Denpasar – Ratusan ternak babi di Pulau Timor dan Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur mati diserang virus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) atau virus ASF.
Penyebab merebaknya virus itu akibat lalu lintas ternak babi antardaerah. Salah satunya diduga kuat dari Bali. Yang merupakan bantuan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
Kematian mendadak ratusan ekor babi terjadi sejak akhir Desember 2022 lalu dan meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Terutama di wilayah kabupaten Lembata, Flores Timur, Sikka, dan Kupang. Ironisnya, di Flores Timur dugaan babi pembawa virus ASF justru berasal dari program pemerintah pusat, Kementerian Pertanian.
Baca juga: Virus ASF Positif Ditemukan di Kupang dan Flores Timur
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flotim, Sebast Sina Kleden mengungkapkan sebanyak 30 ekor babi di wilayahnya mati dalam sebulan terakhir.
Berdasarkan sampel yang diperiksa, babi tersebut positif mengandung virus ASF.
Seperti dilansir Antara, seluruh anakan babi yang mati tersebut merupakan bantuan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian untuk tiga kelompok peternak di Flores Timur.
Babi tersebut dikirim dari Bali melalui Satuan Kerja (Satker) Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijaukan Pakan Ternak Denpasar. Adapun total bantuan anakan babi yang dikirim dari Bali berjumlah 50 ekor.
Peternak awalnya mengira kematian seekor babi itu disebabkan stress dalam perjalanan. Namun, beberapa ekor yang lain juga menyusul mati.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distanpangan) Provinsi Bali membantah tudingan tersebut dan memastikan 30 ekor ternak babi yang mati itu bukan berasal dari Pulau Bali.
Baca juga: Cegah ASF Kembali Meluas, Lembata Larang Masuk Babi dan Produk Olahannya
Kadistanpangan Provinsi Bali I Wayan Sunada kepada sejumlah media, Rabu (18/01/2023) menegaskan bahwa bibit babi dari Bali tidak lagi dikirim ke wilayah NTT. Pengiriman terhenti sejak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak beberapa waktu lalu.
“Sejak PMK merebak kita tidak pernah mengirim (babi) ke NTT dan sekitarnya,” kata Sunada.
Ia mengakui pengadaan bibit babi yang dilakukan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) itu memang untuk wilayah Bali, NTB, dan NTT. Bisa saja, pemasok bibit bantuan tersebut berasal dari pihak ketiga di sekitar NTT.
“Pengadaan itu, bibitnya dibeli itu bibit asal Kupang, bukan dari Bali. Kita tidak boleh mengirim babi ke sana,” tegasnya.
Baca juga: Kisah Remaja Lembata Memilih Jadi Penari Tradisional NTT
Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende, NTT mengimbau warga di Pulau Flores untuk waspada dengan penyebaran virus ASF dengan berbagai langkah pencegahan.
“Masyarakat diharapkan untuk selalu waspada terhadap gejala klinis yang mengarah ke ASF. Seperti kematian babi secara cepat dengan penularan tinggi, terdapat bintik-bintik merah di kulit. Nafsu makan dan minum menurun, demam, serta gangguan pernapasan,” kata Ahli Muda Karantina Pertanian Ende Sefi Lestyo Harini, Rabu, (18/1/2023).
Dia meminta, jika menemukan gejala klinis yang mengarah pada ASF untuk segera melapor ke dinas teknis yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan.
Hal itu agar dilakukan tindak lanjut oleh dinas. Misalnya isolasi wilayah yang diduga ada kasus ASF. Serta pengambilan sampel untuk memastikan diagnosa penyakit.
Selain itu tindakan-tindakan biosecurity seperti penyemprotan disinfektan agar virus tidak menyebar. [K-02]