Tim Indonesia dan Singapura terpilih sebagai pemenang kompetisi inovasi mengatasi sampah plastik di laut.
Kompetisi ini diselenggarakan oleh UNDP Indonesia dan Filipina melalui project Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL). TKN PSL bekerjasama dengan Archipelagic and Island States (AIS) Forum, Norwegian Agency for Development Cooperation, dan Kementerian Luar Negeri Norwegia, dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia.
Dalam pernyataan pers HartLogic yang diterima KatongNTT kemarin disebutkan, Siklus dari Indonesia dan Alterpack dari Singapura memenangkan kompetisi Final Pitching Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 pada Jumat, 10 Desember 2021.
Mereka terpilih dari 17 finalis dari negara-negara ASEAN setelah menjalani inkubasi selama 3 bulan. Ada 4 tim terbaik yang berhasil memenangkan pendanaan awal proyek mengatasi sampah plastik di laut senilai US$ 72 ribu dan pendampingan selama 9 bulan oleh UNDP Innovation Hub bekerjasama dengan para investor.
Siklus dari Indonesia dan Alterpack dari Singapura sebagai pemenang utama EPPIC 2021 akan melanjutkan ke fase akslerasi untuk mengimplementasikan solusi mengatasi sampah plastik di laut di Mandalika. Pemenang EPPIC berikutnya TrashCash dan PureOcean dari Filipina akan mengimplementasikan inovasinya di Pulau Samal, Filipina.
Acara kompetisi Final Pitching EPPIC 2021 dibuka oleh Norimasa Shimomura yang merupakan Resident Representative UNDP Indonesia.
“17 inovator hari ini berhasil mengubah tantangan tersebut menjadi peluang untuk menerapkan ekonomi sirkular dan pengembangan masyarakat. Semoga semua inovasi dari peserta mampu mendorong perubahan positif dan melibatkan masyarakat sekitar untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di laut” kata Norimasa.
Vismina Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Filipina mengatakan, permasalahan sampah plastik dapat diselesaikan dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan.
“Target ambisi untuk memerangi masalah sampah plastik ini dapat dilakukan dengan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk 17 inovator dalam kompetisi ini,” ujar Osorio.
Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Nani Hendiarti berharap EPPIC dapat jadi solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, bahkan di ASEAN.
“Melalui EPPIC, para peserta dapat belajar dari inovator luar negeri. Begitu juga sebaliknya. Kami berharap inovator dapat membuat solusi yang dapat mengatasi sampah plastik di ASEAN.”
Director of Department for Climate and Environment, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), Stig Traavik mengatakan, lautan yang bersih dan sehat dapat menjamin ketahanan pangan.
“Kita bisa mencegah plastik masuk ke lingkungan. Para finalis (EPPIC) merepresentasikan perbedaan solusi dalam menangani permasalahan sampah.”
Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018 menunjukkan bahwa 0,26 -0,59 juta ton sampah plastik mengalir ke laut. Merespon temuan ini, Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) berkomitmen untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada tahun 2025.
Di samping itu, AIS Forum di bawah naungan Kemenkomarves yang mencakup 47 negara kepulauan dan pulau dengan tujuan menyelesaikan permasalahan negara kepulauan dan pulau. 47 negara itu juga bersama-sama melakukan pengembangan berkelanjutan.
EPPIC ini merupakan bagian dari aksi dan edukasi dalam pelaksanaan RAN PSL dan AIS Forum untuk mencapai target tersebut. Dengan harapan dapat mendorong masyarakat dalam menciptakan beragam inovasi untuk mempercepat pengurangan sampah plastik di laut.
EPPIC merupakan kompetisi terbaru di tingkat ASEAN yang mengajak semua inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. EPPIC berupaya untuk mengurangi pencemaran plastik di kawasan pesisir di Vietnam dan Thailand pada tahun 2020. Kemudian diikuti oleh Indonesia dan Filipina pada tahun 2021, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian SDG 14 (Life Below Water) and SDG 12 (Responsible Production and Consumption).
Sebelumnya, EPPIC 2020 dilaksanakan di Vietnam dan Thailand, dan di tahun 2021 EPPIC dilaksanakan di Indonesia dan Filipina. Pada pelaksanaannya, telah terpilih 17 besar dari inovasi-inovasi yang dihimpun. Inovasi terpilih berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi inkubasi selama 3 bulan oleh AIS Blue Startup Hub dan harus mempresentasikan inovasinya dalam kesempatan acara final pitching ini.
TKN PSL dibentuk melalui Perpres No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. TKN PSL menjadi wujud komitmen dan keseriusan pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan sampah laut melalui program dan kebijakan yang melibatkan berbagai sektor. TKN PSL diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai Ketua Harian. TKN PSL beranggotakan 16 Kementerian/Lembaga yang saling bersinergi untuk mencapai target penurunan sampah laut Indonesia hingga 70 persen pada tahun 2025.
UNDP adalah organisasi inti PBB yang berjuang untuk mengentaskan kemiskinan, ketimpangan, dan perubahan iklim di dunia.
HartLogic merupakan wadah pengusaha yang mendukung pengusaha di seluruh dunia melalui 3 pilar yaitu Foundation, Enterprise dan Society. Didirikan pada 2012, organisasi HartLogic yang berbentuk NGO (Non-Governmental Organization) dikelola oleh Hartrooper dan didukung oleh Mitra. (Heri Soba)