Duka bertubi-tubi dialami oleh keluarga almarhumah Agustina Usi Kolin. Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini meninggal di Malaysia pada 10 Januari 2022 lalu.
Kabar meninggalnya Agustina sampai ke telinga anak-anaknya yang berada di Desa Kenere, Kecamatan Solor, Kabupaten Flores Timur. Kabar duka itu menyayat hati anak-anak.
Tak kuasa menerima kenyataan, anak kedua almarhum menenggak minuman beracun. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit namun tidak tertolong.
“Anak kedua dari almarhumah bernama Melsiana Nogo Mahapati, siswa SMPN 2 Solor Barat nekat minum obat beracun pada Minggu, 23 Januari 2022 setelah mendengar kabar Mamanya meninggal,” kata Kepala Desa Kenere, Mikael Koliwutun Klodor.
Jenasah Melsiana dikebumikan Senin kemarin. Dan hari ini, Selasa (25/1/2022), jenazah Ibunya tiba di Kota Kupang.
Jenazah diberangkatkan dari Surabaya menggunakan pesawat Garuda. Jenazah tiba sekitar pukul 12.35 WITA.
Sejumlah keluarga menunggu di depan kargo Bandara El Tari Kupang. Tampak Suster Laurentin dan tim kargo yang tidak pernah absen menjemput jenazah PMI asal NTT.
“Kami menjunjung tinggi martabat manusia. Sebagai bentuk penghormatan bagi manusianya bukan karena dia jenazah atau apa. Ini panggilan kami,” kata Suster Laurentin.
Sekitar pukul 13.00 WITA, jenazah korban keluar dari kargo. Petugas BP2MI NTT bersama tim kargo dan keluarga menggotong jenazah ke dalam mobil jenazah milik RSUD Yohanes Kupang.
Sebelum meninggalkan halaman kargo Bandara El Tari Kupang, Suster Laurentin memimpin doa bersama. Ia berdiri tepat di pintu belakang mobil yang sedang terbuka.
Tangananya ditaruh diatas peti jenazah. Dengan suara getir menahan tangis, Suster Laurentin mendoakan jenazah korban.
Jenazah PMI NTT itu dibawa menuju RSUD Yohanes Kupang. Korban diinapkan semalam di sana sambil menunggu keberangkatan Kapal pada Rabu (26/1/2022) menuju pulau Flores.
“Jenazah akan diberangkatkan dengan KM. Wilis melalui pelabuhan Ende,” kata Paul Kolin kerabat korban yang berada di Kupang.
Korban diketahui berangkat ke Malaysia pada 2014 lalu. Di Malaysia, korban bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Korban terpaksa bekerja ke luar negeri untuk membiayai kehidupan keluarganya. Ia harus bertindak sebagai orang tua tunggal setelah ditinggalkan suaminya.
Saat itu, sang suami mengadu nasib ke Kalimantan. Mencoba mencari peruntungan demi menafkahi keluarga. Namun rupanya sang suami punya pilihan lain dan meninggalkan istri bersama 4 orang anak mereka.
“Ayah mereka sudah meninggalkan mereka saat anak bungsunya itu berusia sekitar 2 tahun. Dia memilih bersama wanita idaman lain,” kata Mikael kepada katongNTT.
Selama bekerja, korban sering mengirim uang kepada anak-anaknya. Bahkan mereka sudah bisa membangun rumah sendiri dari hasil kerja keras sang Ibu.
Dan kini, tulang punggung keluarga itu telah tiada. Dia telah pergi untuk selamanya.
“Almarhumah meninggal karena kanker payudara,” ujar Paul.
Masyarakat Desa Kenere turut merasakan duka mendalam yang dialami keluarga. Kepergian Ibu dan anak yang tidak berselang lama itu meninggalkan duka bagi masyarakat.
Rencananya, pemulangan jenazah dari Kupang menuju Pelabuhan Ende menggunakan KM. Wilis. Selanjutnya, akan menggunakan ambulans menuju kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Selanjutnya akan diberangkatkan ke kampung halamannya menggunakan perahu motor.
“Proses pemulangan jenazah sudah diatur oleh BP2MI NTT,” kata Paul.
Korban meninggal di Kota Kinabalu. Jenazah PMI asal NTT diberangkatkan menuju Kuala Lumpur pada 23 Januari lalu. Esoknya, jenazah diterbangkan menuju Jakarta. Pada 25 Januari, jenazah diberangkatkan menuju Surabaya. Pada hari yang sama jenazah terbang bersama pesawat Garuda menuju Kupang, NTT.
Korban menghembuskan napas terakhir pada usia 42 tahun. Meninggalkan 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Namun malang, anak kedua korban memilih menghabisi nyawanya.
Anak sulung korban berusia 20 tahun. Ia sudah tidak bersekolah. Ia diketahui putus sekolah. Sementara anak ketiga korba saat ini berada di kelas 5 SD. Dan yang bungsu masih kelas 2 SD.
“Mereka tinggal dengan Mama kecilnya selama Ibu mereka bekerja. Walaupun sudah punya rumah, mereka masih tinggal bersama adik dari Ibu mereka,” kata Kepala Desa Kenere menutup penjelasannya. (K-04)