
NTT Memasuki Musim Kemarau Mulai April Ini
Kupang – Provinsi Nusa Tenggara Timur masih akan dilanda hujan pada Maret ini. Musim kemarau diperkirakan mulai April mendatang.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Fera Adrianita, menyampaikan prakiraan awal musim kemarau segera dirilis. Sementara saat ini, kata dia, Provinsi NTT masih memiliki peluang curah hujan selama Maret.
“Untuk NTT masih ada peluang curah hujan dan NTT pada umumnya akan masuk musim kemarau di bulan April,” jawab Fera saat dihubungi Rabu, 8 Maret 2023.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil NTT Suarakan Dampak dan Solusi Perubahan Iklim
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Rahmatulloh Adji menjelaskan wilayah yang masih berpotensi hujan pada dasarian kedua Maret 2023. Berdasarkan Peta Prakiraan Deterministik Curah Hujan Dasarian II Maret 2023, wilayah NTT pada umumnya akan mengalami curah hujan rendah, yaitu 0 sampai 50 mm.
Daerah yang diprakirakan akan mengalami curah hujan kategori menengah 51 hingga 150 mm adalah di sebagian kecil Kabupaten Manggarai Barat. Kemudian sebagian besar Manggarai, Manggarai Timur, Ngada. Sebagian Kabupaten Kupang, sebagian kecil Timor Tengah Selatan, sebagian kecil Timor Tengah Utara, dan sebagian Belu.
Baca juga: Nelayan Oesapa Gunakan Teknologi Taklukkan Cuaca Buruk
Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Agung Sudiono Abadi menjelaskan, wilayah NTT masih berada di periode musim hujan. Selain itu, terdapat daerah tekanan rendah di Utara Australia yang membentuk daerah belokan dan pertemuan angin di sebelah selatan NTT.
Kondisi ini didukung dengan suhu permukaan laut yang cukup hangat serta kelembapan yang cukup basah di tiap lapisan atmosfer. Hal ini mengakibatkan wilayah NTT berpotensi terjadi hujan ringan hingga sedang. Hujan disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat.
Ia juga mengimbau masyarakat waspada akan potensi dampak hujan dan angin kencang yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi. Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, jalanan licin, rusaknya atap bangunan dan fasilitas umum lainnya,” kata Agung.
Khusus untuk daerah bertopografi curam atau bergunung, dan tebing juga diminta untuk waspada. Potensi longsor dan banjir bandang bisa terjadi pada saat terjadi hujan dengan durasi yang panjang. (Putra Bali Mula)