Kupang – Nusa Tenggara Timur (NTT) terindikasi memiliki potensi uranium yang bisa dipakai sebagai bahan baku energi nuklir.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) pun telah mendatangi Kota Kupang, NTT, dan mensosialisasikan mengenai aturan tentang bahan galian nuklir ini mulai dari izin hingga keselamatan kerja dalam menambang.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTT, Jusuf Adoe, menyebut indikasi uranium ini potensial adanya namun memerlukan bukti lebih lanjut.
“Uranium itu logam khusus. Baru-baru ini dari BAPETEN juga datang ke NTT jadi terindikasi mungkin ada di NTT. Untuk yang sudah diketahui pasti itu ya di Sulawesi Barat, itu banyak,” tanggapnya, Rabu 19 Juni 2024.
Baca juga : Isi Kekosongan Hukum, Indonesia Usul Pengaturan Kapal Selam Nuklir di PBB
Untuk data lebih lanjut soal kabupaten yang terindikasi adanya uranium pun harus melalui lembaga yang sebelumnya bernama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) ini.
Data spasial dari BAPETEN ini harusnya dipakai untuk penataan ruang atau diberi label daerah merah agar ada pengawas aktivitasnya.
“Berbahaya itu misalnya di lokasi yang sama ada galian c tapi kebetulan geolognya paham soal adanya potensi itu, terus dia simpan untuk diolah lagi kan, itu yang dihindari,” terangnya.
Kedatangan perdana BAPETEN di NTT ini, sebut Jusuf, untuk mensosialisasikan PP Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir (BGN). Materi lainnya, UU 10 tahun 1997 yang menjadi UU Cipta Kerja, PP Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, dan RUU Ketenaganukliran.
Baca juga: Peneliti BRIN Temukan Lukisan Figuratif Tertua di Dunia
“Bahan baku nuklir di NTT ini ada potensinya,” tandas Jusuf.
Memang akan ada risiko dari semua jenis tambang, ungkap dia, makanya perlu diikuti dengan kemampuan mitigasi yakni teknologi dan sumber daya manusia yang kompeten.
Selain indikasi potensi uranium, lanjut Jusuf, NTT juga kaya akan potensi tembaga, pasir besi dan mangan. Tambang pasir besi di Ende pernah berlaku namun sudah dihentikan. Untuk tembaga diketahui ada di Belu. Sementara mangan bukan hanya tersebar di Pulau Timor tetapi juga di Pulau Flores.
Namun emas dan uranium jelas berbeda, terang Jusuf, sebab perlu kajian atau studi lebih lanjut terutama soal proyeksi ekonomi sebab biaya produksi tambangnya yang sangat besar.
Sebelumnya, Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir (PKN), Haendra Subekti, mengatakan energi nuklir ini bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, radioterapi untuk kesehatan, pengujian material untuk industri, mutasi tanaman, eksplorasi antariksa hingga studi lingkungan atau pelacakan polutan dan mempelajari perubahan iklim. Namun ia menambahkan kegiatan pertambangan ini memiliki potensi mineral ikutan radioaktif.
Baca juga : Pemda NTT Tak Punya Data Potensi Cadangan Mangan
Menurut pengawas tenaga nuklir ini, sudah saatnya NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste memperhatikan aspek keamanan nuklir.
“Untuk itu pemangku kepentingan di Nusa Tenggara Timur sangat penting mendapatkan informasi terakhir regulasi yang berlaku dan yang sedang revisi sehingga dapat memperoleh gambaran besar kerangka regulasi ketenaganukliran” tukas Haendra melansir laman BAPETEN.
Haendra juga ingin masyarakat memahami kebijakan tersebut. Mereka pun ingin tahu kondisi di lapangan untuk membentuk jejaring stakeholder di NTT. Alasannya, kata Haendra, karena UU Cipta Kerja akan memberi kemudahan dan peluang berusaha yang lebih besar bagi pelaku usaha.
“Kegiatan usaha dalam bidang ketenaganukliran ini masih dapat ditingkatkan, karena saat ini 12 kegiatan usaha yang menjadi tanggung jawab BAPETEN untuk dilakukan pembinaan masih sangat minim” jelasnya.
Baca juga : Ayodhia Klarifikasi Lagi Investasi Smelter Mangan di Pulau Timor
Sementara Plt. Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (DP2IBN), Nur Syamsi Syam, turut memberi materi soal aturan mengenai bahan galian nuklir saat itu.
Bila melihat data World Nuclear Association, pada 2019 diketahui cadangan uranium dunia yang mencapai 6,14 juta ton dengan produksi mencapai 54,7 ribu ton. Australia menempati negara dengan persediaan uranium terbanyak hingga 1,7 juta ton.
Sementara melansir detik, pada 2015 lalu ekspedisi NKRI menemukan batuan yang memiliki kandungan uranium di Ende. Namun temuan ini pun masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan seberapa besar potensinya. ***