Soe – Ombak di Laut Timor bergulung-gulung menghantam dermaga di Pantai Kolbano. Dari kejauhan, pantai Kolbano tampak berwarna putih.
Sebuah gunung batu menjulang tinggi di tepi pantai. Masyarakat menyebutnya Fatu’un. Buih-buih ombak yang pecah di bibir pantai bercumbu dengan batuan berwarna-warni.
Pantai Kolbano merupakan salah satu ikon pariwisata di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Pesona batu berwarna-warni menghipnotis setiap mata yang memandang.
Ruas jalan raya yang menghubungkan Kabupaten TTS dan Kabupaten Malaka tepat melalui jalur pantai Kolbano. Dari atas kendaraan yang melintas, pengguna jalan bisa melihat pesona pantai yang didominasi batuan berwarna-warni.
Eksotisme batuan berwarna-warni dengan hamparan lautan biru di depan mata menjadi pilihan terbaik melepaskan penat.
Angin laut bertiup pelan, memberikan kesejukan di bawah rindangan pohon pada area pintu masuk. Dua buah pondok dibangun untuk pengunjung berisitirahat.
Di tepi pantai, beberapa perahu nelayan tertambat dengan pukat di atasnya. Perahu lainnya tampak terombang-ambing oleh gelombang laut yang bergulung-gulung ke tepian.
Pesona Kolbano yang unik dibiarkan ternodai. Lokasi wisata itu tidak dilengkapi fasilitas yang memadai seperti tempat penampungan sampah dan toilet.
Sampah menjadi ancaman yang nyata bagi keindahan alam Kolbano dengan batuan warna-warninya. Selasa, 15 Maret 2022 saat KatongNTT memasuki area pantai Kolbano, tidak terlihat satu pun tempat sampah di sepanjang area pantai.
Beberapa orang duduk di sebuah pondok, membelakangi sampah yang didominasi oleh sampah plastik dan gelas air mineral. Dua orang perempuan memilih duduk di sebuah perahu bantuan DKP Kabupaten TTS yang sudah rusak di bawah rindangan pohon.
Warna-warni batuan yang begitu eksotis terhimpit oleh sampah yang berserakan. Gelas-gelas air mineral dan bekas bungkusan makanan dibiarkan begitu saja di atas tumpukan bebatuan yang mengganggu pandangan mata.
Salah satu pengunjung bernama Daud, mengeluhkan ketiadaan bak sampah dan toilet. Baginya, keindahan tempat wisata ditentukan juga oleh pengelolaan sampah.
Ketiadaan tempat penampungan sampah berakibat pengunjung dengan sesuka hati membuang sampah.
KatongNTT mencoba mencari pengelola wisata Pantai Kolbano namun tidak ada seorang pun di lokasi. Yang ada hanya beberapa pengunjung di lokasi tersebut.
Daud mengatakan, pengelolaan sampah di lokasi wisata harus dimulai dari kesadaran. Selain pertimbangan ancaman bahaya sampah terutama sampah anorganik, sampah juga merusak keindahan alam.
“Kesadaran pengelolaan sampah itu harus ada, baik dari pengelola tempat wisata maupun pengunjung,” kata Daud.
Di dekat jalan raya, sampah berserakan di antara rumput yang tumbuh. Bahkan dalam perahu rusak di bawah pohon itu sudah dipenuhi sampah dan air hujan.
Kesejukan dan eksotisme di pantai Kolbano, kini terancam oleh kelalaian pengelola dan penikmat keindahan pantai batu warna-warni itu.
Ketiadaan toilet juga menjadi persoalan yang perlu diselesaikan. Pengunjung harus keluar dari area lokasi wisata menuju rumah warga untuk mendapatkan toilet. Padahal, Pantai Kolbano merupakan wisata yang sudah lama mengangkat pariwisata di TTS. (K-04)