26 March 2023
Taman Safari Bogor dan KLHK Siapkan Pelepasliaran Komodo di NTT
Lingkungan

Taman Safari Bogor dan KLHK Siapkan Pelepasliaran Komodo di NTT

Mar 12, 2023

Jakarta – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Taman Safari Indonesia Bogor melakukan sosialisasi persiapan pelepasliaran Komodo.

Komodo atau Varanus Komodoensis akan dilepasliarkan ke habitat aslinya yaitu Cagar Alam Wae Wuul, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud menyampaikan pelepasliaran komodo ke habitatnya telah melalui serangkaian riset dan uji DNA. Kemudian monitoring populasi, habitat serta kesesuaian habitat.

“Dari hasil uji DNA, induk komodo yang akan dilepasliarkan memang berasal dari Cagar Alam Wae Wuul ini,” kata Arief dikutip dari laman menlhk.go.id, Sabtu (12/3/2023).

Dalam sosialisasi pada Rabu (8/3/2023), dia menegaskan upaya konservasi komodo dan habitatnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah (KLHK).  Namun, perlu segenap anak bangsa yang memiliki kepedulian.

“Kita bersyukur bahwa upaya konservasi komodo telah mendapat dukungan kuat dari Pemerintah Daerah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan masyarakat adat. Juga mitra kerja seperti Yayasan Komodo Survival Program dan Taman Safari Indonesia,” ujarnya.

Arief mengungkapkan langkah-langkah upaya pelestarian komodo terus mengalami kemajuan. Diawali riset DNA dan sebaran populasi, monitoring habitat dan populasi. Selanjutnya memperkuat potensi masyarakat yang telah memiliki hubungan interaksi adat dengan komodo yang dikenal dengan Mbau atau saudara tua.

Satu keberhasilan terlihat dalam kerja sama KLHK dengan Taman Safari Indonesia yang didukung PT Smelting adalah mengembangbiakkan komodo di kandang pemeliharaan.

Rencananya sebanyak 6 ekor komodo hasil pengembangbiakan inilah yang akan dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul, Kab. Manggarai Barat.

Founder TSI Jansen Manansang menegaskan komitmennya menjaga kelestarian satwa Komodo karena merupakan satwa yang dilindungi Undang-Undang.

“Kita menegaskan komitmen bersama KLHK untuk terus berupaya menjaga populasi Komodo agar tetap lestari di Indonesia. Berbagai langkah konservasi dan habituasi telah kami lakukan dengan sangat serius,” tutur Jansen dalam sosialisasi pelepasliaran.

Head of Medical Animal Taman Safari Indonesia Bogor, Bongot Huaso Mulia, menjelaskan rencananya pada Juli 2023 akan ada 6 ekor Komodo yang akan dilepasliarkan KLHK bersama PT Smelting ke Cagar Alam Wae Wuul.

Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan. Hewan purba ini dikatagorikan sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List.

Sekitar 4 ribu hingga -5 ribu ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2 ribu ekor).

Namun, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak.

Karena kekhawatiran ini, pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo. Taman ini untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca dan Padar. Belakangan, ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian Komodo. [K-02]

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *