Kupang – Gereja Katedral Kristus Raja Kupang akan diresmikan Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) setelah renovasinya sejak 2022 lalu.
Gereja umat Katolik yang berdiri di Kota Kupang pada 1967 ini baru pertama kalinya direnovasi. Anggaran renovasi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai sekitar Rp 24 miliar.
Pastor Paroki Katedral Kupang Romo Ambros Ladjar mengatakan sebelumnya hanya ada penambahan balkon pada gereja ini pada 1995.
Baca juga : Belum Masa Kampanye, Baliho Wajah Jokowi Ikut Ditertibkan
Kini gereja bersejarah itu dijadwalkan akan diresmikan Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Kota Kupang, 6 Desember 2023.
Ada sejarah panjang berdirinya gereja ini yang tak lepas dari berkembangnya penganut ajaran Katolik di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Keuskupan Agung Kupang dalam laman resminya menceritakan awalnya ada dua Misionaris Katolik yang berpengaruh di Tanah Timor yaitu Frei Antonio Taveiro OP dan Frei Antonio da Cruz, OP. Keduanya memulai karya pelayanan sekitar 1512.
Baca juga : Potret Toleransi di NTT, Pedagang Takjil Berjualan di Area Gereja Katedral Kota Kupang
Hingga sekitar tahun 1.556 hingga 1.560 sudah ada 5.000 penganut agama Katolik di daratan Timor. Perkembangan ajaran Katolik di Tanah Timor ini pun dicatat oleh para Misionaris Dominikan. Dalam catatan itu juga menyebut peranan seorang imam, Pater Antonio Tancipo, dalam pelayanan di Kupang.
Romo Ambros Ladjar juga bercerita, para misionaris itu juga membawa lonceng seberat 150 kilogram. Lonceng itu memiliki ukiran Bahasa Belanda De Stem Van Amsterdam dan ukiran ejaan lama Bahasa Indonesia yaitu Soeara Amsterdam. Ada keterangan tahun 1948 di antara dua tulisan itu.
Menurutnya, lonceng serupa mungkin masih ada di gereja Katolik di Niki-Niki, Oelamasi, termasuk pada gereja-gereja di Kefa dan Atambua.
Baca juga : Miris! Pencabulan Anak Terjadi Lagi Dalam Lingkup Gereja
Kini lonceng De Stem Van Amsterdam ini digunakan kembali pada menara baru di samping gereja usai renovasi itu.
Lokasi gereja di Jalan Ir. Soekarno No 1, Bonipoi, Kota Kupang ini pun dulunya adalah sebuah rumah pastoran. Pembangunan rumah pastoran itu sudah direncanakan sejak 1936 di sebidang tanah yang juga diperoleh mereka hingga didirikan gereja.
Vatikan pun menyoroti bertambahnya umat Katolik di Pulau Timor. Paus Paulus VI pada 13 April 1967 menetapkan Kupang menjadi suatu Dioses atas dasar Bulla Romana dengan mengeluarkan Propaganda Fidei No. 2684/87.
Baca juga : Ketua Pemuda Gereja di TTS Perkosa Anak SMK
Akhirnya Pater Gregorius Monteiro, SVD yang adalah Rektor Seminari Menengah St. Pius XII Kisol, Manggarai, ditahbiskan menjadi Uskup Kupang pada 15 Agustus 1967.
Pentahbisan itu dilakukan oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Gabriel Manek, SVD di Lapangan Merdeka, Kota Kupang. Motto tahbisannya Opus Justitiae Pax atau Karya Keadilan Adalah Damai.
Umat Keuskupan Kupang saat itu meliputi Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS) serta perwakilan Sabu sehingga disebut sebagai Keuskupan Diaspora.
Jumlah paroki di bawah Keuskupan Kupang pun menjadi 15 paroki dari semulanya 9 paroki yaitu mencakup Rote, Alor dan Larantuka pada 25 Januari 1982.
Baca juga : Toleransi di NTT, Pemuda Gereja Jaga Keamanan Saat Umat Muslim Salat Tarawih di Kota Kupang
Paus Yohanes Paulus II akhirnya mengeluarkan Bulla Romana pada 23 Oktober 1989 yang meningkatkan status Dioses Kupang menjadi Diosis Agung Kupang. Bulla keduanya yaitu mengangkat Mgr. Gregorius Monteiro, SVD menjadi Uskup Agung Kupang yang pertama. NTT pun memiliki dua Keuskupan Agung yaitu Keuskupan Agung Kupang dan Keuskupan Agung Ende.
Kemudian di 27 Juli 1997 Uskup Monteiro mentahbiskan Mgr. Petrus Turang, Pr sebagai Uskup Koajutor. Motto tahbisannya Pertransiit Benefaciendo atau Dia Berkeliling Sambil Berbuat Baik.
Namun 3 bulan setelah pentahbisan, Uskup Monteiro meninggal, tepatnya 10 Oktober 1997. Ia pun dimakamkan di sisi timur Gereja Kristus Raja Katedral Kupang. Makam itu juga tetap dipertahankan dan turut direnovasi sekitarnya hingga bagian atap.
Baca juga : Kepala SMAN 6 Kupang Surati Orang Tua Berdalih Sekolah Subuh untuk Rehab Kelas
Vatikan kemudian mengangkat Uskup Koajutor Kupang, Mgr. Petrus Turang menjadi Uskup Agung ke-2 Keuskupan Agung Kupang.
Keuskupan Agung Kupang memiliki 33 Paroki dan 7 kuasi paroki dengan luas wilayah 14.130,15 km persegi. Ada 187.785 umat Katolik dari total 1.934.391 jiwa yang mendiami daerah wilayah Keuskupan Agung Kupang menurut data 31 Desember 2015.
Kemenag NTT juga menulis dalam laman resminya bahwa Gereja Katedral Kristus Raja Kupang menjadi tempat bersejarah dan destinasi wisata rohani di Kota Kupang.
Baca juga : Pengajar Sekolah Minggu Cabuli 3 Anak di Area Gereja
Gereja ini juga berdekatan dengan tempat ibadah bersejarah lainnya seperti Gereja Kristen Tua, GMIT Kota Kupang, Gereja Kristen GBI Docc dan 3 masjid tua lainnya yaitu Masjid Raya Kota Kupang, Masjid Bonipoi dan Masjid Kampung Solor.
Kementrian PUPR merilis juga ihwal pembangunan Gereja Katedral Keuskupan Agung Kupang. Pengerjaannya melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) NTT, Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) NTT Normansjah Wartabone mengatakan, anggaran pembangunannya sebesar Rp24,08 miliar.
Baca juga : Dubes Vatikan: Umat Katolik Bangun Perdamaian di Tanah Papua
“Lingkup pekerjaannya mencakup konstruksi bangunan gereja, bangunan sekretariat paroki, menara lonceng, ruang panel dan genset, Gua Maria, bangunan makam, pagar, penataan halaman, mekanikal elektrikal, dan lansekap,” kata Normansjah.
Kementerian PUPR berharap dapat meningkatkan kapasitas layanan ibadah bagi masyarakat Nasrani di Kupang yang awalnya hanya menampung 400 jemaat menjadi lebih dari 1000 jemaat. ***