk mendapatkan informasi lebih rinci dan lengkap. (Kerjasama KatongNTT.com-Dekranasda NTT)
Terinspirasi Kekayaan Laut NTT, Epa Gagas Se’i Ikan
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLi1jY0w1LWdzNUdB
Tak disangka di tangan Gladys Matthew,  resep kecap manis tanpa kedelai warisan mertuanya mulai mendapat tempat di hati masyarakat NTT bahkan hingga di luar NTT. Kecap yang bahan bakunya berupa nira pohon lontar dan rempah-rempah dikemas dalam dua wadah berbeda, botol dan standing pouch. Harganya terjangkau semua kalangan.  
Gladys menuturkan, kecap manis Letodae cap Malada berbahan organik sehingga ini menambah nilai jual dari produknya itu. Pemasaran kecap pertama kali di Surabaya. Dia kemudian memasarkannya ke beberapa toko penjual produk kecap di Kota Kupang. Di Dekranasda NTT, kecap tanpa kedelai ini  laris manis. Dan dalam waktu dekat, Gladys akan memasarkannya ke Labuan Bajo dan mengekspornya ke Timor Leste. *****
Kecap Tanpa Kedelai dari Nira Lontar Jadi Icon NTT
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLm54NHpJcHZSbU9F
Boleh jadi banyak masyarakat Indonesia belum tahu bahwa NTT punya cokelat yang bahan bakunya yakni kakao yang terbaik di dunia. Cokelat Ghaura, begitu nama yang diberikan pemiliknya. Cokelat ini diproduksi pertama kali tahun 2019 dan dalam tempo tiga tahun sudah dipasarkan ke beberapa kota termasuk ke luar negeri seperti Australia, Amerika, Inggris, Prancis, dan Belanda. Yuk simak tayangan KatongNTT.com menyusuri sejarah lahirnya cokelat Ghaura yang dkilaim berkualitas premium.
Menyusuri Sejarah Cokelat Ghaura Hadir di NTT
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLlY3YjBleXlpVy04
Ketua Dekranasda NTT: SLB Fokus ke Talenta dan Kebutuhan Pasar
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLi1uNXpBUlotLU0w
Load More... Subscribe

Podcast

Poling

Recent News

Abdul Aziz Ismail, consultan LSM Tanaganita Malaysia (kiri) bersama Kristo Kolimo (tengah) di rumah orang tua Adelina Sau (Joe-KatongNTT)

Tangis Haru Pecah di Rumah Orang Tua Adelina Sau

6 Juli 2022
Ilustrasi Komodo (Ist)

Tarif Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Mulai 1 Agustus 2022

5 Juli 2022

© 2022 Katongntt.com - Merawat Suara Hati

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
    • Cerita Puan
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Agribisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Editorial
    • Opini

© 2022 Katongntt.com - Merawat Suara Hati

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
Sign Up with Linked In
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In