• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Juni 22, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Cuaca, Iklim dan Lingkungan

WALHI Proses Perdata Pemkot Kupang Kasus TPA Alak

Tim Redaksi by Tim Redaksi
1 tahun ago
in Cuaca, Iklim dan Lingkungan
Reading Time: 2 mins read
A A
0
WALHI Proses Perdata Pemkot Kupang Kasus TPA Alak

Seorang pemulung di antara asap TPA Alak yang terbakar. (Putra Bali Mula - KatongNTT).

0
SHARES
735
VIEWS

Kupang – Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal melanjutkan proses gugatan wanprestasi terhadap Pemerintah Kota Kupang terkait tata kelola Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Alak.

Mulanya, WALHI NTT dan Aliansi Rakyat Asrikan Kota Kupang (ARAK) menyerahkan notifikasi gugatan di Hari Bumi, 22 April lalu. Pemberian notifikasi gugatan ini sebagai awal proses hukum perdata.

BacaJuga

Warga Kampung Waerii di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka menunjuk limbah berbahaya dan beracun yang dibuang di pekarangan rumah mereka. (Yohanes Fandi/KatongNTT.com)

Limbah Beracun Dibuang di Pemukiman Warga di Maumere

3 April 2025
Direktur RSUD TC Hillers Maumere, dr Clara Y Francis. (Yohannes Fandy/KatongNTT.com)

Direktur RSUD TC Hillers Maumere: Insinerator Dihentikan karena Warga Keberatan

14 Maret 2025

Notifikasi ini ditujukan kepada Penjabat Wali Kota Kupang, Fahrensy Foenay, dan DPRD Kota Kupang, tembusannya kepada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Kupang. Namun begitu pemerintah belum merespon apa pun hingga memasuki pekan terakhir dari masa tanggap notifikasi tersebut.

Menurut Deputi WALHI NTT Yuvensius Nonga, bila hingga tenggat 2 bulan tak ada respon dari para tergugat maka proses perdata jelas berlanjut.

Baca juga : Warga Bisa Tuntut Kompensasi dari Pemkot Dampak Asap TPA Alak

“Ini menuju ke batas akhir tuntutan dan bila tidak ada respon baik atau itikad baik dari pemerintah maka sudah pasti jaringan kita akan masukkan gugatan wanprestasi ke PTUN,” tegasnya.

Yuven juga memperhatikan sejauh ini tak ada keseriusan Pemkot Kupang untuk berbenah atau pun menanggapi gugatan mereka.

Pemulung dan sapi mengais sampah di TPA Alak, Kota Kupang demi bertahan hidup. (Putra Bali Mula - KatongNTT.com)
Pemulung dan sapi mengais sampah di TPA Alak, Kota Kupang demi bertahan hidup. (Putra Bali Mula – KatongNTT.com)

“Sejauh ini belum ada tanggapan dari pemerintah atau DPRD Kota Kupang. Kita hanya lihat di media kalau pemerintah arahkan dinas untuk turun ke TPA, bukan itu yang kita minta, perubahan struktural yang kita minta dari kebijakannya dan penganggaran, segala macam,” jelasnya lagi.

WALHI NTT dalam gugatannya tegas menyatakan Pemkot Kupang telah melanggar mandat Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Pengelolaan sampah di NTT masih dengan pola lama yaitu kumpul, angkut dan buang. Sistem open dumping ini harusnya tidak berlaku lagi 5 tahun pasca terbitnya UU tersebut. Pemkot Kupang mestinya menggunakan pola sanitary landfill yaitu sistem pengelolaan dengan pemusnahan sampah.

Baca juga : Pemkot Tutup Mata, 10 Tahun TPA Alak Pakai Sistem Terlarang

“Proses transisi dari open dumping ke sanitary landfill yang masanya 5 tahun harus berubah sejak adanya UU ini. Artinya UU dari 2008 dan sekarang sudah 2024, (sepanjang itu) UU ini tidak dijalankan dengan baik,” jelas Yuven.

Citizen Law Suit atau gugatan warga negara ini, sambung Yuven, adalah awal gerakan komunal teruntuk daerah lainnya agar menuntut pemerintah terkait hal serupa.

“Ini jadi pintu masuk sekaligus pembelajaran bagi kabupaten lainnya karena kita dorong untuk pemenuhan mandat UU itu,” imbuhnya.

Tumpukan Limbah RS yang termasuk sampah B3 di buang di TPA Alak yang masih terbakar sejak Juli 2022 (Ruth-KatongNTT)
Tumpukan Limbah RS yang termasuk sampah B3 di buang di TPA Alak yang masih terbakar sejak Juli 2022 (Ruth-KatongNTT)

WALHI NTT juga menemukan fasilitas pengelolaan sampah yang tidak memadai mulai proses pemilahan dari hulu sampai hilir, malahan anggarannya di bawah 1 persen dari APBD Kota Kupang. Hal ini pula yang menjadi alasan mereka ikut menggugat DPRD Kota Kupang.

“Sederhananya, kita hitung bayar gaji pengangkut sampah, mobil operasional pengangkut, atau bangun fasilitas sesuai UU itu ya sangat kecil,” kata dia.

Baca juga : Riwayat Kebakaran di TPA Alak Yang Memuakkan

Fungsi pengawasan DPRD Kota Kupang terhadap dinas terkait pun dinilai buruk karena beberapa kali terjadi kebakaran di TPA Alak yang jelas berdampak merugikan masyarakat sekitar.

“Berulangkali terbakar dan periode yang hampir sama. Pengawasan dari DPRD terhadap lembaga-lembaga yang mengelola sampah ini tidak berjalan baik,” kata dia.

Mekanisme pencegahan dan kebijakan tanggap darurat pun harusnya ada. Namun belum dimiliki pemerintah hingga saat ini.

“Tapi itu tidak dilakukan sampai dengan hari ini mereka lakukan dengan pola lama di hampir seluruh kota dan kabupaten. Mereka kumpul, angkut dan buang, tertumpuk saja di TPA,” tukas Yuven. ***

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Warga Kampung Waerii di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka menunjuk limbah berbahaya dan beracun yang dibuang di pekarangan rumah mereka. (Yohanes Fandi/KatongNTT.com)

Limbah Beracun Dibuang di Pemukiman Warga di Maumere

by Tim Redaksi
3 April 2025
0

Maumere- Lahan pemukiman warga kampung Waerii di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka menjadi tempat pembuangan limbah mengandung bahan berbahaya dan beracun...

Direktur RSUD TC Hillers Maumere, dr Clara Y Francis. (Yohannes Fandy/KatongNTT.com)

Direktur RSUD TC Hillers Maumere: Insinerator Dihentikan karena Warga Keberatan

by Tim Redaksi
14 Maret 2025
0

Dr Clara Y. Francis sebagai Direktur RSUD TC Hillers Maumere menerima jurnalis KatongNTT pada 4 Maret 2025 di ruang kerjanya....

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati