Kupang – Sampah masih menjadi permasalahan yang belum teratasi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi persolan sampah adalah melalui Bank Sampah.
Dengan tagline ‘Memilih Sampah, Menabung Emas’, kehadiran Bank Sampah Lontar di Kelurahan Oebufu, Kecamatan Oebobo sebagai bentuk edukasi bagi masyarakat tentang sampah. Lurah Oebufu, Zet Batmalo kepada KatongNTT, Kamis (10/3/2022) mengatakan, kehadiran Bank Sampah merupakan upaya pengolahan sampah di Kota Kupang.
Bank Sampah tersebut terwujud melalui dana CSR PT. Pegadaian (Persero) yang diberikan dalam bentuk bantuan satu gedung untuk kantor dan gudang Bank Sampah, 2 unit motor sampah, alat timbang dan 1 unit laptop yang dilengkapi printer.
Bank Sampah Oebufu diresmikan oleh Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore pada 30 April 2019 lalu. April tahun ini, Bank Sampah itu berusia 3 tahun.
Namun eksistensi Bank Sampah berjalan tertatih. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, kesadaran masyarakat untuk menukarkan sampah mulai berkurang.
“Walaupun perkembangannya tidak signifikan, namun masih tetap beroperasi,” kata Zet.
Ketua Pengelola Bank Sampah Lontar Oebufu, Tobias Lapaan mengatakan, sejauh ini nasabah Bank Sampah mendekati 100 orang. Awal dibuka, minat masyarakat untuk menukarkan sampah cukup tinggi. Pandemi Covid-19 dengan berbagai aturan yang diberlakukan oleh Pemerintah seperti PPKM, membatasi aktivitas masyarakat termasuk untuk menukarkan sampah.
“Nasabah bukan hanya dari Kelurahan Oebufu. Masyarakat yang mau menabung di Bank Sampah kita terima,” jelas Tobias.
KatongNTT mendatangi Bank Sampah itu pada pekan lalu. Letaknya strategis di pinggir jalan umum yang menghubungkan kelurahan Oebufu dan Kelurahan Tuak Daun Merah (TDM).
Tidak ada aktivitas di sana. Pintu ruangan yang digunakan sebagai kantor maupun gudang dalam keadaan terkunci.

Seorang penjual dekat kantor Bank Sampah yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, jam operasional Bank Sampah itu tidak menentu. Tobias membenarkan informasi tersebut.
“Jam buka itu dari jam 8 pagi sampai sore. Tapi tergantung masyarakat datang tukar sampah atau tidak. Kalau sepi kami tutup lebih awal,” kata Tobias.
Nasabah Bank Sampah diakuinya menurun drastis selama pandemi Covid-19 ini. Zet menilai, masyarakat lebih tertarik untuk langsung menjual sampahnya ke pengepul.
Bila dibandingkan pengepul, di Bank Sampah masyarakat berpeluang mendapatkan emas dari sampah yang dijual. Masyarakat yang menjadi nasabah, akan mendapatkan rekening dari pegadaian.
“Nasabah yang menukarkan sampahnya ke kita, itu sistemnya 75 persen dari total uang sampah yang diperoleh akan diberikan kepada nasabah, sementara 25 persen itu ditabung di pegadaian,” jelas Tobias.
Tobias mengatakan, rekening nasabah dibuka di Pegadaian Oebufu dan sebagian di Pegadaian Oepura.
Sistem tersebut berlaku setiap kali nasabah membawa sampah ke Bank Sampah. Tobias mengatakan, hasil tabungan itu akan ditukar dengan emas bila harganya sudah mencapai nilai emas.
“Sampai saat ini belum ada nasabah kita yang tabungannya mencapai nilai tukar emas,” jelasnya.
Zet mengatakan, dana operasional Bank Sampah untuk para pengelola itu diperoleh dari keuntungan penjualan sampah pada pengepul. Sedangkan modal yang dimiliki oleh Bank Sampah juga kecil.
“Modalnya sangat kecil sehingga daya beli sampah masyarakat juga kurang,” ujar Zet.
Modal awal untuk membeli sampah masyarakat, kata Tobias, merupakan modal pribadi dan sangat terbatas. Dirinya bersyukur selama ini, belum ada masyarakat yang menjual sampah lebih dari modal yang mereka siapkan.
“Kita modal sedikit. Bersyukur selama ini pengelola belum ada yang mengeluh soal operasional. Semua tergantung dari penghasilan yang kita dapatkan, karena kita dapat operasional itu dari selisih harga beli dan harga jual di pengepul,” jelasnya.
Selain Bank Sampah Oebufu di Kota Kupang, PT.Pegadaian juga memberikan bantuan Bank Sampah di Labuan Bajo. Nasib yang sama hampir dialami Bank Sampah ini. Operasionalnya masih tertatih tanpa progres yang signifikan. Kurangnya biaya operasional juga menjadi kendala bagi Bank Sampah ini. (Joe)