• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Bisnis

Tenun NTT Hadapi Dilema: Patuhi Adat dan Ikut Tuntutan Pasar

Tim Redaksi by Tim Redaksi
3 tahun ago
in Bisnis
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Kain Tenun NTT motif dari Amarasi (KatongNTT-Ruth)

Kain Tenun NTT motif dari Amarasi (KatongNTT-Ruth)

0
SHARES
1.1k
VIEWS

Kupang – Tenun NTT kini dihadapi pada situasi untuk tetap mempertahankan kualitas sesuai budaya yang ada, atau justru mengikuti tuntutan pasar yang lebih mementingkan kenyamanan saat memakai tenun.

Banyaknya motif tenun NTT dengan teknik pembuatan yang berbeda, menjadikannya punya pangsa pasar yang besar. Hal ini disebut Julie Laiskodat beberapa waktu lalu.

BacaJuga

Produk olahan hasil laut NTT oleh UMKM CV Elitism di Kupang Exotic Festival 2025 di halaman kantor Gubernur NTT, 26 Juni 2025. (Rita Hasugian/KatongNTT)

UMKM NTT Mulai Olah Hasil Laut Jadi Produk Unggulan

29 Juni 2025
Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

12 September 2024

Namun, Julie menyatakan, jika pasar menuntut kain tenun NTT yang lebih tipis.

“Pemakai tenun NTT permasalahan mereka adalah tebal, panas,” ujar ketua Dekranasda NTT ini.

Untuk itu, pihaknya telah membuat peraturan baru, yaitu UMKM di bawah binaan Dekranasda harus menenun dengan standar yang ada. Dengan menggunakan benang yang lebih halus dan lebih ringan.

Secara ekonomi, kain tenun mulai menembus pasar yang lebih luas. Namun secara budaya, kain tenun yang dibuat tipis dan ringan seolah melepas jati dirinya.

Melyaki Sabuin, kepala desa Oenoni I, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang yang ditemui pada pameran kain tenun ikat di Amarasi pada Senin, 15/8/2022 lalu menyatakan. Untuk tenun Amarasi misalnya, kain yang berkualitas dinilai dari tebal dan beratnya.

“Budaya kita orang Amarasi itu kalau kain tenun yang berkualitas itu yang tebal dan berat. Itu ciri khasnya. Jadi kita sudah terbiasa dengan itu. Jadi kalau masyarakat sini pakai yang tipis mereka tidak mau,” ujarnya.

Menanggapi akan hal ini, Ningsih Lema, Ketua pengurus perempuan di sinode GMIT mengatakan, kini terdapat dua tujuan dalam menenun. Untuk adat dan untuk fashion.

“Kalau sebagai simbol budaya ada pakem-pakemnya sendiri. Orang akan menghargai kalau dibuat secara tradisional,” jelas Ningsih dalam Diskusi Publik tentang Perempuan, Tenun, dan Pendidikan. Yang diselenggarakan Komunitas Hanaf & Panjarum, pada Kamis, 18/8/2022.

“Ada juga tenun itu sebagai fashion. Orang tidak mau tau cerita di balik (motif) itu. mereka tidak penting pakainya bagaimana. Ini kemudian mengikuti selera pasar. Sehingga bagi penenun jika pemenuhannya untuk adat, maka sesuaikan dengan adat. Kalau untuk fashion, sesuaikan dengan kemauan pasar,” sambungnya.

Hal ini dilakukan agar penenun bukan saja bisa terus memelihara budaya, tapi juga bisa mendapat keuntungan ekonomi bagi mereka dan keluarga mereka.

Komisioner Komnas perempuan, Dewi Kanti menyebut, penenun harus memaknai strategi pasarannya seperti apa. Ketika itu menjadi sebuah karya tangan manusia, nilainya lebih tinggi. Apalagi tenun dikemas dengan cerita yang memiliki makna motif tenun. Memiliki nilai jual yang tinggi.

Penenun disebutnya walau harus mengikuti keinginan pasar, namun tetap mempertahankan nilai jual tenun. Sehingga tidak dimanfaatkan penguasa.

“Kita jangan sampai terombang ambing atau dikalahkan opera kapitalis yang punya kekuatan modal untuk membeli. Tapi para penun sendiri tidak mendapatkan hal yang selayaknya. Untuk itu jangan menjual murah karya tangannya.” tegas Dewi. (Ruth)

Tags: #adat#Ekonomi#motiftenunntt#TenunikatNTT
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Produk olahan hasil laut NTT oleh UMKM CV Elitism di Kupang Exotic Festival 2025 di halaman kantor Gubernur NTT, 26 Juni 2025. (Rita Hasugian/KatongNTT)

UMKM NTT Mulai Olah Hasil Laut Jadi Produk Unggulan

by Rita Hasugian
29 Juni 2025
0

Di tengah laut biru dan pantai berpanorama indah, potensi ekonomi dari hasil laut di Nusa Tenggara Timur masih tersembunyi di...

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

by Rita Hasugian
12 September 2024
0

Boleh jadi kita tidak pernah terlintas cari tahu tentang jenis jagung yang kita konsumsi, apakah berasal dari bibit jagung lokal...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati