Kupang – Tiwu Ata Polo, sebuah kawah di Danau Kelimutu yang konon disebut sebagai kawah bagi roh orang jahat berubah jadi gelap atau tampak coklat kehitaman.
Kepala Badan Geologi, Hendra Gunawan, dalam keterangan persnya, 24 Mei 2024, melapor perubahan warna danau dan peningkatan aktivitas Gunung Kelimutu ini.
Mulanya di 17 Mei 2024, jelas Hendra, air Tiwu Ata Polo berubah jadi hijau tua dengan dua titik buih di atas permukaannya. Ada pula bau gas belerang yang tercium di suhu 23°C. Lalu di 22 Mei 2024 warna airnya berubah lagi jadi coklat kehitaman di suhu 21°C.
Baca juga : TN Kelimutu Raih Pendapatan Rp 1,4 Miliar Tahun 2022, Tertinggi dalam 2 Tahun Terakhir
“Perubahan warna air danau kawah, sebaran belerang yang intensif ini didukung oleh peningkatan kegempaan mengindikasikan terjadinya suplai magma ke permukaan,” bebernya.
Pihaknya pun menetapkan peningkatan aktivitas Gunung Kelimutu dari Level I (Normal) ke Level II (Waspada) resmi terhitung sejak 24 Mei pukul 13.00 WITA.
Terdapat potensi berbahaya di Gunung Kelimutu saat ini, ungkapnya, yaitu erupsi freatik dan magmatik yang menghasilkan lontaran material dalam radius 250 meter.
Baca juga : Lansia dan Balita Banyak Tempati Pengungsian Gunung Lewotobi Laki-laki
“Sehingga masyarakat atau pengunjung di sekitar Gunung Kelimutu diminta tak berada di sekitar area kawah dalam radius 250 m dari tepi kawah,” imbaunya.
Tiwu Ata Polo ini, melansir kelimutu.id, adalah kawah yang dipercaya warga lokal sebagai tempat bagi jiwa orang-orang yang semasa hidupnya selalu melakukan kejahatan.
Perubahannya pernah begitu mencolok antara Desember 2018 sampai Januari 2019. Saat itu warna Tiwu Ata Polo dari hijau jadi hitam selama 3 minggu.
Baca juga : Tersangka TPPO 15 Warga NTT ke Pekanbaru Ditahan Polres Ende
Kelimutu berasal dari bahasa setempat yang berarti gunung yang mendidih. Kini juga dikenal sebagai Danau Tiga Warna dengan dua kawah lainnya yakni Tiwu Ata Mbupu dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai.
Tiwu Ata Mbupu dipercaya sebagai tempat bagi jiwa orang tua yang berhati lurus semasa hidupnya. Biasanya kawah ini berwarna biru. Kemudian Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang jadi tempat untuk jiwa para muda-mudi yang membawa kegembiraan selama ia hidup.
Sebenarnya Tiwu Ata Mbupu adalah kawah volkanik sulfat-asam yang lebih aktif pada tahun 1970-an daripada sekarang. Sedangkan Tiwu Ata Polo kandungannya asam-garam yang bersifat intermediate dalam aktivitas vulkanik. Perubahan warna yang sering terjadi adalah karena perubahan oksidasi air.
Baca juga : Anak Autis, Air Mata dan Tuhan Tak Pernah Salah
Mereka dipisahkan dinding kawah yang menjulang dengan ketinggian minimum 35 meter di atas permukaan air.
Para ilmuwan dari Wesleyan University pun sempat melakukan survei geokimia pada Danau Kelimutu. Mereka menemukan air di setiap kawahnya ini berbeda-beda secara kimia sehingga warnanya bervariasi.
Namun masyarakat setempat percaya perubahan warna danau di gunung setinggi 1.690 meter di atas permukaan laut ini bisa menjadi pertanda. Misalnya pada 1992 yang mana terjadi gempa bumi di wilayah Flores setelah air danau berubah warna.
Baca juga : Edisi Perempuan NTT: Walau Rajin Berladang, Tapi Pembangunan Meninggalkan Perempuan
Air di salah satu kawah Danau Kelimutu pernah memiliki dua warna sekaligus yaitu hijau dan merah. Harian Kompas terbitan 25 Juli 1992 pernah mencatat peristiwa yang terjadi 18 Juni 1992 ini.
Kompas menyebut perbedaan warna air itu seakan membelah air dalam satu kawah yang kemudian bertahan tiga hari sampai warnanya hijau lagi seperti semula.
Perubahan ini terjadi enam bulan pasca penetapan kawasan seluas 5.365 hektar ini sebagai Taman Nasional Kelimutu yaitu di 26 Februari 1992. ***