Tambaring dengan nama latin Tamarindus Indica ini lalu diolah menjadi beberapa produk di antaranya, jus tambaring, jus kunyit tambaring, pasta tambaring, dan selei tambaring.
Kupang – Yayasan Alfa Omega (YAO) mengangkat derajat buah asam atau tambaring asal Nusa Tenggara Timur (NTT). YAO memproduksi dan mengolah tambaring menjadi minuman atau penambah rasa enak makanan. Sehingga harganya lebih menguntungkan.
YAO memproduksi tambaring sebagai bentuk pemberdayaan kreatif akan potensi tambaring yang besar di NTT.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hasil buah tambaring atau lebih dikenal masyarakat NTT dengan asam pada tahun 2018 mencapai 803,61 ton.
“Berdasarkan pengamatan (kepada kelompok) pendampingan di lapangan, kami melihat bahwa NTT ini punya potensi (asam) yang cukup besar. Namun, pemanfaatan dari asam ini hanya sebatas orang memanen asam, kemudian dipakai untuk bumbu masak di rumah tangga.Selain itu dijual ke pedagang yang ada di kota dengan harga yang sangat murah,” jelas Tien Riwu, Wakil direktur YAO.
YAO yang dibentuk pada 1 Maret 1985 ini melihat perlu adanya inovasi guna menaikkan nilai jual dari komoditas tambaring. Hal ini tentunya berdampak pula pada peningkatan ekonomi masyarakat.
“Selain itu, dengan masyarakat tahu bahwa asam ini punya nilai ekonomi yang tinggi, itu berarti upaya-upaya menebang (pohon) asam, membakar tanaman asam, itu bisa dikurangi. Dan itu kan bisa berimbas pada kelestarian lingkungan,” lanjutnya.
Tambaring dengan nama latin Tamarindus Indica ini lalu diolah menjadi beberapa produk di antaranya, jus tambaring, jus kunyit tambaring, pasta tambaring, dan selei tambaring.
Produk-produk ini mulai diproduksi pada 2018 dengan nama merek Koepan, dan kian intens ketika sudah memiliki rumah produksi sendiri.
“Rumah produksi ini dibangun pada April 2018 dan selesai dibangun pada Oktober di tahun yang sama. Ini merupakan bantuan dari Kementerian Ketenagakerjaan,” ujar Tien, yang juga merupakan Kepala balai latihan kerja komunitas YAO.
Produk olahan YAO pun telah lolos BPOM dan bersertifikat halal.
Produk-produk ini kemudian mulai dijual luas di pasaran. Paduan rasa asam dan manis dari gula lontar membuat jus ini mendapat respons positif dari banyak konsumen.
”Produk kami sudah dijual di rumah makan, di tempat jual oleh-oleh, kemudian kepada masyarakat umum melalui keikutsertaan kami di pameran-pameran. Dekranasda salah satu pelanggan setia kami. Jadi Dekranasda setiap bulan membeli produk kami,” ungkap Tien.
Produk pasta tambaring merupakan inovasi dari cara lama masyarakat mengelola tambaring .
“Biasanya kan harus rendam dulu, baru remas, terus airnya dimasukkan ke masakan. Kalau tidak lepas saja ke dalam masakan begitu, tapi nanti ada sisa di masakannya. Nah dengan pasta ini sudah kami olah, jadi tinggal colek, dan masukan ke masakan,” papar Zacharias Anin, Kordinator diklat YAO.

Di Rumah Produksi YAO
Selanjutnya Zacharias menunjukkan cara mengolah just kunyit tambaring di rumah produksi YAO di Desa Mata Air, Kabupaten Kupang, NTT.
“Kalau kita mau buat jus kunyit asam, bahan-bahan yang kita siapkan itu kunyit kering, lalu ada asamnya, terus ada gula lontar sama gula pasir, garam, dengan pengawet Benzoan,” sebut pria yang biasa di sapa Zaka ini.
Setelah semua bahan disiapkan, kunyit kemudian direbus. Setelah mendidih, air disaring.
Asam sebelum dimasak, direndam terlebih dahulu. Lalu diremas dan diambil sarinya dengan cara disaring.
Air sari asam tersebut lalu dimasak bersama-sama dengan air rebusan kunyit. Setelah mendidih, kurang lebih 10-15 menit, masukkan gula lontar, gula pasir, dan garam.
Biarkan 10 menit hingga mendidih, lalu masukkan pengawet.
Setelah semua dimasukkan, direbus lagi selama 10 menit, dan api kompor dimatikan. Kemudian biarkan sampai dingin dan jus kunyit tambaring siap dikemas.

Total penggunaan air untuk pembuatan 1 Kg asam sebanyak 10 liter air. Sehingga dari 1kg asam dapat menghasilkan 40 botol jus. Per botol dijual dengan harga Rp10 ribu.
Produk tambaring yang sudah diolah Ini dapat menambah penghasilan masyarakat berkali lipat dibanding dengan hanya menjual asam ke tengkulak atau pedagang asam. Mereka menghargai asam Rp 4 ribu per kilogram.
YAO pun membuka peluang bagi masyarakat yang mau memproduksi dan memasarkan jus ini dengan nama merek yang ada, Koepan. Dengan catatan, telah lulus klasifikasi yang ditetapkan YAO.
“Ada syaratnya. Pertama itu tentunya membuat surat permohonan ya, bahwa ingin belajar di YAO. Kemudian mereka harus berlatih di sini. Paling sedikit itu 10 kali, itu SOP kami. Kalau dinilai bahwa mereka sudah bisa mandiri, baru mereka dilepas sendiri,” papar Tien.
Tidak menutup kemungkinan pula untuk kelompok-kelompok yang sudah dilatih memasukkan kembali produk mereka ke YAO melalui cu mart untuk dijual di kios, toko, atau tempat oleh-oleh, yang telah bermitra dengan YAO.
Selain empat produk olahan tambaring, YAO juga mengolah beberapa produk berbahan dasar kelor. Misalnya teh kelor, serbuk kelor, daun kelor, bagea kelor, dan cokelat kelor. YAO juga mengemas ulang beberapa hasil produksi masyarakat seperti gula sabu, madu hutan dari Amfoang dan Mutis, juga madu batu dari Semau. *****
Silakan hubungi nomor +6285253237247 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!