• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Kolaborasi Dekranasda Provinsi NTT

Rumit Membuat Tenun Ikat NTT, Jadi Sonde Tawar Murah…

Tim Redaksi by Tim Redaksi
3 tahun ago
in Dekranasda Provinsi NTT
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Katarina Kedo Pa, pengrajin tenun ikat NTT sedang memulai proses pembuatan motif tenun di rumahnya di Kelurahan Belo, Kota Kupang, Sabtu, 23 April 2022, (KatongNTT.com)

Katarina Kedo Pa, pengrajin tenun ikat NTT sedang memulai proses pembuatan motif tenun di rumahnya di Kelurahan Belo, Kota Kupang, Sabtu, 23 April 2022, (KatongNTT.com)

0
SHARES
290
VIEWS

Kupang– Setiap kali melihat tenun ikat NTT, yang hadir rasa kagum atas keindahan tenunan hasil karya tangan perempuan-perempuan NTT. Terpikir bagaimana mereka membuat desain, motif, dan pewarnaan yang pastilah rumit.  

KatongNTT.com mendapat undangan dari Katarina Kedo Pa, pengrajin tenun ikat Nusa Tenggara Timur untuk mengikuti proses pembuatan kain tenun di rumahnya di Kelurahan Belo, Kota Kupang pekan lalu.  Berikut prosesnya:

BacaJuga

Produk 'Dosa', yang adalah cuka tradisional dari Rote, NTT (Ruth-KatongNTT)

Mengenal ‘Dosa’, Cuka Tradisional dari Rote, NTT

27 Mei 2023
Proses produksi garam di CV. Raja Baru milik Ferdinand Latuharu (Dok. CV. Raja Baru)

Pabrik Garam Ferdinand Latuheru Kesulitan Bahan Baku

21 Mei 2023

Pertama-tama, benang dibentang kemudian diberi tanda. Proses ini disebut Lolo, yang mana memakan waktu tujuh sampai delapan jam. Proses ini harus melibatkan dua orang. Dia dibantu keponakannya.

 Selanjutnya, bagian yang telah ditandai, diikat menggunakan tali plastik mengikuti motif yang diinginkan. Terlahir dari keluarga penenun membuat Katarina telah belajar merangkai benang menjadi kain tenun ini sejak duduk di kelas 5 sekolah dasar. Sehingga dia dengan mudah mengikat benang mengikuti motif yang diinginkan pelanggan, tanpa harus melihat contoh gambar yang ada.

Setelah diikat, benang lalu dimasak dengan deterjen. Tujuannya agar ketika proses pewarnaan, warna tidak merembes ke ikatan motif. Setelah air deterjen mendidih, benang dicelupkan dan dimasak sekitar 10 menit. Kemudian benang dikeluarkan dan didiamkan.

Setelah itu, campur bahan pewarna yang akan dimasak dengan benang tadi. Bahan pewarna utama untuk warna hitam ialah belerang ½ kg dan SN ½ kg dicampur dengan 6 liter air mendidih. Semuanya dimasak sekitar 10 menit di periuk yang lebar dengan api menyala besar agar warna meresap sempurna ke benang.

Setelah itu, angkat dan dinginkan. Bila sudah dingin, angkat dan bilas. Proses ini biasanya melewati enam hingga tujuh kali bilasan sampai air bilasannya benar-benar bersih. Kemudian, buka ikatan motif yang akan diberi warna merah. Setelah itu, campurkan dua sendok makan pewarna merah dengan satu gelas air. Aduk sebentar, lalu celupkan bagian yang ingin diberi warna merah satu per satu. Setelah itu, lanjutkan di tungku api. Tuang sisa pewarna merah tadi dengan SN ½ kg.  Masak hingga mendidih, lalu angkat dan bilas lagi hinggga bersih.

Tidak berhenti sampai situ, benang kemudian dicelupkan pada campuran air mendidih dan tepung tapioka. Penggunaan tepung tapioka di sini tujuannya agar benang licin dan tidak kusut saat proses penenunan nanti. Pada proses ini, benang hanya dicelup sebentar tanpa harus dimasak.  Setelah itu angkat, dan benang siap dijemur di bawah terik matahari.

Proses pengeringan bisa memakan waktu satu sampai dua hari. Benang harus benar-benar kering sebelum disimpan. Bila benangnya masih lembab, benang akan saling menempel satu sama lain, menyebabkan warna motifnya akan tidak beraturan lagi. Untuk itu, panasnya mataharI Kota Kupang, menjadi sukacita tersendiri bagi Katarina Kedo Pa, karena pekerjaannya bisa lebih cepat selesai.

Bila benangnya sudah kering, lanjut ke tahap pewarnaan akhir. Kali ini, pelanggan Katarina Kedo Pa meminta 3 warna dalam tenunnya. Hitam, merah, dan kuning. Untuk itu, pewarnaan terakhir ini dilakukan ketika dua warna sebelumnya telah benar-benar menyatu dengan benang lewat penjemuran, sehingga tidak akan tercampur lagi dengan warna terakhir. Takarannya masih sama, dua sendok makan pewarna kuning dengan seember air dicampur, lalu celup benang yang akan diberi warna kuning. Kemudian angkat dan jemur hingga kering.

Setelah proses pewarnaan dan pengeringan, benang kemudian dipisah satu persatu dan kemudian mulai ditenun. Proses menenun ini memakan waktu tiga sampai empat hari, dengan hampir 13 jam pengerjaan tiap harinya. Sehingga, menurut perhitungan, dari proses lolo hingga selesai menenun membutuhkan waktu 10 hari.

Dilihat juga dari cuaca, berapa banyak warna yang diminta, serta seberapa sulit motif yang diminta pelanggan, berpengaruh juga pada waktu pengerjaan. Belum lagi dia harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai ibu, sehingga proses pengerjaannya bisa lebih dari 10 hari.

Mencermati proses pembuatannya yang panjang dan berhari-hari, harga per lembar kain tenun ikat yang dipatok Katarina Kedo Pa berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu, termasuk murah.  Dia mengambil keuntungan dari setiap lembar kain berkisar Rp 25 ribu hingga Ro 100 ribu. Nah para pembeli, sonde tawar terlalu jauh ya setelah tahu informasi ini.  *****

Tags: #DekranasdaNTT#KatarinaKedoPa#PengrajintenunikatNTT#TenunikatNTT
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Produk 'Dosa', yang adalah cuka tradisional dari Rote, NTT (Ruth-KatongNTT)

Mengenal ‘Dosa’, Cuka Tradisional dari Rote, NTT

by Tim Redaksi
27 Mei 2023
0

Produknya ia beri nama Dosa, yang berasal dari bahasa Rote, yang artinya Cuka. “Tujuannya hanya untuk memperkenalkan saja kalau kami...

Proses produksi garam di CV. Raja Baru milik Ferdinand Latuharu (Dok. CV. Raja Baru)

Pabrik Garam Ferdinand Latuheru Kesulitan Bahan Baku

by Tim Redaksi
21 Mei 2023
0

“Sebelumnya itu bahan baku dari tahun lalu bisa bertahan sampai sekarang,” ujar laki-laki yang pernah mengikuti pendidikan di PT. Garam...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati