• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Kamis, November 27, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Sorotan

Gema Pesan Toleransi dalam Pembukaan Pesparani NTT

Tim Redaksi by Tim Redaksi
3 tahun ago
in Sorotan
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi dan Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Pr menekan bel tanda pembukaan Pesparani II tingkat Provinsi NTT (Humas Pemprov for KatongNTT)

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi dan Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Pr menekan bel tanda pembukaan Pesparani II tingkat Provinsi NTT (Humas Pemprov for KatongNTT)

0
SHARES
82
VIEWS

Kupang – Pesan toleransi bergema pada misa Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) II tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Misa pembukaan tersebut dipimpin oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vincensius Sensi Potokota, Pr, sebagai konselebran utama didampingi Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr dan Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr.

Uskup Potokota dalam khotbahnya menyampaikan pesan toleransi sebagai kekuatan dalam berbangsa. Keberagaman merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia.

BacaJuga

Jalan rusak parah di Desa Natarmage, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT (Yohanes Fandi/KatongNTT)

Antara Jalan Rusak, Gagal Panen, Obat Kosong dan Semarak Kemerdekaan

18 Agustus 2025
Kampung adat Ratenggaro di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT (Dok.Antara)

Bukan Hanya Soal Dipalak: Belajar dari Ribut-ribut Jajago di Sumba

23 Mei 2025

Komitmen menjaga kesatuan bangsa, perlu dirawat dan dijaga untuk menata rumah NKRI. Dengan keragaman suku, budaya dan agama, Indonesia menjadi indah dan kaya.

“Sebagai komunitas Katolik kita ingin menegaskan komitmen kita dalam bernegara, untuk merajut kembali keragaman sebagai kekayaan dalam hidup berbangsa dan bernegara,” ajaknya.

Dengan kidung dan mazmur, umat Katolik ingin menegaskan bahwa bangsa Indonesia ada di mata dan hati Tuhan. Uskup Potokota mengatakan, kidung dan mazmur sebagai ungkapan syukur sebab Tuhan telah menjaga bangsa Indonesia hingga usia yang ke-77 dengan berbagai prestasi yang diraih.

Ia mengatakan, persaudaraan, kebersamaan dan kekompakan yang harmonis dibutuhkan oleh bangsa Indonesia sehingga bisa maju lebih cepat dan bangkit lebih kuat.

Menurutnya, bangsa Indonesia masih terperangkap dalam kepicikan manusiawi yang tersekat-sekat.

Umat Katolik, kata Uskup Potokota, perlu mengikuti spritualitas Yesus Kristus sebagai guru. Spiritualitas itu adalah berkorban dan menyangkal diri.

Spiritualitas tersebut, kata Uskup Potokota, mengalahkan sekat egoisme dan fantisme sempit yang menjadi kendala dalam berbangsa.

“Demi kesatuan, demi kebersamaan, demi kekompakan penuh persaudaraan yang sejati,” kata Uskup Potokota.

Berkidung dan bermazmur menjadi pilihan mengungkapkan iman umat Katolik atas kasih Allah yang melindungi kebinekaan NKRI.

“Bangsa kita dalam keberagaman membutuhkan sikap itu. Saling menghargai, saling merangkul, saring mendukung,” katanya.

Komunitas katolik harus memulai sikap tersebut untuk menata kebinekaan NKRI sebagai rumah bersama. Ia mengatakan, hal itulah yang disebut sebagai moderasi beragama yang ingin dijaga bersama melalui Pesparani II tingkat Provinsi NTT.

Ia mengajak umat Katolik untuk mempersembahkan yang terbaik dari khasanah dan kekayaan serta keindahan tradisi religi.

“Maka saya percaya, dari NTT akan ada yang indah untuk Indonesia maju lebih cepat, bangkit lebih kuat,” pungkas Uskup Potokota.

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi saat memberikan sambutan dalam pembukaan Pesparani II tingkat Provinsi NTT (Humas Pemprov for KatongNTT)

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi dalam sambutannya mengatakan, Pesparani merupakan kolaborasi yang komprehensif dan terintegrasi. Pesparani, kata Nae Soi punya misi yang harus diwujudkan sebagai upaya merawat keutuhan NKRI.

“Mari kita jaga kekompakan, tunjukkan pada masyarakat luar bahwa Pesparani juga memiliki misi tertentu yaitu untuk menyebarkan paham kebinekaan,” kata Nae Soi.

Ia mengajak peserta Pesparani untuk berkompetisi dengan penuh kegembiraan. Mengutamakan solidaritas dan berjuang menghindari kecurangan dalam kompetisi.

Nae Soi berpesan agar umat Katolik menunjukkan jati diri seutuhnya dan menjunjung tinggi toleransi. Menghargai sesama yang berbeda keyakinan.

“Jadikanlah NTT sebagai pusat dari toleransi,” pesan Nae Soi.

Kegiatan Pesparani Katolik II Provinsi NTT tahun 2022 ini juga dilaksanakan pada 4 – 7 September 2022 dan dilaksanakan di beberapa lokasi diantaranya Kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (Aula Serba guna Sta. Maria Immaculata, Auditorium St. Paulus, dan Ballroom St. Hendrikus Lt. 4 Gedung Rektorat), Aula Gereja Sta. Maria Assumpta Kupang, dan Aula Gereja St. Yoseph Naikoten Kupang.

Ketua Umum Pantia Pesparani II tingkat Provinsi NTT, Sinun Petrus Manuk mengatakan, kegiatan ini untuk mencari kader-kader terbaik dari NTT untuk tampil pada acara Pesparani tingkat nasional. Pesparani tingkat nasional akan dilaksanakan di NTT pada 28 Oktober – 1 November 2022.

Selain itu, kata Manuk, kegiatan ini juga meningkatkan solidaritas dan persaudaraan umat melalui lagu-lagu, termasuk meningkatkan pemahaman generasi muda Katolik akan Kitab Suci. *****

Baca juga : Tanpa Keberagaman Indonesia Tidak Ada

Tags: #katolik#NTT#pesparaninasional#pesparanintt#Toleransi#uskupagungende#uskupagungkupang#UskupAtambua
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Jalan rusak parah di Desa Natarmage, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT (Yohanes Fandi/KatongNTT)

Antara Jalan Rusak, Gagal Panen, Obat Kosong dan Semarak Kemerdekaan

by Difan Fandi
18 Agustus 2025
0

Desa Natarmage - Pagi itu, saya berangkat dari Desa Pruda menuju Natarmage, Kecamatan Waiblama, untuk mengikuti perayaan HUT RI ke-80...

Kampung adat Ratenggaro di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT (Dok.Antara)

Bukan Hanya Soal Dipalak: Belajar dari Ribut-ribut Jajago di Sumba

by PriyaHusada
23 Mei 2025
0

Ketika video viral tentang wisatawan merasa dipalak di Ratenggaro bikin geger, NTT dihadapkan lagi pada pertanyaan lama: Apakah kita sudah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati