• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Rabu, Desember 24, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Perempuan dan Anak

#TungguAnakSiap: PP Tunas Adalah Awal, Butuh Kolaborasi

PP Tunas jadi regulasi penting guna menciptakan ruang digital ramah anak. Orangtua, guru, hingga pemerintah terkait perlu kolaborasi menyukseskannya.

Rita Hasugian by Rita Hasugian
1 minggu ago
in Perempuan dan Anak
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Talkshow “Bangun Ruang Digital Ramah Anak #TungguAnakSiap” yang diselenggarakan Magdalene dan Kementerian Komunikasi dan Digital di Jakarta, 9 Desember 2025. (Dok. Magdalene)

Talkshow “Bangun Ruang Digital Ramah Anak #TungguAnakSiap” yang diselenggarakan Magdalene dan Kementerian Komunikasi dan Digital di Jakarta, 9 Desember 2025. (Dok. Magdalene)

0
SHARES
21
VIEWS

Risiko digital pada anak terus meningkat, mulai dari paparan konten seksual, komentar kebencian, manipulasi foto dengan Akal Imitasi (AI), hingga eksploitasi data pribadi. Situasi ini jadi sorotan dalam talkshow “Bangun Ruang Digital Ramah Anak #TungguAnakSiap” yang diselenggarakan Magdalene dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Jakarta Selatan, (9/12).

Acara yang dihadiri 120 orang tua, guru, dan pendidik ini membahas tantangan digital yang kian kompleks,  serta urgensi pelaksanaan PP Nomor 17 Tahun 2025 atau PP Tunas yang disahkan Presiden Prabowo Subianto pada Maret 2025.

BacaJuga

Indonesia Punya PP Tunas untuk Lindungi Anak di Internet, Apa itu?

Indonesia Punya PP Tunas untuk Lindungi Anak di Internet, Apa itu?

18 Desember 2025
Anak-anak Besipae menangis di bawah reruntuhan rumah. Warga Besipae kehujanan setelah rumah mereka digusur Pemprov NTT (ist)

Uni Eropa – Indonesia: Perlindungan Digital terhadap Perempuan dan Anak Butuh Solidaritas Lintas Negara

11 Desember 2025

Talkshow menghadirkan tiga pembicara, yakni psikolog anak dan remaja Gisella Tani, influencer gentle parenting Halimah, dan Direktur Sekolah Putra Pertiwi Noviyanti Elizabeth. Mereka memaparkan temuan lapangan terkait dampak langsung ruang digital pada anak, tantangan, dan perlunya semua pihak terlibat dalam pelaksanaan PP Tunas.

Baca juga: #SamaSamaAman: Memotret Upaya Sekolah di Kupang Atasi Kekerasan Dipicu Media Sosial

Penyebab Anak Kian Rentan

Ella menjelaskan anak semakin tertekan oleh standar visual di media sosial. “Mereka berpikir harus tampil seperti itu untuk disukai,” ujarnya.

Perwakilan komite yayasan sekolah swasta di Tangerang Selatan, Vera, menuturkan anak perempuannya yang masih SMP mulai tertarik mencoba tindakan tidak pantas setelah melihat konten seksual.

“Saya tidak menyangka dampaknya bisa sebesar itu,” katanya pada acara ini.

Pernyataan Vera diamini oleh salah satu tenaga pengajar yang juga hadir, Suparto. Di sekolah, ia mencatat banyak kerentanan siswa yang terkait penggunaan gawai yang kurang bijak. Mulai dari murid berutang demi top-up gim daring, anak Sekolah Dasar yang sudah bisa mengakses konten pornografi dari tautan YouTube, hingga siswi yang jadi korban penyebaran konten intim non-konsensual oleh mantan pacar. Tak cuma itu itu, ia menemukan foto tak berbusana dari siswa yang dimanipulasi dengan menggunakan deepfake.

“Ada anak berkata, ‘Pak, saya takut mau sekolah. Saya merasa tidak aman di internet.’ Itu menunjukkan betapa rentannya mereka,” tuturnya.

Orangtua yang hadir lainnya bahkan menyebut, ada anak temannya yang sampai putus sekolah. Pemicunya adalah kecanduan gim daring. “Nilai sekolahnya jebol, susah konsentrasi, mau akses psikolog juga tak punya privilese,” terangnya.

Gisella membenarkan, paparan konten yang belum sesuai usia anak, meningkatkan risiko tertentu. Terlebih bila anak terus-menerus menghabiskan waktu dengan gawai tanpa pendampingan hingga di tahap kecanduan. Kondisi ini sering membuat anak sulit tidur, mudah gelisah, dan merasa harus mengikuti arus agar tidak tertinggal teman sebaya.

“Kalau anaknya ketinggalan tren, dia enggak dianggap oleh teman-teman sebayanya. Ini dilema mereka,” ujarnya.

Baca  juga: Marak Kekerasan Online Berbasis Gender, Anak Korban Terbanyak

PP Tunas Untuk Menciptakan Ruang Aman 

Co-Founder Magdalene, Devi Asmarani, menyampaikan pelaksanaan PP Tunas membutuhkan kerja panjang. Ia menilai regulasi tidak cukup tanpa dukungan keluarga, sekolah, komunitas, dan platform digital.

Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan pentingnya memastikan kesiapan mental anak sebelum mereka masuk ruang digital.

“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri,” ujarnya.

Dirjen Komunikasi Publik dan Media, Fifi Aleyda Yahya berujar, PP Tunas dirancang untuk menciptakan ruang aman, bukan membatasi ekspresi anak. PP Tunas memberi arah baru bagi upaya perlindungan digital, tetapi pendampingan orang dewasa tetap menjadi fondasi utama.

Noviyanti menilai PP Tunas memberi dasar hukum bagi sekolah menyusun aturan internal yang lebih kuat, termasuk pedoman penggunaan gawai, etik digital, dan mekanisme pelaporan cepat. Ia menekankan perlunya integrasi literasi digital dalam kurikulum.

Di kesempatan yang sama, Halimah berkomentar, salah satu strategi mengurangi kerentanan anak adalah orang tua perlu bisa menjadi influencer buat anak-anak mereka. Selain itu juga perlu membangun kedekatan lewat komunikasi yang empati.

“Jangan langsung menghakimi apalagi membandingkan dengan kondisi kita. Dengan begitu anak merasa aman dan nyaman untuk berbagi perasaan dan bercerita, ketimbang meniru orang atau influencer yang kurang pas,” ucap perempuan pemilik akun Instagram @IGDailyJour itu.

Anak juga sebisa mungkin punya kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan orangtua masing-masing, meski sebentar. “Di waktu-waktu inilah, orangtua bisa mengajak ngobrol tentang apa yang harus dilakukan ketika melihat konten berbahaya,” katanya.

“Dunia digital tidak punya tombol hapus. Anak tidak boleh masuk sendirian,” tandasnya.

Saat ditanya, siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab, Halimah bilang orang tua memang figur utama karena anak mencontoh perilaku kita sehari-hari. Namun, imbuhnya, kolaborasi lintas pemangku kepentingan sangat dibutuhkan, termasuk pemerintah daerah untuk menyediakan ruang bermain yang aman.

“Anak butuh ruang bergerak di luar layar. Ruang publik ramah anak itu bagian dari perlindungan digital juga,” ujarnya. *****

Tags: #Keamanandigital#Komdigi#Magdalene#Parenting#PPTunas#Ruangdigitalramahanak
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Indonesia Punya PP Tunas untuk Lindungi Anak di Internet, Apa itu?

Indonesia Punya PP Tunas untuk Lindungi Anak di Internet, Apa itu?

by Rita Hasugian
18 Desember 2025
0

Apakah anak-anak perlu dibatasi menggunakan media sosial? Pertanyaan ini pernah diajukan perusahaan riset independen IPSOS pada 2025 kepada 23.700 orang...

Anak-anak Besipae menangis di bawah reruntuhan rumah. Warga Besipae kehujanan setelah rumah mereka digusur Pemprov NTT (ist)

Uni Eropa – Indonesia: Perlindungan Digital terhadap Perempuan dan Anak Butuh Solidaritas Lintas Negara

by Rita Hasugian
11 Desember 2025
0

Kupang - Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa menyelenggarakan Cycling Tour sebagai bagian dari kampanye “16 Days of Global Activism Against Gender-Based Digital...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati