Kupang – Pusat Kuliner Kelapa Lima di depan hotel Aston Kupang menjadi wisata baru yang ramai dikunjungi warga Kota Kupang hampir setiap hari. Sore hari hingga malam hari adalah saat-saat paling ramai.
Hampir di setiap sisi ditemukan anak-anak muda menentang kamera DSLR berbagai jenis. Pengunjung yang lewat tak luput ditawari.
Ada yang berjalan bergandeng, ada pula yang berkelompok. Bukan hanya orang tua, anak-anak juga banyak yang dibawa orang tuanya menikmati keindahan sunset.
Pusat Kuliner ini diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Maret lalu bersama dua lokasi wisata lain yakni di Pantai Lai-lai Besi Kopan (LLBK) dan Koridor 3 Jalan Frans Seda.
Sepanjang area Pusat Kuliner Kelapa Lima, pedang kaki lima berjejer di pinggir jalan. Mereka menawarkan Kopi hingga air kelapa muda. Ada juga jajan seperti Salome dan berbagai jenis minuman lain. Ada yang menggunakan Pick Up untuk berjualan, ada juga yang hanya menggunakan meja. Mainan anak-anak juga tak luput dijual.
Tingginya kunjungan di lokasi ini berdampak pada produksi sampah plastik. KatongNTT mencatat ada 23 tempat sampah yang disediakan pada lokasi ini. Satu tempat sampah terbuat dari belahan bambu, 15 tempat sampah dari plastik, sisanya dari drum yang dipotong.
Pada lokasi ini juga disediakan tempat sampah yang ditaruh pada kotak dengan 5 klasifikasi jenis sampah, yakni sampah jenis plastik, kertas, kaleng, sampah kaca dan sampah umum.

Beberapa tempat sampah yang dilihat KatongNTT tidak sesuai klasifikasi. Kebanyakan berisi sampah plastik. Bahkan di sudut Pusat Kuliner yang berhadapan langsung dengan hotel Aston, warga menaruh sampah bukan pada tempatnya.
Salah satu penjual minuman kopi di depan jalan masuk hotel Aston mengatakan, setiap malam mereka memungut sampah yang ditinggalkan pengunjung di luar tempat sampah.
Sebagian besar tempat sampah yang disediakan sudah terisi penuh oleh sampah. Bahkan beberapa tempat sampah dari drum sudah penuh dan sampahnya berserakan di samping tempat sampah itu.
Seorang petugas keamanan yang mengaku dari PT. Brantas Abipraya (Persero) mengatakan, sampah yang dihasilkan saat ini bukan dari sampah proyek tapi sampah dari aktivitas masyarakat.
Seorang Ibu bersama dua orang anaknya memungut gelas-gelas plastik air mineral dan tempat bekas minuman lainnya dari plastik. Ia menduga sampah itu hasil aktivitas pengunjung dalam sehari.
Perempuan paruh baya yang hanya menyebutkan inisialnya, AM mengatakan, dirinya setiap hari mendatangi lokasi tersebut mengambil barang-barang bekas yang masih bisa dijual kembali atau dibuat menjadi kerajinan tangan. Menurutnya, sampah Pusat Kuliner Kelapa Lima dibersihkan setiap pagi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Kupang, Orson G. Nawa menjelaskan, saat ini belum ada penyerahan kepada Pemerintah Kota Kupang. Area tersebut, kata Orson, masih dalam masa pemeliharaan.
Pengelolaan sampah di dua lokasi wisata baru akan dibahas antara DLHK bersama Camat Kelapa Lima dan Camat Kota Lama serta Lurah Kelapa Lima dan Lurah LLBK.
“Hal tersebut besok (hari ini,red) kita akan rapatkan,” kata Orson kepada KatongNTT, Kamis (8/4/2021).
Meski demikian, Orson mengatakan, kebersihan di wilayah Kota Kupang menjadi tanggungjawab DLHK. Pembahasan langkah sementara pengelolaan sampah, kata Orson, sambil menunggu adanya pengelola di lokasi tersebut.
“Nanti ke depan sudah ada pengelolanya baru (sampah) menjadi tanggungjawab pengelola yang tentunya ada kerja sama dengan kami,” jelas Orson.(K-04)