Kupang – Sekitar 60 persen dari 4.008.475 pemilih di NTT dalam Pemilu 2024 adalah orang muda. Mereka dikategorikan sebagai Generasi Milenial dan Gen Z. Peran mereka dinilai penting dalam menentukan kualitas pemerintahan lima tahun ke depan.
Untuk itu orang-orang muda NTT diajak berpartisipasi aktif mengawasi agar Pemilu tidak diwarnai dengan politik uang. Selain itu, mereka diajak melawan politik identitas, kampanye hitam, ujaran kebencian maupuan SARA.
Baca juga: Sistem Pemilu Terbuka Lebih Demokratis Tapi Sarat Politik Uang
Meski tidak mudah untuk mengawasinya, menurut Anggota Bawaslu NTT Melpi Minolria Marpaung, namun dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar.
Sistem patron masih erat dipegang masyarakat NTT. Anggota keluarga mengikuti “petunjuk” orang tua atau sosok berpengaruh di kampung, kampus atau tempat kerja dalam menentukan pilihan politiknya.
“Mahasiswa perlu berpartisipasi dalam mengawasi, dan kreatif dalam melawan politik uang, kampanye hitam. Nanti di TPS (tempat pemungutan suara) hanya anda yang tahu apa yang dipilih,” kat Melpi dalam Talk Show dan Deklarasi Pemilu Damai Berintegritas 2024. Acara yang diselenggarakan Forum Politisi Muda Indonesia NTT berlangsung di Aula Universitas Karyadarma Kupang, Kamis sore, 23 November 2024.
Melpi juga mengajak mahasiswa yang hadir sebagai peserta Talk Show untuk mendaftar sebagai pemantau Pemilu bersama Bawaslu NTT.
“Nanti ada dana pengganti pulsa,” ujarnya tertawa.
Sebelumnya, seorang peserta Talk Show menjelaskan tentang kesulitan mereka untuk menolak politik uang maupun politik identitas. Mereka harus mengikuti pilihan orang tua dan mengikuti petunjuk tokoh adat mereka.
Baca juga: Waspada, Hoaks Akan Terus Muncul di NTT Memasuki Tahun Politik
Yoan B.W. Niron, Presidium Nasional Forum Politisi Muda Indonesia menjelaskan forum ini lahir atas inisiatif anak muda untuk menjawab keresahan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Sebanyak 20 anak muda dari wilayah barat hingga timur memprakarsai berdirinya forum ini.
Forum dibentuk melalui program Emerging Leader Academy dan sejumlah partai politik seperti Partai Solidaritas Indonesia, Nasional Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Demokrat, Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Golkar.
“Keresahan yang mendorong kami bersatu membentuk forum ini,” kata Yoan.
Anak-anak muda dalam FPMI membuat gagasan berupa afirmasi untuk kuota pemuda dalam sistem pemilu Indonesia. Kemudian, gagasan untuk membatasi masa jabatan legislatif di setiap tingkatan maksimal 2 periode. FPMI juga menginisiasi desentralisasi partai politik, melawan politik dinasti serta melawan politik uang, kampanye hitam, kampanye negatif, politik identitas, dan ujaran kebencian.
Baca juga: 3 Ribu PMI NTT Bakal Ikuti Pemilu 2024 di Tawau Malaysia
Anggota KPU Yosafat Koli memaparkan data yang menampilkan ketatnya perebutan kursi legislatif di NTT. Untuk tingkat provinsi, misalnya sebanyak 65 kursi akan diperebutkan 992 caleg. Itu artinya 1 kursi diperebutkan 15 caleg.
Untuk itulah, masyarakat perlu mengawasi jalannya proses Pemilu mengingat ketatnya persaingan memperebutkan kursi legislatif.
Di akhir Talk Show, para pembicara, FPMI NTT, dan perwakilan mahasiswa Universitas Karya Darma dari 12 program studi menandatangani Deklarasi Pemilu 2024 Damai Berintegritas. *****