Yermias Pai selama 21 tahun bekerja sebagai pemulung. Dia warga RT 11/RW 09 Dusun II Desa Oelekam Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten TTS, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pria berusia 60 tahun ini setiap hari memungut sampah yang masih layak dijual seperti kartun dan botol air mineral di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Soe. TPA ini berlokasi di Nonohonis Desa Noinbila, Kecamatan Mollo Tengah.
Yermias menukar hasil memulungnya demi sepiring nasi pada pagi hari bagi dirinya dan kedua anaknya yang kini di bangku sekolah SD dan SMP.
“Pagi makan nasi untuk ke sekolah dan siang setelah pulang sekolah makan jagung,” kata Yermias kepada KatongNTT pada Selasa, 24 Agustus 2021.
Yermias menuturkan pekerjaan sebagai pemulung di TPA Noinbila sejak tahun 2000.

Dia memilih barang bekas yang dapat dijual dan menjadi uang seperti kartun bekas dijual Rp 3000 per kilogram.
Namun, pendapatannya menurun dalam lima tahun terakhir karena ada orang yang memulung kartun-kartun bekas menggunakan mobil di TPA itu.
Sebelumnya, Yermias mampu menjual kartun bekas sampai 100 kilo per hari. Kini dia harus menunggu 2 hingga 3 minggu untuk mendapatkan kartun bekas seberat 100 kilogram.
Sedangkan untuk botol plastik bekas air mineral dijualnya Rp 3 ribu per kilogram Rp 3000.
“Kami fokus untuk pungut botol dengan dos bekas, nanti jual langsung ke pembeli dari Kupang,” ujar Yermias.
Yermias menuturkan, dari memulung kartun bekas dan botol bekas air mineral setiap dua minggu, dia menerima penghasilan kurang dari Rp 500 ribu.
Menurutnya, setiap bulan pendapatan dari hasil jual barang bekas daria TPA Noinbila mencapai Rp 600.000 hingga Rp 700.000.
Dari hasil memulung, Yermias hanya mampu membeli sekilo beras setiap hari.
“Setiap bulan kami pakai uang Rp 600.000 untuk beli beras untuk anak sekolah, tetapi makan nasi hanya pagi hari. Sedangkan siang dan malam masih ada jagung dan ubi,” tutur Yermias. (Gi)