Kupang – ‘Nyemil tanpa rasa dosa’, jadi jargon bagi produk Rehany Susanna Christine Mooy.
Granola dan kukis oat, jadi pilihannya untuk munculkan camilan sehat di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Minimnya camilan sehat di Kupang, membuat Rehany tergerak untuk membuat camilan yang bisa dikonsumsi dengan tanpa ada perasaan bersalah pada diri sendiri.
Baca Juga: Tekun Jalankan UMKM Aksesoris NTT, Nita Liwulangi Diundang ke Seoul
“Biasanya kita ngemil, tanpa disadari banyak. Nah kalau ini, bahannya sehat. Kaya akan serat. Jadi mau ngemil sebanyak apapun juga tidak jadi masalah,” ujarnya.
Sembilan tahun tinggal di negeri Kanguru, Australia, Rehany mengadop makanan dari sana ke tanah kelahirannya, Kupang.
Walau Oat masih asing bagi sebagian besar masyarakat Kupang, Rehany mengambil langkah berani untuk membuat produk dengan bahan dasar yang tak ada di Indonesia itu.
Oat sendiri atau Haver, adalah biji-bijian sereal yang hanya bisa tumbuh di daerah dengan empat musim. Oat biasanya dijadikan sarapan. Rehany, mengambilnya untuk dijadikan granola, dan kukis.

Granola sendiri adalah sejenis sereal yang berbahan dasar oat dan biji-bijian.
Dengan uji coba yang tak hanya sekali, Rehany akhirnya mendapatkan komposisi yang sesuai.
Oat dari Australia, kacang almon, kacang mete dari Flores, Kacang Tanah dari Timor, biji labu hijau, kismis, dan Cranberries, ia campur jadi satu. Juga gula semut dan gula air dari Rote pada kukisnya.
Ia menyebutnya ‘kawin campur’. Perpaduan aneka biji-bijian dari luar dan dari dalam NTT, Rehany hadirkan makanan internasional dengan rasa lokal.
Rehany munculkan produk ini di 2021 ketika pandemi dengan modal awal Rp500 ribu. Sebelumnya di 2018, Rehany sudah lebih dulu membuat smoothies dan jus buah sehat.
“Memang sejak awal itu konsepnya makanan minuman sehat, begitu. Karena yang ada di sini katanya sehat, tapi buatnya kebanyakan tepung. Smoothiesnya Pakai sirup, pakai susu kental manis. Itu sehatnya dari mana?” kata perempuan berdarah Rote dan Timor ini.
Produk-produknya ini di bawah naungan UMKM Smothmoves. Ia menjelaskan, sehat butuh proses. Tidak serta merta sekali konsumsi langsung sehat.
Untuk itu, granola dan kukisnya yang tanpa bahan kimia, yang dipanggang tanpa digoreng. Pun bebas gluten, menjadi baik walau dikonsumsi dalam jumlah banyak.
“Makanya namanya Smoothmoves. Atau bahasa Kupang bilang ‘pelan-pelan sa’. Karena tidak ada yang instan,” jelasnya saat disambangi di kediamannya di Oeba, Kupang.
Hadir dengan jenis makanan yang berbeda, dan yang belum akrab di telinga masyarakat, jadi satu tantangan tersendiri bagi Rehany.
“Ada yang bilang ‘ini kacang ko?’. Atau, ‘ini cara makan karmana nih?’. Padahal ini makan ya tinggal makan. Atau jadi topping di kue juga bisa,”cerita Rehany sambil tertawa.
“Itulah asiknya jadi pelopor. Karena kita dari nol. Jadi kita harus sabar menjelaskan. Beri edukasi ke masyarakat, ini apa, fungsinya apa,” ujar Rehany.
Selain itu, produknya yang tak biasa tapi pasarnya yang dapat menembus lokal, nasional, maupun internasional, membuat idenya ini sudah dicontek oleh beberapa pihak.
Ia menyebut, hal itu menjadi konsekuensi dalam berbisnis. Hal yang ia sayangkan ialah penggunaan bahan baku yang dipakai tak sepenuhnya sehat. Yang bisa saja memberi citra buruk pada produk dengan bahan dasar oat seperti miliknya ini.
“Itu konsekuensi ya. Jadi saya terima saja. Yang perlu saya lakukan ya terus berinovasi saja. Belajar, belajar, dan terus belajar. Dan tetap dengan kualitas yang ada. Yang sehat,” katanya.

Ke depannya, tak menutup kemungkinan akan muncul inovasi lainnya, demi mempertahankan UMKMnya itu.
Rehany sendiri adalah lulusan Bioteknologi. Ia kemudian banting stir dari yang biasanya di laboratorium, ia kini habiskan waktu di dapur dan bazar.
Baca Juga: Kemenkeu Dorong UMKM, Perbankan di NTT Masih Prioritas Kredit Konsumtif
Dari bazar ke bazar ia ikuti untuk memperkenalkan langsung produknya kepada masyarakat. Ia ingin menghargai proses yang ada.
Dasarnya, ia hanya ingin membuktikan kepada diri sendiri jika ia mampu. Walau pilihannya tak seperti standar masyarakat pada umumnya, namun ia percaya tiap manusia diciptakan Tuhan dengan keunikannya sendiri.
“Di setiap manusia Tuhan ciptakan kita dengan berbeda-beda sidik jari. Jadi kita unik. Jadi walaupun saya tidak jadi PNS, saya bisa hidup dengan ini,” pungkasnya. *****