Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan Indonesia bisa swasembada jagung pada 2024. Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu dari enam provinsi dalam pengembangan jagung tersebut. Selain jagung, NTT juga diharapkan bisa mengembangkan sorgum guna mengantisipasi krisis pangan.
Dikatakan, Indonesia perlu melakukan diversifikasi pangan sehingga tidak hanya tergantung pada beras. Dua komoditas pangan yang saat ini tengah ditingkatkan produksinya oleh pemerintah adalah jagung dan sorgum.
Informasi yang dihimpun KatongNTT.com, Senin (15/8/2022) menyebutkan pemerintah tengah melakukan berbagai upaya mencapai target tersebut, termasuk intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian jagung. NTT menjadi wilayah yang diprioritaskan untuk jagung dan sorgum.
Pekan lalu, Jokowi meminta penanaman sorgum diprioritaskan di Waingapu, NTT. Hal itu disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat terbatas (ratas) soal sorgum dan gandum yang dipimpin Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (4/8/2022). Dalam ratas itu, Jokowi menyampaikan realisasi pengembangan sorgum. Hingga Juni 2022 total luas lahan yang ditanami sorgum sekitar 4.354 hektare dan tersebar di enam provinsi. Adapun produksi sorgum sebanyak 15.243 ton atau rata-rata produktivitas 3,63 ton per hektare. Untuk itu, Jokowi meminta dibuatkan roadmap atau peta jalan penanaman sampai 2024.
Tidak lama kemudian, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan pembudidayaan sorgum sebagai makanan alternatif pengganti nasi difokuskan di daerah kering dan yang sudah terbiasa dengan komoditas tersebut. “Daerah tersebut di antaranya di Nusa Tenggara Timur serta daerah bekas tambang, seperti di Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi,” ujarnya, seperti ditulis Antara.
Dia menyebut sejatinya masyarakat Jawa sudah lama mengenal sorgum sebagai bahan pangan utama. Hal itu dibuktikan dengan ukiran sorgum pada relief Candi Borobudur. Sayangnya, ekosistem sorgum belum terbangun. Industrinya belum disiapkan dengan baik sehingga masyarakat tak tertarik menanam sorgum.
Jokowi kembali menegaskan pentingnya pengembangan jagung dan sorgum ini. Dia mengatakan, pemerintah berkomitmen meningkatkan produksi dan menjamin kecukupan di tengah ancaman krisis pangan. Tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga diharapkan bisa menjadi pemasok kebutuhan pangan dunia.
“Telah kita mulai, kemarin di Waingapu NTT, sorgum, dan beberapa provnsi (mulai tanam) jagung,” kata Joko Widodo setelah menerima penghargaan dari International Rice Research Institute di Istana Negara, Minggu (14/8/2022).
Dikatakan, sebelumnya impor jagung mencapai 3,5 juta ton. Saat ini, Indonesia mampu mengurangi impor jagung hingga mencapai 800 ribu ton. “Ini sebuah lompatan besar, dan kita harapkan tidak impor jagung dalam dua atau tiga tahun lagi,” ujarnya.
Jokowi juga telah meminta jajarannya memperluas lahan jagung sebesar 86 ribu hektare. Hal ini sesuai dengan hasil rapat terbatas antara sejumlah menteri dan Jokowi pada Senin (1/8/2022). “Yang dimintakan 141 ribu hektare dan 86 ribu hektare merupakan lahan baru,” kata Airlangga Hartarto.
Adapun, lahan jagung yang akan diperluas berada di Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara. Selain pembukaan lahan baru, Kepala Negara juga mendorong intensifikasi, ekstensifikasi, hingga peningkatan pemasaran. Salah satu upaya yang dilakukan dalam ekstensifikasi adalah dengan mendorong bibit hasil rekayasa genetik (GMO) ataupun hibrida.
Selain itu, pemerintah telah mendorong bibit unggul hibrida jagung yang dapat memproduksi antara 10,6-13,7 juta ton per hektare. Airlangga mengatakan, ada 14 varietas yaitu Pertiwi 3 F1, Bisi, NK Perkasa, Singa, Bima, Dahsyat, P36 dan lainnya. “Artinya hibrida ini berbasis hibrida nasional,” ujar dia.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) yang dipublikasikan Kementerian Pertanian (Kementan), rata-rata produksi jagung Indonesia pada 2014-2018 sebesar 24,27 juta ton. Capaian produksi jagung Indonesia tersebut berkontribusi sebesar 2,19% terhadap produksi jagung dunia. [AF/K-02]