Kupang – Bukan lincah menenun sejak kecil, bukan pula lahir dari keluarga yang mendalami tenun. Ia anak pertama dari delapan bersaudara yang dulu mimpi untuk mengecap bangku SMA saja tak terbesit.
Terlahir sebagai anak pertama, Karolina Yunita Liwulangi merasa punya tanggung jawab untuk membantu orang tuanya.
“Saya anak pertama. Jadi saya dulunya itu di pikiran saya tamat SMP, saya bantu mama jualan di pasar. Itu saja,” cerita perempuan yang biasa disapa Nita ini.
Namun oleh karena tenun, Nita dapat menginjakkan kakinya di Melbourne, Australia dan di Seoul, Korea Selatan.
“Jadi ceritanya habis SMP, ada yang daftar saya SMA. Lalu lanjut kuliah. Saya kuliah itu juga karena berkat Tuhan. Terus dulu ada tes pertukaran pelajar ke Melbourne. Nah waktu itu ada pertanyaan tentang tenun. Semua (peserta) tidak tahu. Saya tahu bahkan buat benang dari kapas itu seperti apa,” jelas perempuan berdarah Ende ini.
Ketertarikannya pada tenun berawal ketika semasa kecil, ada seorang wisatawan asing yang tertarik akan tenunan lama di rumahnya.
“Kita dulu kan anggap biasa saja ini tenun. Kita buat jadi kain meja, kain jendela. Nah dia datang minta foto di kain yang sudah jelek,” cerita Nita mengingat kembali kenangan masa lalu.
Sejak saat itu, Nita menyadari jika kain yang telah ada dari para leluhur ini punya keunikannya tersendiri.
Baca Juga: Jual Masker dan Aksesoris Tenun NTT Bisa Untung Rp 15 Juta Per Bulan
Waktu kuliah, walau dia mengambil jurusan keguruan, ia sempat mengikuti pembuatan tenun dari proses awal membuat benang dari kapas.
Ini membuatnya paham benar dan tertanam dalam otaknya bagaimana kriya tekstil ini dibuat.
Ketika berhasil menginjakkan kakinya di Melbourne, Karolina menyadari jika tenunlah yang membawanya ke sana.
Sehabis kuliah S1 di Kupang, Nita mendapat kesempatan kembali ke Melbourne dan melanjutkan studinya di sana.
Setelah itu, ia melanjutkan hidupnya menjadi dosen di beberapa kampus di Kota Kupang. Namun dengan kehadiran anak di kehidupannya, ia harus mengambil keputusan tegas untuk memilih yang lebih prioritas sebagai ibu, dibanding egonya untuk meneruskan karir.
Ia akhirnya berhenti menjadi dosen. Namun dengan kebiasaan dari sebelumnya yang bekerja penuh sejak pagi, ia harus mencari kesibukan lain untuk tetap produktif seperti sebelumnya.
“Di 2017 saya mengambil keputusan yang cukup berat buat saya secara pribadi. Berhenti dosen. Akhirnya untuk mengisi waktu, dan mengganti substitusi uang dosen itu saya harus melakukan sesuatu yang menghasilkan duit, ” jelas ibu dengan empat anak ini.
Ia akhirnya mulai membuat anting-anting di 2018 dengan menggunakan manik-manik. Pekerjaan ini ia lakukan ketika anak-anaknya tidur. Beruntungnya, ia mendapat pasangan dan lingkungan yang mendukung penuh usahanya ini.
“Jadi suami saya itu orang pertama yang saya rekrut untuk bantu saya buat anting,” kata Nita sambil tertawa.

Ia kemudian membangun UMKM yang diberi nama Ensikei.
“Namanya itu Nita’s Collection Kupang. Tapi banyak yang namanya begitu. Dan terlalu panjang, jadi disingkat NCK. Karena kurang enak, kita pakai pelafalan bahasa inggris, bacanya en si kei,” jelasnya.
Bermodalkan tang dan kawat, ia mulai bisnis aksesorisnya itu. Ia rangkai menjadi anting, dan mendapat tiga pasang anting waktu itu. Ia kemudian menjualnya dengan harga Rp25 ribu.
Uang pendapatannya ia kemudian pakai untuk memperbanyak manik-manik.
Baca Juga: Kadis Parekraf: UMKM Jadi Daya Tarik Wisatawan Kunjungi NTT
Di 2018, permintaan baru datang. Mau aksesoris yang berbahan tenun.
Dengan belajar dari Youtube dan Pinterest, Nita mulai mengembangkan usahanya itu. Yang awalnya hanya anting, mulai merambah ke gelang, bandana, dan kalung dari tenun.
Hasilnya yang kuat dan rapi dari segi motif yang nampak, serta perekat antar bahan yang dipakai, membuat aksesoris buatannya digemari banyak pihak. Termasuk Dekranasda NTT memasok aksesoris tenun dari dirinya. Dia menjadi mitra UMKM beberapa instansi.
“Semua bisnis kan harus punya keunikannya sendiri. Nah saya fokusnya aksesoris saya harus rapi, dan kuat. Jadi ada yang bilang punya saya mahal, ya karena kualitas aksesoris saya bagus,” kata Nita.
Rata-rata aksesorinya dibandrol Rp 30 ribu. Paling sedikit satu juta rupiah bisa ia dapatkan dari bisnis aksesoris ini setiap bulannya.
Corona dan Berkat Yang Tak Pernah Putus
Di 2019, UMKM Ensikei kemudian dipilih PLN untuk mewakili NTT mengikuti pameran di Seoul, Korea Selatan.
“Jadi memang tenun ini jadi pintu ke mana saja untuk saya,” cerita Nita diakhiri tawanya.
Dengan membawa kain dan aksesoris tenun miliknya, Nita berangkat ke Seoul.
“Yang digemari masyarakat sana itu memang lebih ke salendang dan aksesoris tenun. Kalau kain mereka kurang suka. Karena katanya kain kita berat, kasar,” cerita perempuan 38 tahun ini.
Melihat animo masyarakat luar yang lebih tertarik dengan aksesoris tenun, Nita percaya diri penuh jika aksesoris tenun pun akan melejit di Kupang.
Setelah pulang dari Korea, Nita memasok banyak kain tenun untuk keperluan aksesoris. Serta berbagai produk turunan dari tenun.
Namun seketika virus corona merebak. Menghambat seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk bisnis aksesoris miliknya.
“Jadi waktu corona itu, jujur, kosong (pendapatan dari aksesoris), sedangkan saya sudah sewa tempat di Walikota, dengan asumsi bahwa kita akan naik, naik, dan naik,” kata Nita.
Baca Juga: Kreativitas Remaja NTT Herlin Rato, Hasilkan Tenun dan Aksesoris Unik
Namun ternyata, pendapatan lewat aksesoris tak ada selama corona. Pesanan reseller dari Jakarta dan Surabaya sudah tak ada.
Untuk tetap meneruskan hidupnya, Nita kemudian mulai berjualan pakaian bekas (thrift) lewat media sosial (medsos).
Nita juga masih dipanggil untuk mengajar di beberapa kampus di Kota Kupang. Selain itu, ia pun telah membuka tempat les Bahasa Inggris di Kota Kupang.
Dengan beberapa pekerjaan sekaligus dan juga masih tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu, Nita masih tetap mempertahankan bisnis aksesorisnya hingga kini. Walau diakuinya pendapatan Ensikei menurun.
Baginya, tenun punya andil dalam hidupnya untuk menjadi seperti dirinya yang sekarang.
“Tidak tahu tenun, tidak pernah tenun, tapi mendapatkan manfaat dari tenun. Untuk itu, bagi yang sedang menjalankan tenun, tetap jalani saja. Karena Tuhan tidak punya berkat yang biasa-biasa saja. Pasti berkatnya selalu luar biasa,” pungkasnya.***
Silakan hubungi nomor 081246341834 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!