Kupang – Tujuan awalnya hanya untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga. Siapa sangka, ini jadi langkah awalnya untuk meraup Rp 500 ribu per hari dan membuka lapangan pekerjaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Adalah Raden Rara Ekawati Astuti atau yang dikenal dengan Eka. Perempuan yang kini berusia 42 tahun ini adalah pemilik usaha Antique Kitchen.
Di masa senggang sebagai ibu rumah tangga, terbesit dalam pikiran Eka untuk membuat suatu usaha rumahan pada tahun 2015.
Dengan mengikuti komunitas membuat kue di media sosial dan menonton video di YouTube, Eka perlahan-lahan mulai belajar dan membuka usaha di bidang kuliner.
“Saya belajar sendiri. Tidak ada sekolah khusus,” ujar perempuan yang lahir besar di Kupang ini.
Ia kemudian menghadirkan pengolahan kue di Kupang dengan menggunakan cokelat modeling. Yaitu cokelat yang dibuat dengan glukosa sehingga menghasilkan tekstur yang elastis dan mudah dibentuk.
Ini jarang ditemui dan “kayaknya menjadi satu-satunya yang ada di Kupang, ya,” kata Eka. Sehingga jadi daya pikat bagi para masyarakat.
Dengan produk coklat modelingnya ini, ia juga pernah meraih juara 2 kompetisi BI YES batch 4 pada November 2022 lalu.
Baca Juga: Warga Desa Ajaobaki Produksi Pangan Lokal Tuai Omset Rp 30 Juta per Bulan
Tak hanya membuat kue ulang tahun, Eka pun melebarkan sayap bisnisnya ke pengolahan aneka kue kering, kue basah, roti, donat, serta aneka makanan rumahan lainnya.
“Jadi mengikuti pekerja yang ada. Bisanya apa mereka. Ada yang jago buat roti, ya dia khusus buat roti, atau donat. Ada yang ahli di masak.
Jadi dari Antique Kitchen ini muncul brand turunan lainnya. ada Mr. Donat, ada juga Dapur Garus. Marketnya itu ada nasi tumpeng, nasi kotak, dan aneka nasi lainnya,” ulas Eka.
Dengan mengusung konsep Home Bakery dan memegang teguh konsistensi pada kualitas dan rasa, membuat aneka kue buatannya diminati banyak pihak. Ia pun kini punya tujuh pekerja tetap dan masih membutuhkan pekerja lepas jika mendapat banyak orderan.
Eka menceritakan, jika di hari raya, apalagi ketika Natal, orderan membludak datang. Pesanan bisa mencapai 1.000 toples kue kering dengan pendapatan mencapai Rp 100 juta di Desember.
“Tujuannya juga ya untuk buka lapangan pekerjaan. Mereka yang tidak punya kerja, mereka datang, saya ajari,” kata Eka.
Hingga di Februari 2023, Eka kemudian mencetuskan tiga produk kemasan baru yang ia olah dari aneka pangan lokal.
Ada Bagea dengan paduan Gula Semut, Havermut Cookies dengan campuran kenari Alor. Juga Kue Soes kering dengan rasa moringa atau kelor.
Ide ini tercetus karena melihat anak-anak yang kurang suka mengonsumsi sayuran, terutama kelor yang disebut-sebut sebagai tumbuhan ajaib ini.
“Anak-anak kalau lihat yang hijau-hijau kan tidak suka ya. Jadi saya buat begini, contoh anak saya saja sebungkus ini bisa dia habiskan sendiri,” cerita Eka diakhiri tawanya.
Tiga produk barunya ini berdiri dengan nama merk Antique Kitchen.
Walau mengolah pangan lokal dan kue jadul, namun Eka mengemasnya secara premium. Sehingga meskipun baru berjalan tiga bulan, produknya bisa diterima di beberapa outlet besar di Kupang dan di Labuan Bajo.
“Ada di Dekranasda, di Indomaret, di Hypermart juga. Terus di Labuan Bajo ada di beberapa toko,” ungkapnya.
Baca Juga: Novilia, Pelaku UMKM di Oebelo Tertatih Cari Pasar Camilannya
Selama ini 100 persen usahanya dijalankan lewat media sosial. Berbisnis sejak 2015, kata Eka produknya hanya berputar di sekitaran Kupang. Terakhir yang paling jauh adalah yang ke Labuan Bajo.
Sehingga besar harapan Eka, produk kreatifnya bisa menembus ke pasar nasional dan internasional.
Namun, akses untuk mengikuti aneka pameran di Kupang saja masih belum mudah didapat.
“Jaringan pemasarannya yang masih kurang. Soalnya kan UMKM ini sudah bekerja keras. Dia upgrade kemasan. Pakai bahan premium,” katanya.
Belum lagi ketersediaan kemasan premium yang tak ada di NTT. Sehingga ia harus memesan dari luar NTT.
“Kemasan dan marketing itu jadi tantangan terberat ya. Jadi harapannya kerja keras UMKM ini bisa dibantu stakeholder terkait,” pungkas Eka***