2 April 2023
Bisnis UMKM Kokoh di Tengah Pandemi
Agribisnis Ekonomi dan Bisnis

Bisnis UMKM Kokoh di Tengah Pandemi

Nov 19, 2021

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terkena dampak pandemi Covid-19. UMKM yang selama ini menawarkan produknya secara langsung pada pelanggan menjadi kewalahan. Tak heran kemudian banyak yang menutup usahanya karena tidak ada pembeli.

Namun ada UMKM yang mampu bertahan di masa sulit itu. UMKM ini mampu membaca peluang usaha yang memberikan keuntungan sehingga kokoh di tengah situasi pandemi Covid-19.

Canteen Resto & Café merupakan satu dari sejumlah UMKM di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang bertahan dan mampu bangkit selama pandemi. Bernadinus A. Phoa merintis usaha tersebut pada 21 Juni 2018. Perjalanan bisnis tentu tak ada yang mulus. Berbagai tantangan menjadi teman menuju sukses.

Dalam webinar nasional dan call for paper yang diselenggarakan Prodi Administrasi Bisnis, FISIP, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Kamis, 17 November 2021, Nardi, sapaan akrabnya mengisahkan perjalanan bisnisnya selama pandemi Covid-19.

Pria kelagurab 20 April 1993 ini menuturkan, saat awal-awal pandemi, usahanya sempat tutup. Namun dia terus berusaha untuk tetap produktif di masa sulit itu.

Nardi mengakui, selama pandemi berbagai tantangan dihadapinya. Mempertahankan penjualan untuk tidak mengalami penurunan menjadi sangat berat. Apalagi berusaha meningkatkan penjualan untuk menambah omset.

Banyak orang kemudian berbalik haluan menjejaki dunia bisnis lantaran keterbatasan lapangan kerja. Karena itu, kata Nardi muncul banyak kompetitor baru.. Meski begitu, harus tetap bersaing secara sehat dalam mempertahankan pelanggan.

“harga bahan pokok selama pandemi Covid-19 pun tidak stabil. Sehingga harus pandai-pandai berhitung agar tidak kehilangan modal,” kata Nardi.

Dirinya menyadari ada peluang yang bisa diambilnya di saat pembatasan mobilitas dan pengumpulan masa. Bisnis online merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari. Nardi kemudian bergabung dengan GrabFood. Pilihan itu ternyata membuat Nardi tetap bertahan menjalankan usahanya hingga kini.

Nardi mengungkapkan, perlu membuat segmentasi pasar yang jelas sebelum memilih berbisnis online. Perlu menetapkan target konsumen kemudian menempatkan produk yang sesuai dengan selera konsumen dan bisa berbeda dengan kompetitor lain.

Nardi pun membagikan strategi usahanya mampu tumbuh di masa pandemi. Menurutnya, pelaku usaha harus mampu beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19 saat ini. Mengoptimalkan digitalisasi menjadi kunci usaha bertumbuh saat ini. Optimalisasi digitalisasi itu termasuk pemasaran, pembayaran dan proses transaksi jual beli online.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Nardi, Prof. Zarah Puspitaningtyas dari Universitas Jember menjelaskan, pandemi tidak bisa menyurutkan semangat berbisnis, jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Digitalisasi UMKM menjadi salah satu strategi yang bisa digunakan.

Menurut Zarah, konsep Ghost-Resto, yakni restoran yang menyediakan produk makanan dan minuman namun tidak menyedikan tempat menjadi rekomendasi untuk diterapkan. Ghost-Resto sangat cocok dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Ia menjelaskan, dengan strategi itu, ada beberapa keunggulan yang bisa didapatkan oleh pelaku bisnis, di antaranya dengan modal kecil, fleksibel, lebih efektif dan punya jangkuan luas. Dengan memanfaatkan sistem transportasi online yang berkembang saat ini, Zarah menilai UMKM akan mampu bertahan dan tumbuh.

Perubahan itu,dinilai perlu dilakukan mengingat ada perubahan perilaku konsumen saat ini. Hal itu sebagai wujud dari tuntutan menghindarkan diri dari infeksi virus Corona.

“Sebagian besar orang saat ini lebih suka sesuatu yang instan. Sehingga kehadiran layanan Grabfood misalnya menjadi pilihan banyak orang,” kata Prof.Zarah.

Pertimbangan yang matang sebelum merambah ke bisnis online perlu dilakukan dengan cermat. Zarah mengajukan beberapa hal sebagai pertimbangan di antaranya pertimbangan harga pokok penjualan dan harga jual ke konsumen. Harga pengiriman bagi konsumen pun harus diperhitungkan, sesuai jarak dengan konsumen.

“Dengan membangun kerja sama dengan aplikasi pengantar makanan online misalnya, harga konsumen tentu bisa diberikan diskon. Dengan demikian tingkat penjualan pun akan meningkat. Namun itu sudah diperhitungkan untung dan ruginya sebelum memberikan diskon itu,” jelasnya.

Penentuan metode pembayaran yang akan digunakan ikut berpengaruh. Menurut Zarah, jika konsumen membayar dengan mobile banking tentu tidak berpengaruh saat pencocokan pembayaran. Namun konsumen yang melakukan pembayaran di ATM akan mengalami kesulitan saat tidak ada resi pada ATM tersebut.

Pelaku bisnis pun dianjurkan untuk terus menambah wawasan terkait startegi-strategi bisnis saat ini. Berbagi pengalaman dan belajar dengan sesame pelaku bisnis akan memberikan pemahaman baru dalam menjalankan bisnis.

Dr. Khalid Moenardy mengutip data dari Kementerian Koperasi dan UMKM RI pada Juli 2020 menjelaskan, sektor UMKM yang paling besar terdampak pandemi Covid-19 adalah pada sektor akomodasi, makanan dan minuman yakni sebesar 35,88 persen. Diikuti sektor perdagangan besar dan eceran mencapi 25,30 persen. Selanjutnya, sektor industri pengolahan sebesar 17,80 persen, sektor aktivitas jasa sebesar 11,70 persen. Diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 5,60 persen dan sektor transportasi, logistik sebesar 1,56 persen.

“Dampak pandemi covid-19 terhadap UMKM di NTT relatif sama dengan tingkat nasional. UMKM paling banyak terdampak adalah pada sektor jasa yang berkaitan dengan transportasi, akomodasi dan ekonomi kreatif,” jelas dosen Administrasi Bisnis Undana, Kupang itu.

Khalid menguraikan, kebutuhan strategis pelaku bisnis UMKM saat ini adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk menjalani usaha secara online. Digitalisasi menjadi jawaban pada kondisi saat ini dengan menghadirkan bisnis yang bisa dilakukan tanpa mengumpulkan banyak orang pada satu tempat.

Selain itu, kolaborasi antar sesama pelaku usaha turut membantu terhindar dari persaingan bisnis. Jika tidak bisa berkolaborasi dengan kompetitor, Khalid menganjurkan agar mengenali pesaing itu, mulai dari segi produk yang ditawarkan juga strategi pemasaran yang digunakan.

“Proaktif untuk mendapatkan berbagai informasi terkait dengan pasar dan pemasaran juga bantuan-bantuan permodalan untuk memperkokoh bisnis. Perkuat juga jejaring bisnis dengan berhimpun dalam organisasi UMKM,” ujar Khalid.

Ketua panitia pelaksana Webinar Nasional dan call for paper Prodi Administrasi Bisnis, Fisip Undana Kupang, Juita Bessie,S.Sos.,MM menjelaskan, pelaksanaan seminar itu selain memberikan catatan akademik terkait strategi bisnis UMKM di masa pandemi Covid-19, juga menjadi bagian dari memotivasi mahasiswa. Ia menuturkan, mahasiswa dibekali ilmu bagaimana menjalankan sebuah bisnis.

“Sebagai lembaga pendidikan kita punya tanggungjawab memberikan catatan akademik terkait strategi UMKM bertahan di masa pandemi,”ujarnya.

Dengan menghadirkan pelaku bisnis UMKM yang tetap survive selama pandemi covid-19, Juita berharap bisa menjadi inspirasi bagi para mahasiswa dalam berwirausaha. Ia menjelaskan, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan usaha.

“Tentunya kita mempersiapkan calon-calon wirausaha baru yang nantinya mampu membuka lapangan kerja baru,” kata Juita. (K-04)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *