Mengenal Lebih Dekat Tenun Ikat Lio di Ende - Katong NTT    
Selasa, Mei 24, 2022
No Result
View All Result
  • Login
Katong NTT
  • Fokus
  • Liputan Khusus
  • Budaya
  • Nasional
    • Cerita Puan
  • Inspirasi
  • Ekonomi Bisnis
    • Dekranasda NTT
  • Opini
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Fokus
  • Liputan Khusus
  • Budaya
  • Nasional
    • Cerita Puan
  • Inspirasi
  • Ekonomi Bisnis
    • Dekranasda NTT
  • Opini
  • Kesehatan
  • Lingkungan
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Budaya

Mengenal Lebih Dekat Tenun Ikat Lio di Ende

KatongNTT Editor: KatongNTT
25 Juli 2021
Pengrajin-tenun-ikat-etnis-Lio-di-desa-Wolotopo-di-Ende. (Torres)

Pengrajin-tenun-ikat-etnis-Lio-di-desa-Wolotopo-di-Ende. (Torres)

Share on FacebookShare on TwitterWhatsapp

Selain keindahan panorama alam, Kabupaten Ende di Provinsi Nusa Tenggara Timur juga dikenal dengan tenun ikat Lio yang sarat makna.

Lio merupakan nama satu dari 3 etnis besar yang tinggal di Ende. Dua lainnya adalah etnis Ende dan Nage.

BacaJuga:

No Content Available

Proses pembuatan tenun ikat Lio unik, membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam proses pembuatannya.

Bahan tenun berasal dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam pewarna alam.

Pada masa lampau sebelum Indonesia merdeka, tenun ikat dijadikan alat tukar atau barter antara suku Lio pesisir pantai selatan dengan suku Lio di pedalaman.

“Pada masa lampau terjadinya barter antara barang dengan barang yang wilayah selatan siapkan kain dan yang di pegunungan siapkan padi umbi umbian. Sebaliknya wilayah pedalaman tidak bisa siap garam,di pantai siapkan garam,” kata Bapak Bernadus (Mosa Laki), penghuni rumah adat Sao Ata laki kepada KatongNTT.

Masyarakat etnis Lio juga terbagi atas geografinya, yakni yang tinggal di pesisir pantai dan pedalaman. Mereka memegang teguh perjanjian yang dibuat leluhur bahwa pembuatan tenun ikat terlarang bagi etnis Lio pedalaman.

Tradisi menenun hanya dilakukan etnis Lio pesisir seperti Nggela dan Ndona.

Tenun ikat etnis Lio umumnya berwarna dasar merah tua kecoklatan. Tenun dengan berbagai motif ini dipakai sebagai sarung untuk laki-laki yang dinamai Ragi dan sarung untuk perempuan diberi nama Lawo.

Pada kain tenun untuk pria Ende dan Lio biasanya berwarna dasar hitam atau biru kehitaman, mempunyai jalur-jalur yang jelas sepanjang lungsin. Lajurnya mendatar dan disebut Ragi atau Luka.

Motif untuk tenun ikat bagi perempuan Ende dan Lio berupa flora dan fauna. Seperti kuda, daun, burung, lalat atau sayap lalat yang disebut lawo/zawo.

Sedangkan untuk kain dan selendang didominasi oleh motif bunga yang diselingi garis hitam kecil di antara motif-motifnya dengan rumbai-rumbai pada bagian ujung kain.

Berikut beberapa jenis sarung hasil tenunan masyarakat Lio di Desa Wolotopo di pantai selatan Ende:

1). Lawo Nepa Te’a (sarung perempuan)
Lawo Nepa Te’a memiliki arti. Lawo nepa artinya berwarna kuning. Sarung ini biasa dipakai oleh perempuan, baik ibu-ibu maupun gadis-gadis pada acara apa saja, dengan ukuran 200 cm x 160 cm.

2). Lawo Mata Rote
Lawo Mata Rote artinya motif kecil berwarna putih kuning. Sarung ini biasa dipakai oleh semua kalangan baik para ibu maupun para gadis untuk acara adat dan acara lainnya.

3). Lawo Nepa Mite
Dinamakan lawo Nepa Mite karena motifnya berasal dari Nepal dan warna motifnya hitam putih atau hitam nilam (nggili). Biasa dipakai oleh ibu-ibu Mosalaki saat upacara adat dan ritual lainnya.

4).Ragi ( sarung laki laki)
Ragi merupakan kain tenun untuk kaum pria dengan didominasi warna dasar hitam atau biru kehitaman.

Bernadus mengenang tentang proses pembuatan tenun ikat di masa nenek moyang mereka menggunakan bahan alam.

“Dulu proses pembuatan itu masih secara tradisional, bahan dasarnya itu kapas diolah menjadi sehelai benang, benang diolah menjadi kain,”ujar Bernadus kepada KatongNTT dua hari lalu.

Menurut Bernadus, sekitar tahun 90-an proses pembuatan tenun ikat sudah mulai bergeser, terlihat dari tidak adanya perkebunan kapas. Bahan pewarna juga sudah dibeli dari pasar.

Regenerasi pengrajin juga menjadi rintangan tersendiri dalam upaya pelestarian tenun ikat Lio. Para pengrajin saat ini sudah berusia lanjut.

“Generasi muda yang merupakan usia produktif kurang tertarik menjadi pengrajin. Mereka lebih memilih hijrah ke kota,” tutur Bernadus. (Torres)

ShareTweetSend
Previous Post

Kiat Pemilik Kios di Sumba Bertahan dari Pandemi

Next Post

Minat Tempe dan Tahu Meningkat, Manggarai Kesulitan Kedelai

KatongNTT

KatongNTT

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

RelatedPosts

No Content Available
Next Post
Pekerja-membuat-tempe-dan-tahu-di-Kabupaten-Manggarai-NTT (agrefood)

Minat Tempe dan Tahu Meningkat, Manggarai Kesulitan Kedelai

Discussion about this post

Iklan KatongNTT

Kerupuk Gendhar Jawi Kerupuk2A oke lagi

Video

KatongNTT com

KatongNTT com
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLlY3YjBleXlpVy04 Boleh jadi banyak masyarakat Indonesia belum tahu bahwa NTT punya cokelat yang bahan bakunya yakni kakao yang terbaik di dunia. Cokelat Ghaura, begitu nama yang diberikan pemiliknya. Cokelat ini diproduksi pertama kali tahun 2019 dan dalam tempo tiga tahun sudah dipasarkan ke beberapa kota termasuk ke luar negeri seperti Australia, Amerika, Inggris, Prancis, dan Belanda. Yuk simak tayangan KatongNTT.com menyusuri sejarah lahirnya cokelat Ghaura yang dkilaim berkualitas premium.
Boleh jadi banyak masyarakat Indonesia belum tahu bahwa NTT punya cokelat yang bahan bakunya yakni kakao yang terbaik di dunia. Cokelat Ghaura, begitu nama yang diberikan pemiliknya. Cokelat ini diproduksi pertama kali tahun 2019 dan dalam tempo tiga tahun sudah dipasarkan ke beberapa kota termasuk ke luar negeri seperti Australia, Amerika, Inggris, Prancis, dan Belanda. Yuk simak tayangan KatongNTT.com menyusuri sejarah lahirnya cokelat Ghaura yang dkilaim berkualitas premium.
Menyusuri Sejarah Cokelat Ghaura Hadir di NTT
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLlY3YjBleXlpVy04
Ketua Dekranasda NTT: SLB Fokus ke Talenta dan Kebutuhan Pasar
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLi1uNXpBUlotLU0w
Memotret Ketekunan Ina Koro Dari Kampung Tenun di Manutapen
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLmdsYTFreGlWbWlJ
Ketika Bunda Julie Bertemu Siswa SLB Negeri di Kupang dan TTS
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLjNVcEZhZnlsd1dZ
Warga Minta Pemerintah Hentikan Pembangunan Bendungan Kolhua (Part 2)
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLmFKOEx2SlJtb0s4
Katarina Kedo Pa, 48 tahun, selama lebih dari 20 tahun mendedikasikan dirinya sebagai pengrajin tenun ikat NTT secara tradisional. KatongNTT.com memotret proses pembuatan tenun ikat NTT yang dilakukan Katarina di rumahnya di Kelurahan Belo, Kota Kupang, pekan lalu. Ternyata proses pembuatannya tidak mudah,  memakan waktu minimal 10 hari untuk selembar kain, harus sabar dan hati-hati agar tidak rusak, dan hebatnya Katarina masih menggunakan alat tenun tua warisan neneknya dan tungku api saat merebus benang sebelum ditenun. Yuk, simak tayangan video ini. *****
Buah Ketekunan Katarina Kedo Pa, Pengrajin Tenun Ikat NTT
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLnZFMGhIUEFsRUcw
Jurnalis Fabianus Latuan: Penyerangan Ini Sudah Diatur
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLndVU2xaTHlfZFpr
Etnis Helong di Kolhua, Kota Kupang, NTT menolak rencana pembangunan bendungan Kolhua
Masyarakat Dibelenggu Isu Pembangunan Bendungan Kolhua Lebih dari 25 Tahun (Part 1)
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLmVzNl8tMkRoOHVF
Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku, Pr memaparkan sejumlah program kerja Keuskupan untuk memberdayakan perekonomian masyarakat dan meningkatkan produktivitas mereka. Uskup juga melarang umatnya menerima semua bentuk bantuan yang disebutnya membentuk karakter masyarakat jadi pengemis, pemalas dan tidak produktif. Dalam wawancara KatongNTT.com pada 19 Maret 2022, Uskup secara detil menjelaskan capaian-capaian dari hasil pemberdayaan ekonomi umat yang menggambarkan sosoknya menggantikan peran pemerintah daerah yang kurang responsif atas kebutuhan masyarakatnya. (Redaksi)
Gebrakan Uskup Atambua untuk Berdayakan Ekonomi dan Produktivitas Masyarakat NTT
YouTube Video VVU3bHFnV29aN2RtNVFueUgyVVhCMkJnLnM0S2MwVHZROWRn
Load More... Subscribe

Podcast

Poling

Recent News

KADIN NTT bertemu KADIN Timor Leste bahas rencana bisnis (dok. KADIN NTT)

KADIN NTT Siap Ekspor Perdana Produk UMKM ke Timor Leste

23 Mei 2022
Karyawan sedang membungkus Cokelat Ghaura di pabrik yang berlokasi di Oepura, Kota Kupang, NTT , Kamis, 19 Mei 2022. (Ruth-KatongNTT.com)

7 Fakta Menarik tentang Cokelat Ghaura

22 Mei 2022

© 2022 Katongntt.com - Merawat Suara Hati

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Fokus
  • Liputan Khusus
  • Budaya
  • Nasional
    • Cerita Puan
  • Inspirasi
  • Ekonomi Bisnis
    • Dekranasda NTT
  • Opini
  • Kesehatan
  • Lingkungan

© 2022 Katongntt.com - Merawat Suara Hati

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
Sign Up with Linked In
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In