Kupang – Rumput laut dari Nusa Tenggara Timur (NTT) belum diekspor lagi ke luar negeri sepanjang 2024 ini. Ekspor terakhir juga hanya sekali pada tahun 2023 lalu.
Ekspor rumput laut NTT ini memang minim sejak ekspor perdana pada 2019 lalu sebesar 25 ton Alkali Treated Cottonii (ATC) Chips ke Argentina.
Ekspor terakhir kali pada 2023 oleh PT Rote Karaginan Nusantara (RKN) yaitu ke Filipina sebanyak 40 ton dalam bentuk tepung rumput laut.
Baca juga: Harga Rumput Laut Anjlok, Ada yang Terpaksa Jual ke Luar NTT
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan (P3KP) di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTT, Anakletus Tese, menyampaikan ini, Kamis 30 Mei 2024, di ruang kerjanya.
“Belum ada ekspor di 2024. Tahun lalu itu hanya satu perusahaan RKN itu saja. Sumba juga belum. PT Bumi Biru Sejahtera itu rencananya tapi belum, mereka dari Kupang tapi dari sini ke Surabaya. Bulan ini sudah dua kali. Itu 25 ton sekali kirim,” ungkap dia.
Kletus menerangkan pengiriman barang atau komoditi ini bisa dilakukan setelah para pelaku usaha mempunyai Surat Keterangan Asal (SKA).
Baca juga: Pergub NTT Terbit, Petani Rumput Laut Meradang
“Belum ada ekspor. Bila mau kirim sudah tentu mereka minta SKA kalau tidak nanti ditahan oleh pihak karantina,” tanggap dia lagi.
Biasanya para pengirim sudah siap misalnya satu kontainer atau sekitar 10 ton kemudian meminta SKA agar pengiriman bisa dilakukan.
Saat ini pengurusan SKA melalui Kantor Cabang DKP NTT yang tersebar di 7 titik. Namun salah satunya baru saja ditutup sehingga pengurusannya melalui DKP NTT sejak 14 Mei 2024.
Baca juga: Ayodhia Ingin Pemda NTT Diberi Keleluasaan Mengelola SDA Kelautan
Sementara aktivitas pengiriman dalam negeri saat ini paling banyak ke Surabaya dan Makassar salah satunya dari Sumba, CV Algae Sumba Timur Lestari.
Pengiriman dari Sumba ini, lanjut Kletus, lebih banyak dalam bentuk raw material. Ia tidak bisa memastikan berapa besarannya karena pengurusannya di Kantor Cabang DKP NTT di sana.
Tidak semua raw material dari NTT yang ditampung perusahaan ini sebab diambil juga dari Pulau Kiser, Provinsi Maluku, sekalipun rumput laut di NTT lebih bagus kualitasnya.
Ada pula CV Agar Kembang di Pulau Semau yang mana produk chip-nya bisa diekspor lagi setelah dikumpulkan di Surabaya terlebih dahulu.
Sementara pengiriman raw material rumput laut dalam negeri pun paling banyak melalui para tengkulak di NTT yang membelinya dari pembudidaya.
Baca juga: Nelayan Rote Tak Kapok ke Australia, Ada Sponsor Cukong
“Paling dominan raw material karena untuk kirim ke perusahaan di sini, seperti di Rote Karaginan Nusantara itu, mereka juga anggarannya tidak cukup untuk membeli raw material di sini. Mereka datangkan dari Kiser,” sambung dia.
Ia mengatakan minimnya ekspor ini karena permintaan dari luar berkurang atau karena ada produksi yang tinggi di negara pemesan.
“Permintaan memang tidak ada dan kemungkinan besar produknya mereka di Filipina cukup tinggi sehingga belum ada permintaan ke Indonesia,” lanjut dia.
Kletus juga menjelaskan syarat kadar air yang diminta pembeli atau perusahaan adalah 38 persen. Bila lebih dari itu maka harus dijemur lagi.***