Kupang – Rencana Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) mengembangkan 40.000 hektare (ha) tanaman jagung perlu didukung. Target melalui Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) itu untuk mengantisipasi kekurangan pangan. Namun, bisa berpotensi sebagai bahan baku pakan ternak yang selama ini masih didatangkan dari luar NTT.
Ketua Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) NTT Petrus Malo Bulu menjelaskan jika target TJPS itu tercapai maka NTT memiliki pasokan jagung yang cukup. Jagung merupakan komponen yang dominan dalam memproduksi pakan ternak. Apalagi, Pemprov NTT pernah mencanangkan untuk mengoperasikan pabrik pakan ternak pada tahun 2022 lalu.
Petrus menjelaskan bahwa sejak kepengurusan HA IPB NTT terbentuk September 2021 lalu, pihaknya memberi perhatian khusus soal jagung. Selain sebagai sumber pangan lokal yang sudah akrab dengan masyarakat NTT, jagung juga bisa diolah menjadi pakan ternak.
“Jangan sampai program jagung hanya menjadi jargon semata. Setiap periode pemerintahan di NTT selalu mencanangkan jagung tetapi hasilnya belum optimal,” ujar alumnus Murdoch University, Australia ini kepada KatongNTT.com, Kamis (6/4/2023).
Sebelumnya, Pemprov NTT berencana mengembangkan 40.000 ha tanaman jagung mulai April 2023 ini sebagai antisipasi terjadi kekurangan pangan.
“Kami telah memetakan sejumlah daerah yang menjadi prioritas untuk pengembangan usaha tanaman jagung yang ditanam pada musim kemarau ini yaitu kabupaten-kabupaten di NTT yang diprediksi dilanda kemarau lebih awal,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur Lecky Frederich Koli di Kupang, Kamis (30/3/2023).
Menurut dia beberapa daerah yang berpotensi dilanda musim kemarau lebih awal yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Flores Timur, Alor, Sabu Raijua, sebagian wilayah bagian barat Pulau Sumba, Pulau Timor, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Lembata.
Dia menegaskan pengembangan tanaman jagung pada lahan 40.000 hektare itu dilakukan pada lahan-lahan pertanian milik petani yang potensi untuk pengembangan usaha tanaman jagung.
Menurut dia, seperti dilaporkan Antara, jagung memiliki adaptasi yang sangat kuat terhadap kekeringan karena tidak membutuhkan air banyak. Untuk mendukung keberhasilan jagung melalui program TJPS, pihaknya juga memobilisasi peralatan panen ke setiap daerah yang mampu menanam jagung dua kali.
“Kami juga mempersiapkan mesin pompa air untuk dipakai para petani di NTT pada musim kemarau untuk mengaliri air ke lokasi penanaman jagung, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik,” kata Lecky Frederich Koli.
Pada September 2021 lalu, Dewan Pimpinan Daerah (DPD HA) IPB NTTpernah menggelar diskusi terkait Peluang dan Tantangan Industri Jagung di NTT. Diskusi secara hybrid yang dipandu Heri Soba (Sekjen Masyarakat Singkong Indonesia/MSI) itu menghadirkan Const Joel Tukan (Founder NTTCerdas), Audy Joinaldi (Ketua Alumni Fakultas Peternakan IPB yang juga Wagub Sumatera Barat), Midzon Johannis dan Fauzi Tubat yang mewakili Syngenta Indonesia. Sedangkan Sekretaris Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola juga hadir memberikan tanggapan dalam diskusi tersebut. [Anto]