Alor – “Sederhana saja, perempuan tidak menuntut banyak hal
Ia hanya menuntut janji yang pernah terucap di Altar Gereja
Menjaga dan melindunginya
Sampai menua bersama hingga maut memisahkan.
Cinta itu sederhana
Kalo masih, ya berkorban.
Kalo sudah tidak suka, kembalikan saja pada orang tuanya baik –baik
Jangan malah dijadikan samsak tinju
Jangan jadikan ia yang kedua meskipun parasnya tidak cantik lagi.”
Adalah sepenggal puisi yang dibacakan Tyra, bocah 8 tahun di panggung kreasi dalam memperingati hari anti kekerasan pada perempuan di kecamatan Teluk Mutiara, Alor, NTT.
Orang tua Tyra sudah berpisah. Dia kini tinggal bersama ibunya dan dua adiknya yang lain bersama oma dan pamannya.
Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Kekerasan Yang Dialami Perempuan
Puisi dengan judul Perempuan dan Luka yang dibacakannya itu, adalah tulisan sang ibu. Mengisahkan pilunya menjadi perempuan ketika sudah berumah tangga.
EL, ibu Tyra mengaku, puisinya itu adalah cerita dirinya dan beberapa temannya kala menjalani hidup sebagai seorang istri.
Diduakan, ditinggalkan, bahkan dipukuli oleh suami, jadi cerita pelik yang kerap didapati para istri.
EL ini kini sudah berdamai dengan diri sendiri dan masa lalunya.
Hidup dalam keterpurukan dan menangisi apa yang sudah terjadi hanya akan memperparah keadaan.
Baca Juga: 3 Kabupaten di NTT Tak Punya Unit Khusus Tangani Perempuan dan Anak
Bagi perempuan 33 tahun itu, pengalaman pahit yang pernah dialami sebaiknya dijadikan pelajaran untuk evaluasi diri menjalani hidup kedepannya.
“Kita masih punya masa depan. Apalagi masih ada anak-anak yang jadi tanggung jawab saya sebagai orang tua tunggal. Memaafkan. Ketika kita memaafkan hidup kita akan jadi lebih baik, hubungan kita dengan orang lain pun tidak rusak,” ujarnya ketika dihubungi pada Rabu, 29/11/2023.
Ia berprinsip, jika ia gagal menjadi istri, maka jangan lagi gagal sebagai seorang ibu. Fokus pada ketiga anaknya dan berbenah diri menjadi lebih baik adalah kuncinya bertahan hingga kini.
“Memang perlu ada dalam masa puruk agar bisa evaluasi. Saya su (sudah) begini, jadi solusinya adalah berbenah diri. Belajar dari kesalahan masa lalu. Sehingga di kehidupan baru jangan diulangi lagi kesalahan yang sama,” imbuhnya.
Baca Juga: Angka Kekerasan Psikis Melonjak di NTT, Terjadi dalam Hubungan Pacaran
“Mari kita rayakan setiap patahan itu dengan gelak Tawa
Menikmati setiap luka dengan senyuman paling sempurna
Supaya dunia tahu kita adalah makhluk-makhluk baik yang luar biasa
Yang meskipun dihantam banyak duka dan sandiwara
Kita tetap berdiri tegak sebagai manusia” tutupnya dalam puisinya itu.
***
Novi Laelang, ketua Suara Perempuan (Super) Alor yang merupakan penyelenggara kegiatan panggung kreasi di 25 November lalu itu menyebut, kesadaran, komitmen, dan kerja sama dari semua pihak menjadi penting untuk menghentikan kekerasan pada perempuan.
“Kami meminta kepada seluruh masyarakat agar saling menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Untuk peduli dan menyuarakan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujarnya.
Dalam laporan yang masuk di Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA, di 2022 kasus kekerasan di Rumah Tangga menjadi yang terbanyak di NTT.
Di 2022, terjadi sebanyak 822 kasus kekerasan rumah tangga di NTT.
Data dari Super Alor sendiri, hingga November 2023 sudah ada 25 kasus yang ditangani. Korbannya ialah perempuan dewasa dan anak perempuan. Dengan jenis kekerasan yang paling banyak ialah kekerasan seksual.
Beberapa kasusnya sudah ditangani oleh kepolisian, namun beberapa memilih menyelesaikan kasus mereka dengan tanpa melalui jalur hukum. ***
PEREMPUAN DAN LUKA
Sederhana saja, perempuan tidak menuntut banyak hal
Ia hanya menuntut janji yang pernah terucap di Altar Gereja
Menjaga dan melindunginya
Sampai menua bersama Hingga maut memisahkan
Lebih dari pada itu Ia sudah tidak lagi mempermasalahkan apa-apa
Adalah tanggung jawab laki-laki memberikanya rasa nyaman dan aman
Menjaga dan memastikan ia akan baik-baik saja dimanapun keberadaannya
Setelah tidak dalam keluarganya ia sudah menggantungkan segala hal
Pada laki-laki yang menyakinkannya
Bahwa ia akan baik –baik saja
Bahkan tanpa ayah dan ibunya
Ia telah memilih percaya dan sudah menjadi tugas laki-laki
Untuk menjaga kepercayaannya
Cinta itu sederhana
Kalo masih, yach berkorban
Kalo sudah tidak suka kembalikan saja pada orang tuanya baik –baik
Jangan malah dijadikan samsak tinju
Jangan Jadikan Ia yang kedua meskipun parasnya tidak cantik lagi
Jangan mempermainkan hatinya ada yang lebih baik darinya
Ia diciptakan dari tulang rusukmu bukan tulang rusakmu
Peluk jauh-jauh untuk kalian semua perempuan-perempuan yang telah disia-siakan
Yang keberadaannya hanya dianggap sebagai beban
Perempuan –perempuan tulus yang harus dipukul mundur oleh keadaan
Perempuan-perempuan hebat yang pernah merendahkan egonya
Namum justru disepelehkan
Dan perempuan –perempuan yang hatinya dipenuhi dengan cinta
Namum tidak pernah dianggap
Mari kita rayakan setiap patahan itu dengan gelak Tawa
Menikmati setiap luka dengan senyuman paling sempurna
Supaya dunia tahu kitab adalah makluk-makluk baik yang lur biasa
Yang meskipun dihantam banyak duka dan sandiwara
Kita tetap berdiri tegak sebagai manusia
Karya: Thomas Tari & Gubahan dari EL