Oleh: R. Haidar Alwi
(Pendiri Haidar Alwi Institute)
Menarik untuk disimak, pemaparan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang juga Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali, Kamis, 15 Juli 2021. Bahwa Pemerintah Indonesia tidak berdiam diri. Segala sumberdaya dikerahkan untuk menghadapi pandemi Covid-19. Dari dalam maupun luar negeri.
Di hulu, vaksinasi digenjot dan sejumlah kebijakan diberlakukan secara bertahap. Dua kali PSBB, dua kali Transisi dan tiga kali PPKM. Sedangkan di hilir, fasilitas dan tenaga kesehatan terus dipenuhi. Obat-obatan pun dipasok tanpa henti.
Tapi, kasus baru masih saja bergejolak, pasien meninggal semakin banyak dan rumah sakit penuh sesak.
Loh, kok bisa???
Jangan terburu-buru menyalahkan Pemerintah. Karena, berdasarkan data Satgas Covid-19 per Juli 2021, tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan masih tergolong rendah.
Padahal, kunci penanganan pandemi bukan terletak pada pemerintah, tapi lebih ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Semakin masyarakat abai protokol kesehatan, maka jumlah kasus positif Covid-19 juga akan semakin tinggi.
PSBB dan PPKM, vaksin, obat-obatan, fasilitas dan tenaga kesehatan hanya untuk meminimalisir kasus baru dan menekan angka kematian. Pada suatu waktu, semua ini akan mencapai batas dan titik jenuhnya.
Bila ingin pandemi berakhir, kedisiplinan menegakkan protokol kesehatan harus menjadi sebuah keniscayaan. Sebab, mengendalikan virus hanya bisa dilakukan dengan pengendalian diri sendiri dan masyarakat.
Jika virus masih menggila, sementara pemerintah sudah berdarah-darah, berarti ada sesuatu yang salah dengan masyarakatnya.
Mari bermuhasabah. Evaluasi dan introspeksi diri sendiri. Sudah sejauh mana kepatuhan kita terhadap protokol kesehatan hingga sampai hati mengingkari ikhtiar pemerintah???